Pages

Tuesday, May 31, 2016

Menikmati Suara Merdu di Venetian Macau

Venetian Macau
Melanjutkan cerita sebelumnya, setelah kami selesai makan rencananya kami akan pergi ke Venetian. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh. Pertama, naik taksi. Opsi ini paling mudah tapi paling mahal. Apalagi taksi di luar negeri tidak seperti di Indonesia, bisa ramai-ramai. Dengan jumlah kami yang nanggung, pastilah butuh 2 taksi. Yang kedua, naik kendaraan umum atau bis. Biayanya pun tidak mahal, tetapi karena namanya naik bis umum pasti waktu tempuh jadi lama untuk muter-muter. Yang ketiga adalah naik free shuttle bus ke Maritimo terminal, lalu cari shuttle bus Venetian. Banyak yang menggunakan cara ini. Hanya saja rasanya saya malas bolak-baliknya. Yang keempat, naik free shuttle bus City of Dream dari depan hotel Sintra. Dari City of Dream tinggal menyeberang ke Venetian. Rasanya ini yang paling mudah, tetapi harus mencari Sintra dulu. Dan belakangan mulai banyak yang tahu, jadi antriannya bisa puanjang banget katanya. Yang kelima, ada yang bilang jika bis dari Sintra hotel antrinya panjang, bisa juga naik free shuttle bus dari Galaxy Hotel yang mangkal menunggu di MGM hotel. Dari Galaxy hotel tinggal jalan kurang lebih 10 sampai 15 menit. Tapi jalan ke MGM dari Senado Square rasanya lumayan jauh kalau bawa anak-anak dan senior. 

Sehingga saat kami membuat jadwal, kami memutuskan untuk berjalan ke Sintra hotel dan naik dari situ. Peta menuju Sintra hotel pun sudah disimpan di handphone. 
Peta dari Senado Square menuju Sintra Hotel
Saat kami keluar dari Wong Chi Kei, antrian orang yang mau makan ke Wong Chi Kei sudah sampai ratusan. Dan ternyata di luar mulai turun hujan. Kami jadi serba salah, apalagi kakak rasanya teler. Akhirnya kami putuskan untuk kembali ke Hong Kong. Jadi ceritanya kami akan jalan di tengah hujan menuju Wynn hotel dan naik shuttle bus ke Terminal Maritimo. Kami mengeluarkan payung dan jas hujan untuk anak-anak. Dan untungnya ransel papa dilengkapi dengan penutup tas. Melihat kami memakaikan jas hujan dan penutup untuk tas, ada tante-tante yang senyum-senyum. Maklum ya tante, kita memang sedia payung jas sebelum hujan. Hehehe

Kami berjalan pelan-pelan dan hujan tambah semangat turunnya. Masih ingat cerita saya tentang kantor pos tua yang masih beroperasi hingga sekarang sehingga banyak turis yang rela antri di depannya? Ternyata hujan tidak menyurutkan semangat mereka, bahkan mereka tetap antri dengan memakai payung. Kami tetap berjalan dan akhirnya menepi di pinggir salah satu bangunan tua dekat perempatan besar bersama banyak orang. Hujan sudah berkurang dan kami akan melanjutkan perjalanan. Kami menyeberang dan tidak jauh dari perempatan besar tersebut, tiba-tiba rasanya hati saya menyuruh untuk melihat ke kanan. Saat saya melihat ke kanan, saya melihat tulisan besar Sintra Hotel (padahal pas jalan pergi dengan rute yang sama kami tidak ada yang melihat). Di dekatnya, depan toko kosmetik Korea, terdapat bis City of Dream. Kami segera menyeberang jalan menuju bis tersebut. Bis ini baru sampai dan sedang menurunkan penumpang. Saya bertanya kepada petugas yang ada apakah ini bis menuju City of Dream. Dan dia berkata, iya. Kami masuk, dan mencari tempat duduk. God is so good. Terhadap hal kecil seperti shuttle bus pun Tuhan campur tangan. Dalam hitungan lima menit, bis pun berjalan. 

Untuk menuju City of Dream yang terletak di Cotai, kita akan menyeberangi jembatan Macau Taipa yang cukup panjang. Perjalanan menuju jembatan ini sangat berkabut. Samar-samar terlihat Macau Tower yang menjulang tinggi. Bagi turis yang suka dengan aktifitas yang memicu adrenalin seperti bungee jumping, kalian dapat mengunjungi Macau Tower dan mencoba bungee jumping. Tentunya harganya tidak murah, tetapi banyak yang bilang sangat patut dicoba. Kakak mulai tertidur dan sekeliling saya juga mulai tertidur. 

Perjalanan menuju City of Dream menempuh waktu sekitar 20 menit. City of Dream merupakan kompleks di area Cotai Strip yang terdiri dari tiga hotel (Crown Hotel, Hard Rock Hotel, dan Grand Hyatt Hotel), kasino, pusat perbelanjaan dan teater. Pertunjukkan yang sangat terkenal di sini adalah The House of Dancing Water. Jika memang menginap di Macau, dan ada budget, show ini layak untuk ditonton. Cotai strip sendiri merupakan area reklamasi.

Kami turun dan bertanya kepada mas koko petugas di sana bagaimana menuju Venetian. Koko tersebut mengatakan kami tinggal menyeberang saja dan saat mereka menunjuk ke seberang kami baru sadar di seberang adalah Venetian. Kakak yang baru bangun sudah mulai bersemangat lagi. Oma opa oma pun bersemangat berjalan menuju Venetian. Kami berjalan melintasi Hard Rock Hotel, menuju jalan raya. Berbeda dengan jalanan di daerah Peninsula yang berpola gelombang seperti di Eropa, jalanan di sini hanya jalanan aspal. Dan di sekitar tempat ini adalah hotel-hotel besar dan megah. 
Cotai strip dari Hard Rock Cafe, penuh dengan kabut.
Setelah menyeberang jalan, kami sampai juga di depan Venetian Macau. Saya kira, Venetian Macau itu bentuknya seperti hotel yang gabung dengan mall. Jadi hanya bangunan saja. Ternyata Venetian itu merupakan resort di area Cotai strip yang begitu besar, integrasi dari hotel, kasino, dan pusat perbelanjaan. Kompleks ini dibuat menyerupai kota kanal Venesia di Itali. Saya terkagum-kagum melihat bagian depannya. Tetap bagus untuk difoto walaupun sangat berkabut. 
Berpose di jembatan di depan hotel.
Untuk masuk ke dalam, sebaiknya langsung bertanya pada petugas jalan mana yang dapat dilalui. Mengapa? Karena bagi pengunjung yang membawa anak, jalanan menuju kasino adalah daerah yang dilarang. Jadi daripada pusing muter-muter didalam, saya sarankan bertanya dahulu. 

Area Venetian Macau dibuat dengan konsep semua ada di sini dan untuk semua umur. Yang mau main ke kasino, silakan. Yang tidak suka kasino, dapat berkeliling mengelilingi pusat perbelanjaan di sini, tetapi ya kalau belanja di sini itu harganya rada ngegaplok alias mahal. Venetian Macau merupakan saudara dari Venetian yang di Las Vegas. Bagi banyak orang, Venetian identik dengan kasino yang wah. Kalau kami, kami tertarik untuk melihat gondola dan mendengarkan biduan dan biduanita bernyanyi. Sembari berjalan, saya merasa seperti orang desa datang ke kota. Anak-anak juga bersemangat melihat kanal dan gondola. 
Kakak saat teler, tetap mau berfoto di depan resepsionis hotel.
Kami berjalan menuju lantai tiga. Target kami adalah early tea time (early banget) di The Lord Stow's Bakery sambil melihat gondola dan penyanyinya. Suasana berkabut di luar pun sirna dan berganti dengan awan yang cerah di atap mall ini. Anak-anak bertanya siapa yang menggambar langit-langit diatas. Pertanyaan bagus. Saya juga tidak tahu. 
Birunya langit di salah satu sisi mall.
Cerahnya langit di dalam mall.
Mengunjungi Venetian biasanya orang-orang akan berpikir tentang gondola. Memang di kota kanal Venesia, gondola adalah alat transportasi utama. Di Venetian Macau ini pun gondola merupakan salah satu atraksi utamanya. Pendayung gondola pun adalah orang-orang yang dapat menyanyi dengan merdu, ditambah lagi dengan tata ruang yang mendukung sehingga suara mereka terdengar lebih merdu. Gondola mulai beroperasi pada pukul 11.00 - 22.00 untuk gondola di daerah Grand Canal dan Marco Polo, dan beroperasi pada pukul 11.00 - 19.00 di San Luca. Harga tiketnya pun lumayan. Tiket untuk orang dewasa adalah 128 MOP untuk sekali naik. Sedangkan untuk anak-anak 98 MOP per sekali naik. Jadi satu gondola itu bukan sendirian loh, tapi rame-rame. Jika kita ingin menikmati gondola ini secara privat, serasa dunia milik berdua, maka dapat juga menyewa per gondola dengan harga 512 MOP. Jika pasangan yang naik, mungkin naik berdua akan lebih romantis. Kalau buat kami, kami cukup puas mendengarkan suara biduan dan biduanita yang merdu sambil memandang gondola :D
Kanal dan transportasi utamanya, gondola.
Akhirnya kami sampai di The Lord Stow's Bakery. Mungkin banyak yang bingung kok niat amat makan egg tart di sini. Begini ceritanya (jangan lupa bawa kopi atau teh saat membaca cerita ini ya). Macau terkenal dengan Portuguese egg tart yang ada karamel dibagian atas. Egg tart yang terkenal adalah egg tart The Lord Stow's Bakery di daerah Coloane dan Margaret de Nata di daerah Peninsula (yang ada Senado Square ituloh). 

The Lord Stow didirikan oleh Andrew Stow, orang Inggris, dan istrinya Margaret Wong pada 15 September 1989. Egg tart ini sangat terkenal bahkan sampai membuka cabang di Hong Kong, Taiwan, Jepang, dan Filipina. Dan seperti kisah ayam nyonya Suharti, Andrew dan Margaret berpisah. Margaret membuka bakery dan menjual egg tart di daerah Peninsula dan diberi nama Margaret de Nata. Karena sumbernya sama, maka pasti egg tart di sini enak juga. Kami memilih untuk mencoba The Lord Stow karena sekalian ke Venetian. Antriannya cukup panjang, dan bangku yang tersedia tidaklah banyak. Bersyukur ada seorang ibu yang rela menawarkan bangkunya kepada kami dan dia pindah ke bangku yang untuk indivual customer.
The Lord Stow's Bakery dan egg tartnya yang terkenal.
Tentu saja kami memesan egg tart-nya dan cake yang lainnya. Jika dibandingkan dengan egg tart yang kami makan di Koi Kei, wah yang dijual di The Lord Stow lebih enak dan tidak kemanisan. Harganya pun 10 MOP, hanya selisih 1 MOP dengan yang di Koi Kei, karena masuk mall. Kami duduk makan sambil menikmati suara merdu dan gondola yang lalu lalang. 
Melihat gondola dan penyanyinya di depan The Lord Stow's Bakery
Sumber foto: thelordstow.com
Saya memeriksa suhu kakak, ternyata menjadi 38 celcius. Saya memberikan tempra. Bukan apa-apa, kakak saya yang pernah tinggal di sini pernah berkata sejak kasus SARS, orang HK paling takut dengar kata demam. Sehingga pemeriksaan suhu tubuh ada di bandara dan tempat imigrasi lainnya. Daripada tidak bisa masuk HK karena panas dan dikarantina, maka saya beri obat dahulu. Apalagi tempra yang kandungannya parasetamol ini cepat menurunkan panas, jadi harapan saya saat sampai di Hong Kong panasnya sudah hilang.

Setelah selesai, kami memutuskan untuk kembali ke Hong Kong. Kami berjalan menuju tempat shuttle bus (jangan lupa tanya dengan petugas jika membawa anak) dan memilih untuk naik bis yang menuju Taipa Ferry Terminal. Dalam waktu kurang lebih 10 menit kami sudah tiba di terminal. Adik saat itu sudah tertidur dengan nyenyaknya. Kami membeli tiket ferry terlebih dahulu. Kali ini kami menggunakan Cotai Jet, yang memang jadwalnya lebih banyak kalau dari Taipa. Saat mengantri imigrasi, saya melihat pengumuman karena kondisi cuaca yang kurang baik, maka pemberangkatan ferry ditunda sampai pukul 15.30. Saya langsung berpikir kalau tadi kami memutuskan langsung kembali ke Hong Kong tadi siang, mungkin kami harus menunggu di terminal Maritimo selama berjam-jam. Tuhan mengatur perjalanan kami semuanya tepat pada waktuNya.

Akhirnya diumumkan bahwa ferry menuju Hong Kong akan diberangkatkan. Maka kami berjalan menuju ferry. Berbeda dengan terminal Maritimo, jarak dari tempat tunggu ke ferry di terminal Taipa lumayan jauh. Kerasa loh sambil menggendong adik yang sedang tidur. Setelah masuk ferry, saya meletakkan adik di kursi dan memakaikan seatbelt, adik tetap tertidur. Teler berat rupanya. Tak lama semua tertidur.

Staf di Cotai Jet masih muda-muda dan Selama dalam perjalanan, mereka memutarkan acara yang menampilkan tempat-tempat wisata di Macau dan hotel the Sands. Lumayan untuk mengenal kebudayaan Macau. Untunglah saat kami pulang, ombaknya tidak sekencang waktu kami pergi. Tak lama kami melihat gedung-gedung pencakar langit dan lampu-lampu. Berarti kami semakin mendekati Hong Kong Island. Saya melihat jam, tepat 1 jam untuk perjalanan pulangnya. Anak-anak pun bangun dan langsung berkicau. Kakak sudah berkurang panasnya.

Di bagian imigrasi, setelah pemeriksaan passport, ada  petugas yang membawa tembakan termomoter infra red. Saya dan papa pandang-padangan. Saat petugas memeriksa suhu tubuh kakak, yang cara penggunaannya seperti tembakan, untunglah termometer berbunyi biasa, tidak ada indikasi demam. Thanks to tempra. Andai tadi tidak diberi tempra, mungkin kami harus memberi penjelasan dari a sampai z tentang kakak.

Karena selama di Hong Kong kami belum menikmati dimsum, maka kami memutuskan untuk makan dimsum di Dimdimsum dimsum Mong Kok, supaya lebih dekat. Bagaimana cara menuju Dimdimsum dimsum? Dari stasiun Mong Kok, keluarlah melalui exit D2, berjalan 1 block lalu belok ke jalan Tung Choi. Carilah di sebelah kanan jalan, Dimdimsum dimsum. Alamat lengkapnya 112 Tung Choi St. Tempatnya tidak besar, tetapi penggemarnya banyak. Untungnya saat kami datang, masih tersisa 3 meja kosong.
Peta menuju Dimdimsum dimsum , 112 Tung Choi Street
Bagaimana dengan makanannya? Two thumbs up. Enak banget. Kami memesan dimsum yang biasa seperti siumai, hargau, chasiu pao, bakpao telor asin atau egg custard bun, chong fan sayur dan chong fan udang, kaki ayam, terong dengan teriyaki sauce, bubur dan nasi dengan ayam dan jamur. Rasanya enak. Tidak heran dimdimsum terkenal di sana. Makanan yang baru bagi kami adalah terongnya. Rasanya enak dan pas. Selain itu egg custard bun yang berbentuk muka oink oink. Lucu lihatnya. Oya, mintalah menu berbahasa Inggris jika memang tidak bisa membaca tulisan planet ya :D
Kiri atas searah jarum jam: siumai, hargau, chong fan udang, terong saos teriyaki, egg custard bun (piggy custard bun). Sumber: dimdimsum.com.hk
Selesai makan, antrian sudah mengular di luar. Yang antri bukan cuma turis seperti kami. Penduduk lokal pun banyak yang antri untuk makan. Hmmm.... Pantas saja Dimdimsum terkenal di mana-mana. Kami berpencar saat pulang. Oma opa oma langsung berjalan mencari oleh-oleh di Aji Ichiban, sedang kami langsung pulang supaya kakak tidak teler. Kami mau menyiapkan tenaga untuk mengunjungi Disneyland besok.

Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami bersama anak-anak di Hong Kong dan Macau, silakan klik link ini

Next: Hong Kong Day 5: Disneyland Day 2






Saturday, May 28, 2016

Mengenal Macau, warisan budaya UNESCO

Di hari keempat liburan kami, kami menjadwalkan untuk berkunjung ke Macau. Opa kepengen banget nostalgia ke Macau, mengenang masa-masa nyetel motor untuk balapan. Makanya kemarin opa bela-belain balik ke apartemen siang-siang untuk istirahat supaya hari ini sudah fit.

Saya sendiri hampir membatalkan rencana ini. Jam 1 pagi, tiba-tiba badan kakak panas. Untunglah saya selalu membawa tempra saat pergi. Bukan karena anak-anak sering sakit, wong tempra di rumah dulu selalu dibuang dalam keadaan 4/5 penuh karena sudah kadaluarsa, tetapi saya bawa untuk jaga-jaga. Dan ini pertama kalinya tempra terpakai saat dibawa jalan-jalan. Saya bilang ke si papa, jika pagi masih panas, lebih baik anak-anak tidak jadi ke Macau. Tapi kalau saya tidak ikut, rasanya tidak mungkin. Karena yang sudah berguru pada mbah google tentang Macau adalah saya, bukan si papa. Puji Tuhan setelah minum tempra panasnya sudah turun. Jadi semua tetap pergi, sambil mamanya membawa persiapan obat andalan untuk menurunkan panas dan juga termometer. 

Jika jalan-jalan ke Hong Kong, biasanya turis-turis suka memasukkan jadwal untuk day trip ke Macau atau Shenzhen. Kalau ke Shenzhen lebih mudah, karena cukup pakai kereta dari daerah Kowloon. Tetapi kalau ke Shenzhen, karena Shenzhen bagian dari RRT, harus memakai visa turis. Berbeda dengan Macau. Walau Macau sudah dikembalikan oleh Portugis ke RRT pada tahun 1999, sama seperti Hong Kong, Macau dianggap sebagai Special Administrative Region (SAR) atau Daerah Administrasi Khusus. Maka untuk masuk Macau tidak usah menggunakan visa. Dan karena bekas jajahan Portugis, maka banyak yang mengatakan bahwa Macau ini Eropa-nya Asia. Yang artinya gedung-gedungnya bergaya Eropa dan klasik.

Macau sendiri terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Peninsula, Coloane dan Taipa yang sering disebut Cotai. Penisula dan Cotai dihubungkan oleh jembatan yang luar biasa panjang. Di Peninsula banyak terdapat gedung-gedung tua dan bersejarah, seperti Ruin of St.Paul, Senado building, kantor pos tertua, gereja St. Dominic, grand prix circuit dan masih banyak lagi. Sedangkan di daerah Cotai terkenal dengan kasino-kasino yang wah dan pedesaannya. 

Macau memang identik dengan Las Vegas-nya Asia. Tetapi ternyata banyak tempat-tempat yang children friendly. Kalau menginap akan lebih banyak tempat yang children friendly yang dapat dikunjungi. Tetapi kami memilih untuk tidak menginap, hotel di sana tidak sopan harganya. Kunjungan kami ke Macau kali ini hanyalah untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah di daerah Senado Square dan sekitarnya, dan melihat Venetian dengan gondolanya. 

Sebelum bercerita lebih lanjut tentang perjalanan kami ke Macau, mari kita cari tahu dulu bagaimana caranya ke Macau. Untuk pergi ke Macau, kita dapat naik ferry dari Hong Kong. Ada dua terminal ferry (tiga sebetulnya dengan ferry langsung dari airport HK) yang dapat digunakan. Yang pertama adalah HK China Ferry Terminal di daerah Kowloon. Untuk menuju HK China Ferry Terminal, naiklah MTR ke Tsim Sha Tsui dan keluarlah dari exit A1. Kemudian dari situ berjalan ke arah mall HK China City Mall (ferry terminal ada di dalam mall tersebut) sekitar 10 menitnya orang dewasa. Yang berarti kalau bawa senior dan anak-anak harus dikalikan 2 menjadi 20 menit. Ferry dari HK ke Macau akan berangkat setiap 30 menit atau 1 jam sekali melalui terminal ini. Terminal ini hanya buka sampai malam.

Sedangkan yang kedua adalah HK Macau Ferry Terminal di daerah Sheung Wan di HK Island. Untuk menuju HK Macau Ferry Terminal, naiklah MTR ke Sheung Wan dan carilah exit D menuju Shun Tak Centre. Ferry terminal ini berada di dalam Shun Tak Centre. Jadi kita hanya perlu naik eskalator dan di dalam mall. Ferry dari HK ke Macau akan berangkat setiap 15 sampai 30 menit melalui terminal ini. Dan termnal ini buka 24 jam. Kalau membawa anak-anak dan senior, saya menyarankan untuk naik yang dari Sheung Wan. Alasannya, orang tua dan anak-anak tidak usah terlalu banyak jalan. Menghemat tenaga juga.

Ferry dari HK ke Macau pun ada dua tujuan, yaitu Macau Outer Harbour Ferry Terminal dan Taipa Ferry Terminal. Macau Outer Harbour terletak di Peninsula. Ferry yang menuju Macau Outer Harbour pun lebih sering frekuensinya. Sedang Taipa Ferry Terminal terletak di daerah Taipa. Ferry yang menuju Taipa Ferry Terminal tidak sebanyak ferry yang menuju Outer Harbour.

Kami berangkat pagi, dengan tujuan supaya tidak kesiangan sampai di Macau. Anak-anak diberi minum susu dulu, karena kami berencana membeli sarapan di McD yang ada di Shun Tak Centre. Letak McD pas di bawah terminal ferry. Oya, sebaiknya siapkan plastik. Jaga-jaga kalau ada yang mabuk laut. Setelah membeli makanan di McD, kami naik eskalator ke terminal. Sampai di sana, petugas di loket Turbo Jet mengatakan bahwa ferry akan berangkat pukul 08.15. Kami melihat jam disana menunjukkan pukul 08.03. Yang berarti 12 menit lagi akan berangkat. Akhirnya kami segera membeli tiket dan bergegas masuk ke area pengecekan.

Karena kita akan pergi ke Macau, yang berarti meninggalkan HK, maka kita wajib melalui imigrasi. Kertas data kita yang diberikan saat kita masuk ke Hong Kong oleh bagian imigrasi di bandara akan diminta kembali. Proses imigrasi berlangsung cepat. Setelah kami lewat bagian imigrasi kami berjalan menuju petugas ferry untuk diperiksa tiketnya dan diberikan nomor tempat duduk. Ini pertama kalinya anak-anak naik ferry, mereka terlihat begitu antusias.

Petugas yang ada segera mengarahkan setiap penumpang untuk duduk. Di sini petugasnya kebanyakan senior-senior. Dipikir-pikir hebat juga ya, para senior diberi kesempatan bekerja supaya ada kegiatan dan tidak merasa tidak berguna. Setelah semua duduk dan memakai seatbelt, saya memandang dari jendela. Keadaan sangat berkabut. Hmmm....semoga tidak terjadi penundaan pemberangkatan. Di dalam ferry pun terasa ombak di luar begitu kencang. Saya mengeluarkan McD yang sudah dibeli dan kami sarapan dahulu. Untungnya kakak tidak begitu rewel soal makan. Di tengah perjalanan diumumkan bahwa karena cuaca yang kurang bersahabat, maka ferry tidak dapat berjalan cepat-cepat.

Untuk para turis yang tidak pernah roaming dan menjadi fakir wi-fi seperti saya, jangan kuatir. Di dalam ferry ada free wi-fi kok. Oma dan oma pun semangat untuk menggunakan free wi-fi yang tersedia. Akhirnya kami semakin mendekati Macau. Ombak di Macau tidak sekencang saat kami masih di Hong Kong. Perjalanan ini sekitar 90 menit. Setelah tiba, yang kami lakukan adalah mencari toilet. Setelah itu kami menuju bagian imigrasi. Untuk urusan imigrasi, karena kami datang pada hari biasa, maka imigrasi tidak begitu lama. 

Kami berjalan ke bagian luar, dan tujuan kami adalah mencari free shuttle bus di terminal Maritimo. Berhubung sudah berguru dengan mbah google dan mbak YouTube, maka patokannya begitu sampai di pintu keluar, masuk underpass dan akan keluar di area terminal. Sepanjang jalan banyak yang akan menawarkan brosur juga dan banyak yang akan menyapa dalam bahasa Indonesia jika dia merasa penampilan kita seperti orang Indonesia. Itu membuktikan banyak turis Indonesia yang datang. 

Sampai di terminal, banyak sekali bis-bis hotel-hotel terkenal. Persaingan bisnis yang ketat membuat hotel-hotel harus jemput bola, dan menawarkan wisata hotel. Jika tidak membawa anak, mungkin pilihan untuk free shuttle bus lebih banyak. Karena tujuan kami adalah Senado Square, hotel yang paling dekat adalah Grand Lisboa. Tetapi, mereka tidak mengijinkan penumpang yang membawa anak kecil (fasilitas mereka ditujukan untuk penumpang yang mau bermain di kasino, dan anak kecil dilarang masuk kasino). Maka kami mencari bis hotel Lisboa. Ternyata mereka tidak mengijinkan kalau tidak punya bukti akan menginap di hotel mereka. Perubahan baru ternyata. Maka kami memilih bis dari Wynn hotel, yang bebas untuk keluarga dengan anak. Rata-rata yang naik ke bis ini adalah penumpang dari Filipina dan yang membawa keluarga. Di dalam bis pun ada free wi-fi loh, full service untuk konsumen ceritanya. Perjalanan dari terminal Maritimo menuju hotel Wynn kurang lebih 10 menit. Berbekalkan hasil memantau street view di google maps, saya sudah ada gambaran cara menuju ke Senado Square. Kami harus menyeberang untuk menuju Grand Lisboa, lalu berjalan lurus sampai Senado Square. Tapi yang saya lupa, street view tidak menunjukkan pedestrian, sedang di luar negeri setiap orang harus berjalan di pedestrian. Akhirnya kami bertanya pada petugas hotel jalan untuk menuju Senado Square. Ternyata untuk menyeberang kami harus masuk underpass. Cuaca di sana sangat berkabut. Setelah menyeberang underpass, kami tiba di depan Grand Lisboa.
Kabutnya tebal sekali
Grand Lisboa, sumber foto: Macha
Kami berjalan lurus menuju Senado Square dan akhirnya sampai juga di Senado Square. Senado square itu seperti alun-alun, yang dikelilingi oleh-oleh gedung-gedung peningggalan Portugis. Yang menarik di sini adalah jalanan dengan pola bergelombang seperti di Eropa. Banyak yang bilang kalau ke Macau harus menginjakkan kaki di sini, baru sah. Oya, UNESCO memasukkan Senado Square sebagai warisan budaya juga loh.
Air mancur di Senado Square

Saat kami datang, di sini sedang ada acara reuni para senior. Jadi banyak sekali senior-senior di dalam suatu tenda. Memang Senado Square terkenal sebagai tempat bagi warga setempat untuk mengadakan kegiatan. Di sebelah kanan Senado Square terlihat banyak orang mengantri. Mereka mengantri untuk masuk ke kantor pos. Apa sih istimewanya? Kantor pos itu sudah berusia ratusan tahun dan masih beroperasi. Jadi biasanya turis-turis membeli kartu pos dan mengirimkan ke negeri asal mereka.
Gedung Kantor Pos dengan antrian yang panjang
Jadwal kami adalah berjalan menuju reruntuhan St. Paul. Ini juga ikon Macau yang harus dikunjungi. Dalam perjalanan ke St. Paul, kami melalui gereja St. Dominic. Gereja ini juga terkenal sebagai peninggalan sejarah dan masih aktif digunakan. Oma opa oma semangat masuk, sementara kami menunggu di luar. Di sekeliling kami terdengar bahasa yang familiar di kuping kami, bahasa Jawa. Rasanya ada rombongan turis dari Indonesia. 
St. Dominic
Lynn B berpose sambil menunggu oma opa oma
Kami melanjutkan perjalanan kami menuju St. Paul. Jangan takut kesasar ya, banyak petunjuk jalan. Untuk menuju St. Paul kita harus melalui gang dan jalannya agak menanjak. Tapi jangan kuatir, di sepanjang jalan banyak makanan dan orang yang menawarkan sample kue almond khas Macau. Yang terkenal di sini adalah tan tart atau egg tart. Egg tart Macau dan Hong Kong berbeda. Perbedaannya ada di karamel di bagian atas egg tart Macau. 

Banyak yang merekomendasikan Koi Kei Pastelaria. Dan memang disepanjang jalan ini mereka punya banyak kios-kios. Kami pun mampir dan membeli egg tart yang satunya 9 MOP. Oya, di Macau mata uang Hong Kong dapat digunakan juga loh. Jadi tidak usah repot menukar uang.  1 HKD = 1.03 MOP. Kalau menginap lama sih saya sarankan tukar, biar tidak gitu rugi. Tetapi kalau hanya day trip, lebih baik pakai HKD. Dan jangan lupa memastikan kembaliannya minta HKD juga, karena MOP tidak berlaku di Hong Kong. 

Mereka menawarkan juga untuk menyicipi kue almond. Si oma pun mengambil dan membagikan untuk kita. Anak-anak suka. Tapi sayangnya petugas di sana tidak sopan. Mereka ngerasani kita. Si papa bilang petugasnya sebal karena oma mengambil dan membagi ke anak-anak. Yang lebih menyebalkan mereka bilang ini kan orang Indonesia, pasti tidak mungkin beli. Hmmm.... Tidak sopan sekali. Apa sebegitu buruknyakah reputasi kita. Tanduk saya rasanya muncul saat mendengarnya. Jangan digeneralisir dong:D

Ruin of St. Paul atau reruntuhan St. Paul sebetulnya adalah sebuah gereja katolik yang dibangun diawal tahun 1602-1640. Namun pada tahun 1835 gereja ini terbakar dan hanya menyisakan bagian depannya saja. Bagian depan ini pun ditopang oleh besi-besi agar tetap dapat berdiri tegak. Reruntuhan St. Paul juga termasuk warisan budaya yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 2005. Dibagian belakang gereja ini ada juga museum benda-benda gereja.

Karena berjalan bersama oma opa oma, kami hanya naik sampai tengah-tengah. Kemudian kami duduk dan menikmati egg tart yang sudah kami beli. Enak dan muanis buat saya. Setelah itu oma opa oma berfoto-foto, eksis dong ;) Sementara Duo Lynns mengambil posisi dan bernyanyi seperti koko Kevin dan cici Karyn. Memang tempat ini bagus untuk foto-foto. Hehehe.
Duo Lynns sibuk bernyanyi
Kami berjalan kembali ke Senado Square untuk makan siang. Sengaja kami menjadwalkan makan siang lebih awal, supaya bisa dapat tempat duduk untuk makan di Wong Chi Kei. Tempat ini terkenal enak dan ramai. Sementara cuaca masih berkabut. Hmm...seperti mau hujan. Saat kami sampai, tidak ada antrian (hore...), masih sepi mungkin.
Pola gelombang jalanan di Senado Square
Kami masuk dan diarahkan ke lantai 3. Lantai 1 dan lantai 2 sudah penuh orang. Makanan terkenal di tempat ini adalah mie wonton-nya. Jadi kami memesan mie dan bubur. Memang enak hanya porsinya kecil. Sayangnya saya tidak bisa menikmati makanan karena si kakak mulai teler. Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan selanjutnya. Rencananya kami akan berjalan ke Hotel Sintra dan naik free shuttle bus ke Venetian.



Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami bersama anak-anak di Hong Kong dan Macau, silakan klik link ini

Next: Menikmati Suara Merdu di Venetian 

Tuesday, May 24, 2016

Menjelajah Hong Kong Island: Causeway Bay

Seperti yang sudah direncanakan, kami akan naik ding ding tram yang memang hanya beroperasi di HK Island. Karena bertujuan mau ke Lee Theatre, maka kami menaiki tram yang menuju Happy Village. Menaiki tram ini sama seperti merasakan perjalanan dengan tram di masa dulu. Disebut ding ding karena mereka akan membunyikan bel setiap akan berhenti. Tarif tram tentu saja lebih murah dibandingkan dengan tarif MTR (dewasa 2.3 HKD dan 1.2 HKD untuk anak-anak), dan lebih lama. Tapi pengalaman naik ini sungguh berharga. Masuknya dari pintu belakang loh. Kami duduk di atas dan menikmati kesibukan Hong Kong. Untuk menuju Lee Theatre, halte terdekat adalah Foo Ming. Oya, di sini tidak ada kondektur untuk memberi tahu. Maka sebaiknya sudah bersiap-siap satu pemberhentian sebelum pemberhentian yang dituju.
Bentuk Ding Ding Tram, dalamnya betul-betul tua. Sumber: hktramways.com
Causeway Bay merupakan area perdagangan yang tidak ada matinya. Area ini ramai sekali dan kita dapat menemukan mall atau plaza di dalam gang. Salah satunya adalah Lee theatre, yang tidak terletak di jalan besar. Awalnya gedung ini adalah gedung teater, tetapi lama kelamaan berubah menjadi plaza dengan brand-brand high end. Banyak flagship store berada di sini, seperti Lego, Uniqlo, Muji, Anand, dan sebagainya. Tentu saja sasaran kami adalah lego. Lego store terletak di lantai 9. Lego store di sini mempunyai museum mini yang berisi miniatur-miniatur karakter atau tokoh terkenal. Bagus-bagus loh. Mereka juga menyediakan area bermain blocks, tetapi harus bayar. Sayangnya lego set yang ingin kami beli tidak ada. Kami memutuskan untuk membeli alas atau base untuk blocks dan mencoba untuk ke Brick Store di Hysan Place. 
Atas: Lee Theatre Plaza. Bawah: AA Place di lantai 9. Sumber: leegardens.com.hk 
Di belakang plaza ini ada Times Square. Kami sempatkan mampir untuk mencari piyama opa di Mark n Spencers. Times square merupakan mall yang besar sekali, sampai eskalator pun menghubungkan 2 lantai sekaligus. Oya, dari mall ini bisa langsung ke stasiun Causeway Bay. Carilah exit A, dan ikutilah petunjuk. Biasanya di atrium suka ada pameran. Tapi sayang saat kami ke sana, tidak ada pameran. Dan piyama yang kami cari ternyata tidak ada. Akhirnya kami keluar lagi. 
Times Square Mall
Karena sudah sore, sudah waktunya tea time, kami mulai berpikir akan ke jalan Yee Woo untuk mampir ke Hui Lau Shan. Dan saat berjalan keluar, tak sengaja saya melihat toko dengan tulisan Brick Store. Akhirnya kami memutuskan memeriksa ke toko tersebut. Toh dekat pikir kami. Kami menyeberang jalan, dan saat menyeberang saya tak sengaja lagi melihat Hui Lau Shan. Padahal hasil googling sebelum liburan menyatakan hui lau shan hanya ada di Yee Woo. Puji Tuhan, tidak usah jauh-jauh jalan ke Yee Woo street. 

Brick store yang kami lihat lambangnya terletak di lantai 2, dan seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Masuk ke tokonya pun harus pencet bel. Tetapi saat masuk ternyata banyak lego mania yang sedang melihat-lihat. Koleksinya pun lengkap. Memang orang HK terkenal suka main lego. Dan block set yang kami cari ternyata ada di sini. Selesai membayar kami segera ke Hui Lau Shan untuk makan dessert. 

Hui Lau Shan sangat terkenal di Hong Kong, bahkan mempunyai cabang di Malaysia dan Macau. Pada dasarnya mereka sangat menyohorkan mango sago dan dessert-dessert lainnya. Kami memesan 3 in 1 dessert dan mango pudding. Yang kami suka adalah rasanya tidak terlalu manis. Melihat Duo Lynns makan dengan bahagia, saya pun menjadi bahagia dan terharu. Rada baper gitu =)) 
Hui Lau Shan dan platternya...Yum yum....
Kami melanjutkan perjalanan kami menuju Chungking Mansion, dengan tujuan untuk menukar uang ke dollar HK. Niat amat mau nukar sampai sana? Sebetulnya kami mencoba untuk menukar di daerah Causeway Bay. Tetapi rate-nya jelek sekali. Dan kalau dibandingkan dengan rate money changer di Chungking Mansion, jauuuuuh banget. Jadi kami tetap dengan rencana awal untuk menukar uang ke money changer di Chungking Mansion. Toh stasiun Tsim Sha Tsui memang dilalui kalau kami mau kembali ke apartemen. Sekalian melihat-lihat Nathan road. 

Chungking mansion terkenal dengan guesthouse yang murah-murah banget. Tapi banyak yang tidak merekomendasikan untuk menginap di sana. Selain kamarnya yang kecil sekali, jalan aja kudu miring-miring supaya muat, hanya ada 2 lift yang imut dalam 1 gedung. Kebayang kan dengan jumlah orang yang banyak, diperlukan waktu lama untuk naik atau turun. Belum lagi dari segi keamanan. Chungking Mansion hanya terkenal dengan makanan Asia selatan dan money changer yang bagus. Dan memang benar, saat masuk ke sana, hawanya tidak enak. Terlalu crowded. Sesuai dengan rekomendasi banyak orang, kami berjalan ke belakang untuk mencari money changer yang menawarkan rate yang tinggi. Setelah selesai menukar, kami segera beranjak. 

Disamping Chungking Mansion terdapat mall yang dapat dikunjungi. Bisa jadi alternatif untuk belanja cuci mata juga. Kami segera kembali ke Mong Kok dan mencari makan malam sebelum kami kembali ke apartemen. Akhirnya pilihan jatuh ke Cafe de Coral lagi. Cepat dan enak soalnya. Setelah itu kami kembali ke apartemen untuk beristirahat. 

Bagaimana dengan si opa yang tadi kurang enak badan? Ternyata obatnya hanya istirahat yang cukup:) Opa bilang setelah istirahat, opa siap untuk pergi jalan-jalan ke Macau besok.



Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami bersama anak-anak di Hong Kong dan Macau, silakan klik link ini

Next: Hong Kong day 4: Macau, warisan budaya UNESCO

Sunday, May 22, 2016

Menjelajah Hong Kong Island: The Peak dan Trick Eye Museum

Hari ini adalah hari Selasa, hari ketiga kami liburan di Hong Kong. Jadwal hari ini adalah menjelajah Hong Kong Island, yaitu the Peak, Trick Eye Museum, naik ding-ding tram, dan menjelajah Causeway Bay. Setelah itu di sore hari kami ingin makan dessert di area Tsim Sha Tsui (karena kami harus menukar uang dan rencana menukar di Chungking Mansion) dan mengunjungi Kowloon Park atau Nan Lian Garden. Tergantung kondisi peserta. Jadwal sudah disusun dengan sangat rapi, tinggal pelaksanaannya saja. 

Seharusnya kami sudah harus keluar dari apartemen pukul 07.45 waktu setempat. Anak-anak sudah siap sedia menunggu untuk makan pagi. Tetapi seperti saya bilang, pergi bersama senior selalu penuh kejutan, jadi jadwal pagi selalu mundur dari yang direncanakan dan anak-anak pun telat untuk makan pagi. Maka kami baru keluar dari apartemen pukul 08.25. Rencana kami pagi ini makan pagi di Kam Wah Cafe yang terkenal dengan pineapple bun dan Hong Kong style egg tart. Kebetulan posisinya dekat dengan tempat kami menginap.

Sesampainya kami di sana, kami disambut dengan bahasa Kanton. Padahal menurut review yang saya baca di TripAdvisor banyak bule orang asing yang makan di sini. Si papa berkata karena dia tahu diantara kita ada yang bisa ngomong kanton, makanya dia pukul rata ngomong pakai bahasa kanton saja. Akhirnya bukan hanya pineapple bun dan egg tart yang kami pesan, kami juga memesan roti bakar dan mie rebus ala Hong Kong. 

Pineapple bun, atau disebut juga bo lo bao (baca polo pao) yang artinya roti nanas, bukan berarti roti yang ada nanasnya, tetapi roti manis yang penampakannya seperti kulit nanas. Rasanya manis, kalau buat saya kebanyakan bisa mabok karena saya tidak begitu suka manis, dan atasnya garing-garing gitu. Anak-anak suka. Secara keseluruhan, makanan di sana termasuk ok rasanya. Tetapi sayang pelayannya kurang ramah, tipikal orang sana deh. Mungkin karena mau apa-apa serba cepat, jadi keramahan agak kurang. 

Setelah itu kami menjuju stasiun MTR Prince Edward untuk naik MTR menuju central. Gampang kok, hanya naik MTR line Tsuen Wan sampai stasiun Central. Central merupakan ujung dari line Tsuen Wan. Lalu kami mengambil exit J2 dan berjalan menuju Peak Lower Tram terminus. Kami memang berencana untuk naik tram yang miring untuk menuju the Peak. Karena saat kami datang sedang bulan seni, maka banyak pameran kesenian di dalam stasiun di sepanjang jalan menuju exit J2. 
Peta menuju The Peak Lower Tram Termius, courtesy of thepeak.com.hk

Perjalanan menuju tram terminal tidaklah jauh. Tetapi di tengah jalan si opa sakit perut dan mencari toilet. Akhirnya kami mencari gedung terdekat dan bertanya kepada satpam gedung tersebut. Dan tak disangka saudara-saudara, satpamnya orang Indonesia yang sudah lama kerja di Hong Kong dan sudah punya PR (permanent residen) Hong Kong. Beliau orang Makasar asli (satu kampung dengan bapak Habibi kalau menurut pengakuan beliau) yang mendapatkan istri saat kerja di Hong Kong dan anak-anaknya sudah besar dan tinggal di Australia. kami sempat bertanya, sambil menunggu oma opa oma ke toilet, apakah tidak kangen dengan Indonesia. Dia menjawab (dengan logat Makassar) kalau sudah biasa apa-apa teratur, saat kembali ke Indonesia rasanya pusing. Bahkan beliau sering jalan-jalan ke luar negeri dengan menunjukkan PR Hong Kong supaya tidak repot buat visa (kalau pasport Indo kan harus pakai visa ke beberapa negara), apalagi tiket dari Hong Kong lebih murah. Untuk liburan ke Indonesia ok lah, tapi untuk menetap rasanya tidak. Dan kami menjawab: Oooo.

Setelah para senior datang, kami berpamitan dan melanjutkan perjalanan. Jaraknya sih tidak jauh, tetapi jalannya menanjak. Jadi pelan-pelan saja, apalagi kalau bawa anak-anak dan senior. Melihat keadaan oma opa oma (plus waktu yang molor dari rencana awal), kami memutuskan tidak jadi ke Nan Lian Garden. Takut mereka kecapekan. Sampai di tram terminal, kami memanfaatkan octopus card kami supaya tidak usah mengantri membeli tiket tram. Tiket tram sekali jalan adalah 28 HKD, dan 40 HKD untuk pp. Oya, jam bukanya dari jam 07.00 sampai 24.00. Bersyukurnya kami pagi itu antrian tidak panjang dan kami langsung naik ke dalam tram. 
Atas: Tanda kalau kita sudah sampai di The Peak tram.
Bawah: Tram yang akan beroperasi sekarang.
The Peak Tram ini sudah ada sejak tahun 1888. Memang awalnya digunakan sebagai alat transportasi menuju the Peak. Sekarang sih lebih untuk turis. Biasanya kapan pun dan jam berapa pun pasti antri, tetapi pagi ini antriannya cukup baik hati. Karena cuaca di luar cukup berkabut, anak-anak sibuk bernyanyi foggy day chasing the sun away, dengan suara kecil, sementara saya menikmati pemandangan sambil mendengarkan orang di belakang saya berbicara bahasa Indonesia. Dari dalam tram pemandangan terlihat miring, tetapi sebetulnya kita dan tram yang miring. Hmm....jadi mendapatkan pencerahan. Sering kali kita merasa sekeliling kita yang 'miring', tapi mungkin kita dan lingkungan kita yang miring. Jadi sebelum berkoar-koar, kudu introspeksi diri dulu. 
Kiri: Ilusi mata yang dialami saat naik tram. Kanan: Tram yang pertama kali digunakan.
Akhir dari pemberhentian tram ini adalah The Peak Upper Tram Terminus atau The Peak Tower. Di The Peak Tower ini terdapat The Peak Market. The Peak Market menjual suvenir-suvenir khas Hong Kong. Lalu ada juga Madamme Thussaud yang terkenal dengan patung lilinnya. Banyak yang menuju ke sini. Kami hanya numpang foto dengan Bruce Lee di bagian depan. Di lantai atas terdapat restoran-restoran yang makannya pun bisa sambil menikmati pemandangan dari atas. Saya sempat menikmati makan di sana saat saya baru lulus kuliah, dan memang pemandangannya bagus. Bagi yang suka bermain dengan kamera, pasti tidak akan melewatkan kesempatan untuk pergi ke bagian paling atas, Sky Terrace. Pemandangan dari Sky Terrace sangat bagus, apalagi senja dan malam hari di saat lampu-lampu sudah menyala. Untuk kunjungan kali ini kami menghilangkan kunjungan ke Sky Terrace, menunggu anak-anak lebih besar, tetapi ternyata itu pilihan yang tepat karena cuaca hari ini sangat berkabut alias foggy day. 

Kami menyeberang menuju the Peak Galleria untuk mengunjungi Trick Eye Museum. Musium ini terletak di lantai 3, satu lantai dengan observation deck. Karena kami sudah membeli tiketnya lewat klook, maka kami tinggal  menunjukkan voucher kami. Petugas memeriksanya setelah itu kami masuk. 

Trick Eye Museum ini merupakan cabang dari Trick Eye yang ada di Korea. Anak-anak, oma-oma, semangat lari sana lari sini untuk berfoto. Dan memang bagus sekali loh tempat ini. Recommended bagi semua umur. Memang tidak luas, tetapi bagi kami cukup memadai untuk semua gaya.


Trick Eye Museum, area Secret Garden, Great Adventures, World of Masterpiece, Neverland, dan HK Discoveries.
Area foto dibagi menjadi 5 area, yaitu secret garden, world of masterpieces, great adventures, neverland, HK discoveries. Di area secret garden, tempatnya kita dapat berfoto manis-manis. Kita bisa duduk diatas bunga, dekat air terjun, pakai sayap, manis deh pokoknya. Sedang di area world of masterpiece, kita menggunakan imajinasi kita untuk menjadi ballerina, naik ayam, bergelantungan di antara kawah, dan sejenisnya. Bagi yang takut dengan sesuatu yang menantang, boleh mencoba great adventures. Kita bisa mencoba terjun payung, balapan motor, melayang di atas kursi, dan sebagainya. Jadi kesannya kita berani. Hehehe. Neverland bertemakan tentang kisah klasik dan hal yang mustahil bin mustajab seperti senam upside down, mencium pangeran kodok, dikejar hiu, dan sebagainya. HK discoveries menampilkan lukisan-lukisan dengan tema HK, seperti big budha, gedung pencakar langit HK, berfoto dengan kapal khas HK. Secara keseluruhan, semuanya hanya lukisan, tetapi dengan sudut yang tepat, hasilnya bisa mantap. 


Trick Eye Museum, area Neverland dan Great Adventures.
Karena tempatnya kecil dan sudah hampir jam makan siang, maka kami segera keluar dan turun. Sebelumnya demi memuaskan keinginan Duo Lynns melihat pemandangan dengan teropong, kami mampir di observation deck yang satu lantai dengan Trick Eye. Observation deck ada dua sisi, sisi yang melihat pemandangan kota dan sisi yang melihat laut. Kami hanya pergi ke sisi yang melihat laut, karena yang melihat kota berada di sisi lainnya dari mall ini. Tujuan kami berikutnya adalah turun ke lantai paling bawah. 

Tante dari si papa merekomendasikan untuk makan di Tsui Wah yang berada di gedung ini. Tsui Wah juga merupakan HK style fast food, tetapi harganya diatas Cafe de Coral, MX Maxim, ataupun Fairwood. Sayangnya pelayannya kurang ramah. Yang kami suka adalah nasi goreng yang chow, banyak sekali udangnya dan besar-besar. Setelah makan, dan karena opa terlihat kurang enak badan, maka oma opa oma kembali ke apartemen untuk istirahat siang. Tentunya sudah dibekali dengan peta dadakan. Sebelumnya kami menyempatkan diri berfoto dengan trem hijau tempat pusat informasi. Di bagian dalam tram terdapat petugas dan brosur-brosur. Petugasnya ramah loh. 

Kami berjalan menuju stasiun Central untuk mengantarkan para senior. Perjalanan menuju stasiun Central lebih mudah karena jalanannya turun. Setelah mengantar mereka sampai masuk ke bagian penumpang, kami kembali keluar melalui exit J dan melanjutkan perjalanan kami ke Causeway Bay. 


Ada om yang sedang latihan Tai Chi di area exit J2.


Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami bersama anak-anak di Hong Kong dan Macau, silakan klik link ini

Next: Menjelajah Hong Kong Island: Causeway Bay

The Peak.
Jam operasional untuk tram: 07.00 - 24.00
Jam operasional Sky Terrace 10.00 - 23.00 (Senin - Jumat), 08.00 - 23.00 (Hari Libur)
www.thepeak.com.hk

Trick Eye Museum
Level 3, The Peak Galleria
Jam operasional : 10.00 - 22.00
Tiket Masuk (harga resmi dari website):  
12 - 64 tahun: 150 HKD
3 - 11 tahun: 100 HKD
>65 tahun: 100 HKD
www.trickeye.com/hongkong/main_test/



Wednesday, May 18, 2016

Garden of Stars, Symphony of Light, dan Victoria Harbour

Akhirnya hari Sabtu yang dinanti-nanti tiba juga. Sepanjang hari kami masih melakukan aktivitas kami seperti biasa. Papa tetap bekerja, saya tetap jadi upik abu, dan anak-anak tetap les balet. Anak-anak belum tahu kalau malam nanti kita akan memulai petualangan ke Hong Kong. Karena kami mendapatkan pesawat dini hari, maka saya memaksa anak-anak untuk tidur siang sebentar, sepulang dari les. Dan saat bangun, baru kami beritahu akan pergi ke Hong Kong. Antara kaget dan bingung, mereka protes karena baru diberi tahu. Tetapi setelah itu mereka kembali senang karena akan bertemu Mickey dan Minnie.

Pesawat yang kami naiki, Garuda Indonesia, take off pukul 23.45 WIB. Karena sudah web check-in, kami berangkat pukul 21.00, setelah potong kue dalam rangka ulang tahun oma. Tidak begitu terburu-buru karena tinggal memasukkan bagasi. Sepanjang menunggu waktu take off, Duo Lynns berusaha melawan rasa ngantuknya dengan joget nari sana-sini. Tetapi begitu take off, mereka segar kembali. Setelah 30 menit terbang, si kakak tidur, sementara si adik masih konser dengan suara kecil. Akhirnya dia tertidur juga.

Bagaimana dengan pelayanan di dalam pesawat? Saat kami baru naik, pramugari membagikan jus jeruk dalam kemasan kecil dan kantong kecil berisi kaos kaki dan penutup mata kepada setiap penumpang. Setelah take off, setiap penumpang diberikan kertas menu. Menu terdiri dari dua pilihan, makanan Indonesia (nasi hijau, ayam, dan sayur) dan makanan ala barat (pasta, ikan, dan sayur). Kami kira makanan akan diberikan saat pagi hari, tetapi dikertas tertulis supper alias makan malam (banget). 1 jam setelah terbang, makanan mulai dibagikan. Kebayang kan makan jam 1 pagi, makan pun antara lapar dan tidak. Rasanya lumayan enak, jadi habis juga. Dessert yang diberikan juga enak, brownies dengan vla. Setelah nampan bekas makan diikumpulkan, lampu di pesawat mulai diredupkan. Tetapi rata-rata tidak ada yang langsung tidur, maklum kekenyangan.

Bagaimana dengan kids meal? Berbeda dengan pengalaman kami naik maskapai negara ginseng (dapat memilih kids meal dan dapat goodie bag yang unik), tidak ada pilihan makanan saat memesan kids meal (pemesanan dilakukan maksimal 2 x 24 jam sebelum terbang ya). Goodie bag yang diberikan adalah buku (tanpa pensil warna atau alat tulis lainnya) dan boneka hewan yang mungil. Dibanding naik budget airline, yang tidak dapat apa-apa, ya masih ok deh :D

Perjalanan dari Jakarta ke Hong Kong berlangsung selama 5 jam. Saat hampir landing, kakak mulai terbangun. Kakak, yang norak melihat Hong Kong dari udara, langsung berkicau. Sementara adik baru bangun setelah kami landing dan pesawat berhenti. Kami mendarat pukul 5.45 waktu Hong Kong. Waktu di Hong Kong lebih cepat 1 jam dari Jakarta. Saat kami keluar dari pesawat, kami disambut oleh petugas Bandara Hong Kong. Mereka menyambut kami sambil membungkukkan badan dan berkata cou san yang artinya selamat pagi. Imigrasi juga lumayan antri, pagi hari di Bandara Hong Kong begitu ramai. Hm....selamat datang ke negara yang apa-apa harus cepat.

Setelah mengambil bagasi, kami menuju transportation center untuk membeli on loan octopus card untuk dewasa, anak-anak, dan senior. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, octopus card sangat mempermudah perjalanan kami selama di Hong Kong. Sambil menunggu jam 9, karena janjian ketemu pemilik apartemen jam 10, saya menyuruh anak-anak makan kids meal yang mereka dapatkan. Setelah mereka selesai makan, kami berjalan-jalan menuju terminal 2 dan duduk di food court terminal 2. Oma dan opa memesan cuk atau bubur. Duo Lynns sibuk menggambar di buku yang sudah kami persiapkan. Sementara papa dan oma satu lagi pergi ke Seven Eleven untuk membeli air putih. Dan saat mereka kembali, mereka membawa banana milk Korea, melon milk Korea, dan gimbap. Senangnya si kakak melihat banana milk. Ini adalah minuman favorit kakak saat di Korea.

Setelah jam 9, kami menuju tempat naik kereta menuju Mong Kok. Stasiun MTR di bandara terletak di antara terminal 1 dan terminal 2. Untuk tiket airport express, saya menyarankan untuk membeli melalui klook.com. Enaknya naik airport express, kereta akan datang setiap 10 menit sekali. Untuk menuju Mong Kok, kami harus berhenti di Tsing Yi dan naik MTR ke Lai King untuk berganti MTR yang menuju Mong Kok. Karena ini hari Minggu, jadi kami bertemu banyak sekali pahlawan-pahlawan devisa yang menikmati hari libur mereka. Baju mereka luar biasa keren. Saat saya dulu tinggal singkat di Hong Kong pun saya selalu kalah set sama mereka dalam hal bahasa Kanton, penampilan dan handphone :)) 

Saat kami sampai di Mong Kok, terjadi insiden yang cukup membuat panik. Opa tidak dapat keluar dari gate karena bawaannya besar dan geraknya lama, padahal octopus card sudah ditempelkan. Bersyukurnya kami pada mbak-mbak yang rela hati menolong kami di hari libur mereka. Mereka memberi tahu si papa untuk masuk melalui counter dan menjemput opa. Sementara koper opa dioper ke luar dan saya mengangkatnya dibantu oleh mbak-mbak ini. Maturnuwun ya, mbak. Sampai dadah-dadah loh waktu pisah jalan sama mereka.

Pertolongan kedua yang kami dapatkan dari para pahlawan devisa adalah saat kami menunggu Mrs. A, yang mempunyai apartemen, menjemput kami. Akhirnya saya mencoba meminjam handphone dari mbak-mbak lainnya lagi, yang lagi menunggu teman-temannya juga. Mereka dengan senang hati meminjamkannya. Tapi ada juga mbak-mbak yang penampilannya agak nyentrik. Bahkan ada mbak-mbak yang sepertinya pacaran  sesama jenis. Kasihan juga sih lihat mereka.

Sesudah Mrs.A datang menjemput kami, Mrs.A menjelaskan lingkungan sekeliling kami. Dan sampailah kami di Kiu Ming Mansion. Apartemen ini terlihat sangat tua, tetapi unit yang kami tempati sangat nyaman. Kami bercakap-cakap sebentar dengan Mrs.A. Unit yang kami tempati terdiri dari 3 kamar dan 2 kamar mandi. Karena Mrs.A adalah interior design, segala sesuatu terlihat nyaman. Setelah itu kami mencari makan siang. 

Karena sudah kelaparan, maka rencana untuk makan siang dimsum pun kami batalkan, malas antrinya. Akhirnya pilihan jatuh ke Tai Ka Lok, atau yang lebih dikenal dengan Cafe de Coral. Tempat ini terkenal dengan sebagai fast food dengan makanan lokal yang porsinya besar (banget) dan harganya yang murah. Menu yang ada pun tidak pernah sama, tetapi ada menu halal dan menu haram. Antrinya pun lumayan. Sistemnya adalah antri untuk memesan, bayar, lalu antri untuk mengambil pesanan. Maka setelah memesan makanan, kami mencari tempat duduk. Semua tempat penuh. Dan ada orang lokal yang memanggil saya untuk menawarkan tempatnya. Lalu ada mbak-mbak yang menawarkan tempat duduknya untuk saya, karena dia sudah mau selesai. Prinsipnya, begitu ada yang kosong, segeralah duduk. Jangan berharap bisa duduk bersama-sama dalam group karena ramai sekali. Lalu ada mbak lagi yang pindah ke depan pacarnya teman wanitanya dan memberikan kursinya untuk oma dan opa. Wah, hari ini kami tiga kali ditolong oleh para pahlawan devisa. 

Selesai makan, kami kembali ke apartemen untuk beristirahat. Lumayan teler setelah setengah begadang sebelumnya. Rencananya kami akan jalan jam 4 sore menuju Causeway Bay. Anak-anak sudah disiapkan sebelum jam 4 dan makan cemilan supaya tidak kelaparan. Tetapi karena jalan-jalan bersama senior selalu penuh kejutan, maka jalannya pun molor. Akhirnya yang awalnya berencana jalan jam 4 sore malah jadi jam 5 sore. Diputuskan untuk menggunakan plan B, menunda perjalanan ke Causeway Bay dan memilih untuk bertemu kangen dengan patung Bruce Lee, Anita Mui, dan cap tangan artis-artis Hong Kong di area Harbour.

Karena sebagian area harbour sedang dalam renovasi sampai akhir tahun 2018, termasuk Avenue of Stars, maka patung-patung tersebut dipindahkan ke area East Tsim Sha Tsui Promenade dan diberi nama Garden of Stars. Bagaimana caranya menuju ke sana? Naik saja MTR dan turunlah di East Tsim Sha Tsui. Lalu ikuti petunjuk yang ada menuju exit P1. Kemudian naik lift menuju Podium level. Karena kami dari Mong Kok, kami berhenti di Tsim Sha Tsui, lalu berjalan menuju exit P1. Oya, TST dan East TST tidak jauh kok, dan jalannya pun masih di dalam area MTR.

Bertemu dengan ikon-ikon ini seperti deja vu bagi saya. Dan tentu saja oma opa oma dengan semangat berfoto bersama Bruce Lee, Anita Mui, dan setiap spot. Sementara anak-anak sibuk mau melihat hand print dari bintang film Hong Kong, baik yang masih ada maupun yang sudah tiada. Riweuh? Pasti, sampai kami berdua tidak sempat foto. Hehehe
Kiri: Patung Lambang perfilman HK, Kanan: Patung Bruce Lee
Hand Print orang-orang yang memajukan perfilman HK, katanya gambar bintang bagi yang sudah tiada
Karena sudah sore, maka pemandangan senja hari terlihat begitu indah. Lampu-lampu di gedung pencakar langit sudah mulai dinyalakan. Berhubung sudah lapar, dan karena mengincar berfoto di 1881 Heritage plus nonton Symphony of the Light, maka kami bergegas mencari makan. Tempat makan pun diusahakan mendekati area Star Ferry. Akhirnya kami memutuskan makan di HK fast food yang bernama Fairwood. Bentuknya mirip dengan Cafe de Coral, tetapi porsinya lebih pas untuk perut. Pelayanannya pun memuaskan. Tidak sampai 30 menit, makan pun selesai, termasuk anak-anak loh. Lapar atau doyan? Mereka menjawab doyan :P
Pemandangan senja hari dari East TST Promenade
Kami berjalan menuju Clock Tower, untuk menonton Symphony of the Light yang akan dimulai pukul 20.00. Setelah nyasar sedikit, kami sampai juga. Belum jam 20.00, tetapi semua tempat penuh sampai akhirnya kami berdiri dekat Star Ferry. Symphony of the Light merupakan pertunjukan lampu dan lagu yang melibatkan lampu-lampu dari area Hong Kong island dan melibatkan gedung-gedung pencakar langit. Ada narasinya juga, dan dalam tiga bahasa: Kanton, Inggris, atau Mandarin (tergantung harinya). Seingat saya, biasanya pertunjukan lampu akan terlihat indah. Dulu kami harus stand by 1 jam di muka untuk mendapat spot yang bagus untuk melihat permainan lampu yang cantik. Tapi kali ini kami hanya dapat melihat sedikit saja. Gak seru melihatnya. Mungkin karena posisi kami yang kurang bagus. Tapi kami dapat melihat Hong Kong Observation Wheel dengan jelas.
Pemandangan Hong Kong Island dengan Observation Wheel-nya
Begitu selesai kami kembali melalui 1881 heritage untuk berfoto-foto. 1881 heritage merupakan high end mall. Semua brand ternama ada di situ. Kami pun tidak pernah masuk situ, hanya pernah foto di depannya. Jadi kali ini pun kami hanya berfoto. Anak-anak semangat untuk berfoto, sementara oma opa oma bersemangat menyuruh cucu-cucu foto. Mereka kecapekan jalan soalnya, jadi malas foto. Maklum, jalan-jalan di luar memang betul-betul literally jalan kaki. Selesai berfoto kami menuju exit terdekat untuk menuju MTR dan kembali ke apartemen, recharge untuk jadwal besok: Hong Kong Disneyland.
1881 Heritage, yang selalu keren dekorasinya. Bahkan untuk foto pun harus antri.


Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami bersama anak-anak di Hong Kong dan Macau, silakan klik link ini