Peranakan house |
Jika ditanya orang tempat jalan-jalan manakah yang memungkinkan kita untuk bertemu dengan orang dari berbagai negara namun dekat dengan negara kita tercinta ini, saya akan berkata Singapura. Di negara tetangga ini bukan hanya ada orang-orang dari Asia, tetapi juga dari luar Asia. Memang Singapura ini terkenal dengan multi etnis tetapi rukun-rukun. Bahkan waktu kami menginap di Holiday Inn Express Katong, kami pun bertemu dengan berbagai macam orang dari berbagai macam negara.
Kali ini kami mencoba menikmati suasana peranakan di daerah East Coast atau Katong. Tadinya daerah ini merupakan daerah perkebunan kelapa dan digunakan sebagai tempat berlibur di akhir pekan oleh penduduk kota yang kaya. Lama kelamaan daerah Katong berkembang menjadi pemukiman di pinggir kota. Daerah ini dihuni oleh kaum menengah berpendidikan Inggris yang semakin berkembang, termasuk Peranakan dan Eurasia.
Apa sih peranakan? Peranakan adalah warga keturunan (yang sudah ada sejak abad 17) yang merupakan hasil pernikahan antar etnis yang ada di Singapore. Istilah ini muncul karena banyak imigran dari negara bambu kala itu yang menikah dengan warga kepulauan Melayu non Muslim. Saat itu kebanyakan (bukan semua) peranakan memiliki status sosial menengah hingga tinggi dan berprofesi sebagai pedagang atau saudagar kaya raya. Sekarang sih perkebunan tersebut sudah tidak ada dan berganti dengan pertokoan dan perumahan. Sedang Eurasia adalah warga keturunan yang merupakan hasil pernikahan keturunan Eropa dan Asia.
Biasanya kami hanya melihat dari luar toko-toko di depan I12 Katong yang menjual makanan dan barang-barang khas peranakan, seperti sendal manik-manik, tas manik, aksesories, dan bahkan pakaian tradisional nonya yaitu kebaya dan sarung. Pakaian tradisional nonya itu mirip dengan kebaya encim. Berhubung kami tidak suka belanja, kami hanya mengagumi dari luar saja bentuk toko yang berwarna-warni dan juga pakaian tradisional yang cantik. Selain itu, ada juga makanan-makanan yang menarik untuk dicoba. Rata-rata makanan yang ada mirip dengan jajanan pasar di Indonesia.
Saat kami ke Singapore beberapa waktu lalu, kunjungan mendadak dan sangat singkat, kami menginap di daerah Joo Chiat. Daerah ini dinamai berdasarkan Chew Joo Chiat, seorang tuan tanah keturunan Tionghoa. Daerah ini juga terkenal sebagai daerah peranakan. Jadi jika biasanya kami hanya melihat toko-toko, kali ini kami berjalan melihat suasana perumahan peranakan. Apakah perbedaan perumahan ini dengan perumahan lainnya?
Lambang Joo Chiat Heritage di trotoar. |
Berdasarkan pengamatan kami, setiap rumah disini merupakan rumah dua tingkat. Tetapi uniknya warna setiap rumah berbeda dan hiasan setiap rumah berbeda. Rumah-rumah inipun merupakan asimilasi dari 3 kebudayaan, yaitu Tionghoa, Melayu, dan Eropa. Ventilasi udara berbentuk sayap kelelawar yang ada disetiap rumah merupakan pengaruh kebudayaan Tionghoa. Bentuk ini menyimbolkan keberuntungan. Sedangkan papan-papan dengan ukiran kayunya merupakan pengaruh Melayu. Bentuk jendela dan daun jendelanya merupakan pengaruh dari Barat. Unik bukan? Bahkan jika dibandingkan dengan toko peranakan di daerah Orchard, rumah-rumah ini lebih keren.
Warnanya cantik ya :) |
Di sini juga ada museum peranakan yang dapat dikunjungi. Sayangnya waktu yang singkat membuat kami hanya berkeliling dan berfoto-foto di depan rumah-rumah ini. Walau hanya berjalan sebentar saja di daerah ini, namun bagi kami dan anak-anak bentuk rumah yang beraneka ragam ini menarik hati. Dan Bagi penggemar kuliner, di daerah Joo Chiat juga banyak makanan peranakan yang dapat dinikmati :)
Warna pastel yang manis |
Note: untuk mengetahui cerita perjalanan kami saat liburan di Singapore , silakan klik link berikut ini.