Pages

Saturday, November 26, 2016

Keliling Dunia tanpa Jetlag di Museum Angkut


Setelah kami beristirahat di Cemara, melepaskan lelah dari perjalanan kami, kami berencana untuk berjalan-jalan sore ini. Kali ini hanya kami berempat, karena oma mau nonton film India kesukaannya malas panas-panasan di jalan katanya. Tujuan kami sore ini adalah Museum Angkut, tempat yang sudah dikenal semua orang. Berhubung baru buka jam 12 dan area yang serunya itu outdoor, maka kami memilih mengunjungi di sore hari. Bagaimana cara menuju ke sana? 

Karena bingung dengan transportasi umum di sini, maka andalan kami adalah taksi. Sistem taksi di sini memang agak unik. Taksi di sini hanya melayani 4 orang dewasa di dalam taksi. Lebih dari 4 orang, harus cari taksi lain atau terkadang supirnya mengizinkan untuk naik tetapi minta tambahan. Atau pas lagi memesan, mintalah armada avanza. Harganya sama saja dengan yang armada sedan. Selain itu, tarif minimum di sini adalah Rp 30.000,00. Berbeda dengan Jakarta, tarif minimum untuk taksi di Malang juga berlaku bagi taksi yang dipanggil secara langsung. Jadi mau argonya 10 ribu pun, bayarnya harus 30 ribu. Tetapi jika dibandingkan dengan carter mobil, ya lebih enak naik taksi.

Oleh ibu Liz kami disarankan naik taksi Citra. Dan memang sebelumnya sempat googling dan baca-baca, banyak yang menyarankan taksi Citra walaupun ada juga supirnya yang nakal. Kami pun kena dikerjai supir. Saat membayar, supir minta Rp 35.000,00. Alasannya tarif minimal yang 30 ribu adalah untuk daerah Malang, bukan Batu. Padahal pas pulang kami hanya membayar 30 ribu.Yah...pengalaman memang guru yang berharga. Anggap saja selisih 5 ribu itu harga untuk pembelajaran (sambil mencoba mengingat muka supir yang menipu kami =D ).  

Museum Angkut merupakan museum yang berisi berbagai macam alat yang dapat digunakan mengangkut. Museum yang diresmikan pada 9 Maret 2014 ini merupakan museum pertama di Indonesia dan Asia yang mengusung tema transportasi dan memadukannya secara unik. Karena letaknya di lereng gunung Panderman, maka udaranya sejuk dan membuat kita tidak merasa lelah walaupun kita melihat lebih dari 300 alat angkut dari yang tradisional sampai yang modern, dari yang tidak bermesin sampai yang bermesin. Alat angkut ini ada yang terletak di dalam gedung dan juga ada yang di luar gedung. Dengan membaginya berdasarkan zona-zona yang ada, kita seakan diajak untuk bertamasya berkeliling dunia, tanpa rasa jetlag tentunya.
Peta Museum Angkut
1. Main Hall
Main Hall merupakan area indoor yang terdiri dari 4 lantai. Di lantai pertama terdapat banyak mobil, motor, sepeda, dan kereta dari zaman dahulu kala. Di sini, kita tidak dapat menaiki kendaraan-kendaraan ini. Tetapi kita boleh berfoto di depannya. 
Disambut oleh Bumble Bee. Ada sofa seperti mobil juga loh
Jangan dinaiki yaa....
Dari sepeda biasa hingga sepeda antik. Kereta kencananya tidak boleh dinaiki juga.
Merpati pos tak pernah ingkar janji juga termasuk alat angkut pesan singkat.
Sedang di lantai kedua terdapat alat-alat angkut yang tidak menggunakan mesin seperti angkong (ricksaw), andong, becak, mesin uap, mesin diesel, sepeda dan juga kapal. Nah, jika tidak ada tulisan dimohon tidak duduk di sini, berarti kita dapat berfoto di becak tersebut.
Believe it or not. tulisan ini ada di dalam satu gerobak.
Yang atas di bagian dudukan, yang di bawah di dalam gerobak. Apakah artinya? 
Dari lantai dua ini, kita dapat menaiki tangga ke tempat yang berbentuk roket, alat angkut menuju bulan. Dari tempat ini pemandangan kota Batu terlihat lebih jelas.
Searah Jarum jam: angkong (ricksaw), cikar lombok, dan cidomo.
Serunya di lantai dua ini,  ada pojok-pojok interaktif bagi pengunjung. Pengunjung dapat menguji pengetahuan mereka tentang knalpot dan suaranya. Ada lagi tebak suara, apakah kendaraan atau blender. Duo Lynns sibuk bermain di setiap pojoknya. Sayang sekali beberapa alat sudah tidak berfungsi dengan baik. Permasalahan klasik bukan? 
Area untuk anak-anak menambah informasi
Kapal-kapal yang pernah melegenda dan berjaya.
Coba tebak, kapal mana yang ada Rose dan Jack?
Di lantai ketiga, area terbuka, terletak tempat mainan roda yang besar dan juga beberapa helicopter. Untuk main di sini, kita harus membayar secara terpisah. Incaran kami adalah Runway 27 yang berada di lantai keempat. Runway 27 merupakan tempat dimana kita dapat mencoba menjadi pilot, masuk ke ruang kokpit, masuk ke pesawat kepresidenan dan menjadi keluarga presiden selama beberapa menit. Untuk masuk ke Runway 27, setiap pengunjung dikenai biaya tambahan sebesar 10 ribu. Wis nanggung sampai sana, ya sudah sekalian masuk. Kami mencoba dahulu masuk ke ruang kokpit. Saat itu ada turis dari Jepang yang juga sedang melihat-lihat. Rupanya mereka mau mencoba menjadi pilot juga :) 
Pilot dan co-pilot :)
Suasana di sana semakin berkabut dan dingin.
Tujuan kami berikutnya adalah mencoba pesawat kepresidenan. Sayangnya masih ada antrian. Kami mengambil nomor untuk giliran berikutnya. Sambil menunggu, kami makan snack di kafetaria yang berada di lantai ini. Kafetaria ini cukup unik. Disain kafe ini seperti pesawat dan pelayannya mengenakan baju seperti pramugari. Harga makanannya pun termasuk murah bagi tempat wisata, apalagi kalau dibandingkan dengan Jakarta. Saat makan, muncullah serombongan ibu-ibu berseragam, entah pegawai negeri ataupun ibu-ibu PKK. Mereka ngotot mau masuk duluan ke pesawat kepresidenan karena mau pulang. Bahkan mereka bilang kami hanya numpang lewat, asal bisa lihat. Si papa langsung berkata pasti di dalam mereka akan bilang mau foto sebentar =D
Suasana kafetaria
Akhirnya saat kami masuk, ibu-ibu ini ikut masuk juga, walau nomor antriannya masih nanti lagi, petugasnya sudah kewalahan karena mereka ngotot minta didahulukan. Akhirnya pramugari memberi izin asal lewat saja, tidak berhenti untuk memfoto. Dan seperti perkataan papa, mereka berkata masa ndak boleh foto sekali aja toh mbak. Waduh....mentalnya sudah seperti ini, ya susah. Bohong dong bu =P
Isi pesawat kepresidenan
2. Jakarta (Pecinan, Batavia, Gudang Batavia)
Hari semakin sore dan setelah puas berfoto di pesawat kepresidenan, pramugarinya menawarkan dan mengarahkan gaya untuk berfoto bersama, kami segera turun ke bawah lagi untuk menuju area outdoor. 
Pecinan di sore hari
Uang ternyata termasuk alat angkut juga
Area outdoor yang pertama mengusung konsep Jakarta dalam zona Pecinan, Batavia, dan Gudang Batavia. Di zona Pecinan, suasana outdoor disulap seperti kawasan Kota Tua di masa lampau. Setiap sudut begitu indah dan susah untuk tidak berpose di sana. Bahkan ada sepasang kekasih dan temannya yang membawa kamera besar, yang sibuk foto di sana-sini. Sepertinya dunia hanya milik mereka bertiga, sehingga anak-anak membatalkan foto di beberapa tempat yang dimonopoli mereka. 
Berbagai kendaraan yang ada di daerah Pecinan
Belok sedikit dari zona Pecinan, kita masuk ke zona Batavia dengan tema pelabuhan Sunda Kelapa. Gambar dan kendaraan yang ada membuat kita seakan berada di pelabuhan, bahkan lengkap dengan warung Pojok. Di sini kami baru mengetahui bahwa becak ternyata berasal dari bahasa hokian be chia yang artinya kereta kuda. Kami juga baru mengetahui perbedaan cikar dan delman. Cikar ditarik oleh sapi, sedangkan delman atau andong ditarik oleh kuda. 
Zona Batavia
Di samping warung Pojok terdapat gudang besar yang berisi mobil, motor, dan vespa tua. Betul-betul seperti gudang. Ada beberapa drum atau kaleng besar yang dapat digunakan untuk duduk dan beristirahat. Lumayan, anak-anak dapat beristirahat sejenak. 
Zona Gudang Batavia
3. Gangster Town/ New York City
Setelah mengitari gudang, kita akan tiba di Amerika, tepatnya New York. Diawali dengan daerah yang penuh dengan gangster, the Bronx, kita seakan masuk ke kota yang berbeda. Dari tempat penuh gangster ini, lengkap dengan penjara, kita akan memasuki daerah Manhattan yang terkenal dengan pertunjukkan musikal di Broadway, kesukaannya papa. Ada Le Miserables, Phantom of the Opera, dan sebagainya. Suasana senja membuat kota ini terlihat menarik.
Gangster Town
4. Eropa
Zona ini membawa kita melihat kendaraan-kendaraan buatan Eropa lengkap dengan negara-negara terkenal di Eropa seperti Perancis, Italia, Jerman dan Inggris. Yang saya cukup salut adalah pihak pengelola menyediakan tempat untuk mengisi kembali batre handphone. Dan kali ini kami bertemu dengan sekumpulan ibu-ibu dan bapak-bapak. Herannya ya, kalau bertemu kelompok, mereka maunya menang sendiri. Tiba-tiba kata antri itu tidak ada di kamus mereka. Terpaksa kami mencari spot lain untuk berfoto. 
Zona Eropa, lengkap dengan platform Harry Potter dan charging station.
5. Buckingham Palace
Kami pun berjalan menuju istana Ratu Elizabeth. Di istana ini terdapat playground untuk anak-anak dan juga kereta yang dapat dinaiki oleh pengunjung secara gratis. Lumayan untuk menghibur Duo Lynns yang masih kesal karena setiap foto diganggu oleh kelompok-kelompok tersebut.
Yuk, sowan dulu dengan Ratu.
6. Amerika (Las Vegas dan Hollywood)
Setelah menjelajah Eropa dan menjadi tamu kehormatan di Buckingham Palace, kami masuk kembali ke benua Amerika. Kalau tadi kita menjelajah New York yang berada di East Coast, sekarang kita masuk ke West Coast dengan Las Vegas dan Hollywood sebagai perwakilannya. Hari yang semakin malam membuat kami semakin cepat melihat-lihat sekeliling kami. Bukan apa-apa, perut sudah mulai bernyanyi.  
Mobil Batman, limousine pun menjadi alat angkut.
Selesai melihat-lihat Hollywood, kami pun keluar dari Museum Angkut. Yang uniknya, untuk keluar, dari zona ini kita kembali ke Jakarta dan keluar dengan naik spoor alias kereta. Jalan di keretanya pun dirancang seperti saat kita berjalan di kereta yang berjalan. Two thumbs up untuk Museum Angkut. Alur yang ada seakan membawa kita berkeliling dunia tanpa jetlag. 
Stasiun kota, dengan arsitek orang Belanda kelahiran Tulungagung. 

Tips mengunjungi Museum Angkut:
1. Datanglah di siang menuju sore hari sehingga tidak terlalu panas saat berada di area indoor. Kami sengaja datang jam 3 sore supaya dapat melihat lampu-lampu dan juga suasana senja hari di sana.
2. Di museum ini, alat foto selain handphone dikenakan biaya sebesar Rp 30.000,00. Oleh sebab itu, jika memang ingin memfoto dengan menggunakan kamera, apalagi bagi penggemar fotografi, siapkan uang tambahan ya, selain tiket masuk. Sedangkan ibu-ibu seperti saya yang sudah cukup puas memfoto dengan handphone, walau hasil handphone tidak sebagus kamera, tinggalkanlah kamera di tempat penginapan. Karena nanti akan diperiksa, jadi daripada repot menitipkan ini itu, lebih baik sekalian ditinggal.
3. Jangan lupa cek terlebih dahulu di website resmi apakah ada promo. Seperti kami kemarin, ada promo boarding pass Citilink. Lumayan kan dapat potongan 20%.
4. Karena terletak di lereng gunung, kalau sudah sore itu anginnya kencang sekali. Lebih baik membawa jaket, jaga-jaga gitu loh.
5. Museum Angkut menyediakan beberapa pertunjukkam di setiap zona. Jika memang sempat, dapat juga melihat pertunjukkan-pertunjukkan tersebut.
6. Di akhir kunjungan, mampirlah untuk makan di Pasar Apung Nusantara. Malah jika sempat, dapat berkeliling pasar Apung dengan menggunakan perahu.

Museum Angkut
Website: www.museumangkut.com
Alamat: Jl. Terusan Sultan Agung No. 2 Batu, Jawa Timur
Telp: 0341-595007
Jam operasional: 12.00 - 20.00
HTM:
- Rp 60.000,00 (Senin - Kamis)
- Rp 80.000,00 (Jumat - Minggu, Hari libur nasional)
Tambahan:
- kamera selain smartphone: Rp 30.000,00

- Runway 27: Rp 10.000,00

Next: Kulineran di Pasar Apung Nusantara

Monday, November 21, 2016

Review Cemara Guesthouse Batu Malang

Sumber foto: cemarashomestay
Beberapa waktu lalu kami sekeluarga mengambil waktu untuk pulang kampung, tepatnya ke kampung mama saya. Kali ini sambil pulang kampung dan bertemu sanak saudara, kami mengambil waktu untuk mampir ke Batu selama dua malam, untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang fun dan edukatif. Tentunya kami memerlukan tempat tinggal yang posisinya strategis dan nyaman. Apalagi kendaraan di sana juga hanya dapat mengandalkan taksi saat malam. Yang ada di pikiran adalah cari penginapan di daerah BNS, supaya kalau malam hari ke BNS, hanya dengan menggelinding saja sudah sampai (lebay dikit ah).

Saat melihat-lihat hotel di daerah Batu, kebanyakan review-nya kurang bagus. Akhirnya mencoba mencari di Airbnb. Ada satu guesthouse yang posisinya di depan BNS. Sesuai dengan maksud hati nih. Review-nya pun bagus, baik dari orang luar dan maupun dari orang dalam negeri. Saat membaca review tersebut, ada yang menyebutkan Cemara homestay. Hmm....penasaran jadinya. Coba googling, dan memang ada yang namanya Cemara's homestay di depan BNS dengan deskripsi yang sama. Akhirnya kami bertanya dengan kakak sepupu yang sering berlibur ke Batu bersama dengan keluarganya. Mereka menyarankan Cemara's homestay juga. Mereka sih belum pernah menginap di situ karena setiap liburan tempat ini selalu full sehingga mereka mencari tempat lain di sekitar BNS.
Cemara Homestay dan BNS
Singkat cerita, kami menghubungi ibu Liz, pemilik homestay dan memesan kamar yang muat untuk tiga orang dewasa (ada dua double bed). Ibunya ramah sekali, setiap pertanyaan pun dibalas dengan sabar. Akhirnya hari yang dinanti tiba juga, kami terbang menuju Malang dan naik taksi menuju Batu. Lokasinya sangat strategis. Di depan BNS, mau cari makanan kalau malam hari pun gampang karena ada rumah sosis, rumah makan, warung tenda, dan disamping homestay terdapat indomart. 
Bagian depan homestay.
Taman yang ada, nyaman dan sejuk
Homestay ini sepertinya adalah rumah biasa dengan banyak kamar. Tetapi suasananya sangat asri. Ada kolam, taman, dan pohon-pohonan. Menginap di sini seperti menginap di rumah saudara saja. Selain ibu dan anak-anaknya yang ramah, setiap hari mereka menyediakan sarapan yang sehat, tanpa MSG, dan enak tentunya. Bahkan si oma yang rewel soal makanan saja doyan semua masakan yang ada. Enaknya lagi di sini, air, kopi dan teh tersedia dengan bebas selama 24 jam. 
Suasana ruang makan. 
Makanan hari pertama, yang sudah ludes sebelum sempat difoto. FYI, jamur crispy-nya dari kebun sendiri loh.
Menu makanan kami hari kedua, kali ini papa sempat memfotonya
Di depan kamar kami pun terdapat taman dan bangku yang dapat digunakan untuk duduk-duduk, asal pakai minyak sereh dulu, untuk menikmati anggrek dan tanaman-tanaman lainnya. Saat malam hari, ada bunyi kodok juga loh. Hal yang jarang didengar oleh Duo Lynns. Jadinya mereka agak norak. Hehehe. 
Suasana di depan kamar kami :)
Saat kami datang, yang lebih awal dari waktu check in, kami diijinkan untuk langsung masuk ke kamar kami. Awalnya kami terkejut karena kamarnya tidak ada AC. Apalagi oma, yang tidak tahan panas. Tetapi ternyata memang tidak dibutuhkan AC. Kami dapat tidur siang sebentar setelah lelah di perjalanan menuju Batu. Suasana Batu yang sejuk membuat AC tidaklah berguna. Batu memang terkenal dengan kota yang dingin, kurang lebih sama seperti Puncak.
BNS di malam hari, dari depan Cemara Homestay.
Kami sempat berbincang-bincang dengan ibu Liz. Ternyata tempat ini juga sering dipakai retreat anak-anak muda dari kota sekitarnya. Dan kalau liburan, tempat ini bisa fully booked. Untuk menyiasatinya, harus memesan jauh-jauh hari, jangan mendadak. Atau ya seperti kami, pilihlah tanggal cantik dimana tidak banyak orang yang sedang kelayapan berlibur. Seperti kemarin, yang menginap hanya kami saja, tetapi service dari seluruh staf Cemara Homestay tetap prima loh. 

Satu hal yang membuat kami terharu adalah ibu Liz dengan rela hati menawarkan untuk mengantar kami ke Jatim Park 2 dan Jatim Park 1. Memang kalau kita hanya main di sekitar sini, Cemara homestay bisa menjadi tempat yang menarik untuk ditempati. 

Jika ada waktu lebih, mereka juga punya tour ke kebun apel. Sayangnya kami tidak sempat untuk mencobanya. Secara keseluruhan, kami menyukai tempat ini. Dengan suasana yang seperti rumah sendiri, ditambah keramahan dan kebaikan dari pemilik dan keluarganya membuat kami betah menginap di sini :) 

Disclaimer: postingan ini bukan postingan berbayar dan tidak disponsori apapun, murni dari pengalaman kami secara pribadi.

Cemara Homestay
jl. Oro-oro ombo no 429 (depan Cinema 4D BNS)
Batu, Jawa Timur 63516
Telp: 0812-3026-3234/0811362092


Menuju kota Batu


Siapa yang tidak pernah mendengar Museum Angkut, Jatim Park, Museum Satwa, Batu Night spectacular, dan teman-temannya? Rasanya semua orang pernah mendengar nama-nama tempat kekinian tersebut. Apalagi di media sosial. Foto-fotonya sudah tersebar kemana-mana. Kami pun penasaran mau mengunjungi tempat-tempat ini. Akhirnya bersamaan dengan acara pulang kampung kami, kami menjadwalkan untuk mampir ke Batu.

Loh, kok Batu? Bukan Malang? Banyak orang, termasuk saya, yang berpikir bahwa Batu berada di Malang. Tetapi sebetulnya Batu merupakan kota yang terpisah dari Kota Malang. Dulunya memang Batu merupakan bagian dari kabupaten Malang, tetapi sejak tahun 2001 Batu menjadi kota otonom yang terpisah dari Kabupaten Malang.

Untuk menuju ke Batu, cara yang termudah adalah dengan pergi menuju Malang, kemudian dari Malang naik taksi atau mobil carteran menuju Batu. Untuk menuju Malang pun banyak alternatif, bisa naik kereta ataupun pesawat. Pesawat pun banyak pilihan, seperti Garuda Indonesia, Air Asia, Sriwijaya, Batik Air, dan Citilink. Setelah membandingkan harga dan reputasi, kami memilih naik pesawat Citilink. Citilink tujuan Malang mempunyai dua jam keberangkatan, pagi dan siang. Keduanya berangkat dari bandara Halim Perdanakusuma. Ini adalah pertama kalinya kami naik pesawat dari Halim. Dengan penasaran kami pergi menuju Halim.

Bandara Halim memang tidak sejauh Soetta, sehingga waktu tempuh pun hanya sebentar. Bandaranya pun tidak terlalu besar. Tempat makan terletak di bagian luar, terpisah dari area keberangkatan. Sementara papa check in, kami duduk di ruang tunggu yang ada. Walau ruangannya ber AC, tetapi masih tercium bekas-bekas bau rokok, tipikal bandara di Indonesia.

Tiba-tiba di muka kami seperti ada asap dan bau rokok yang begitu kencang. Saya masih bingung. Kakak pun berkata: "Mama, om sebelah kakak merokok." Dan saat saya menoleh ke sebelah kakak, memang ada om-om yang sedang merokok. Segera saya mengajak anak-anak berpindah. Yang tidak habis pikir adalah jelas-jelas ada tulisan dilarang merokok di dalam ruangan, kok ya masih ada yang merokok. Dan parahnya lagi, semua orang menganggap ini hal biasa. Petugas yang ada juga cuek saja (bahkan dulu di terminal 3 yang lama di Soetta juga merokok di daerah imigrasi yang juga ber AC). Saya yakin pasti banyak orang lain yang juga dengan cuek merokok di tempat ini. Kapan kita bisa maju kalau seperti ini? Melihat kondisi yang seperti ini, kami segera masuk ke area tunggu.
Maaf ya Pak,diabadikan moment merokok di dalam bandara, di ruangan ber-AC pula.
Pagi ini yang berangkat hanyalah penumpang Batik Air dan Citilink. Karena bukan bandara besar, rasanya saat itu hanya Starbucks yang sudah buka. Sambil menunggu waktunya boarding, Duo Lynns sibuk bermain domikado dan jika sudah bosan, mereka melihat pesawat yang take off dan landing dari kaca. Akhirnya kami dipanggil untuk naik ke pesawat. 
Awan yang berarak
Perjalanan dari Jakarta ke Malang berlangsung kurang lebih 1,5 jam. Sementara oma tertidur, kami sibuk bermain dan melihat jendela. Tak lama kemudian diumumkan bahwa kami berada di atas kota Surabaya dan sebentar lagi akan mendarat. Tetapi yang saya rasa kok kami berputar terus. Memang kalau dilihat, awannya lumayan tebal. Akhirnya kami mendarat di bandara Abdulrachman Saleh.
Gunung yang terlihat di saat terbang. Gunung apakah itu?
Saat hampir mendarat
Bandara ini dikelilingi sawah dan banyak pesawat-pesawat militer. Maklum, sama seperti Halim, bandara di malang juga milik angkatan udara. Saat kami turun, rasanya udara begitu sejuk. Kami segera masuk ke gedung untuk mengambil bagasi kami. Di dalam gedung sudah banyak orang mengantri di satu-satunya conveyer belt di situ. Mereka adalah penumpang dari pesawat Batik Air. Setelah mereka selesai memgambil bagasi, giliran pesawat Citilink yang mengambil bagasi.
Mengantri bagasi di satu-satunya conveyer belt yang ada.
Selesai mengambil bagasi, kami keluar untuk mencari makan, brunch ceritanya. Uniknya bandara ini adalah tempat kedatangan, keberangkatan, dan tempat makan berbeda-beda. Kami berjalan mencari tempat yang cocok dan segera memesan makanan. Rasanya sih biasa saja, tetapi lumayan untuk mengganjal perut dalam perjalanan menuju Batu.

Di bandara ini hanya satu jenis taksi yang boleh mengambil penumpang di dalam bandara. Taksi ini merupakan milik koperasi di sini dan tarifnya pun berdasarkan tujuan, bukan argo. Armadanya ada yang sedan ataupun avanza. Dan harus mendaftar ke loket. Nanti dari loket akan diberi kertas berisi nomor taksi dan juga tarifnya.Pembayaran dapat dilakukan di loket ataupun langsung pada supir taksinya. Tujuan kami adalah BNS karena kami akan menginap di guesthouse di depan BNS

Untuk tujuan Batu, area Jatim Park, BNS dan sekitarnya, tarif yang berlaku adalah Rp 155.000,00. Hm. . . . Lumayan juga ya, tetapi dibanding sewa mobil yang harganya bisa lebih mahal seratus ribuan dari taksi, harga diatas cukup reasonable

Perjalanan ke Batu akan berlangsung sekitar 1 jam, tergantung keadaan jalanan. Supir taksi kami cukup ramah terhadap anak-anak. Jadi untuk menghindari jalan yang macet, kami lewat jalan tikus yang kiri kanannya tanaman tebu. Dalam satu jam kurang kami sudah sampai di tujuan kami, Cemara Homestay


next: Review Cemara Guesthouse