Pages

Monday, November 21, 2016

Menuju kota Batu


Siapa yang tidak pernah mendengar Museum Angkut, Jatim Park, Museum Satwa, Batu Night spectacular, dan teman-temannya? Rasanya semua orang pernah mendengar nama-nama tempat kekinian tersebut. Apalagi di media sosial. Foto-fotonya sudah tersebar kemana-mana. Kami pun penasaran mau mengunjungi tempat-tempat ini. Akhirnya bersamaan dengan acara pulang kampung kami, kami menjadwalkan untuk mampir ke Batu.

Loh, kok Batu? Bukan Malang? Banyak orang, termasuk saya, yang berpikir bahwa Batu berada di Malang. Tetapi sebetulnya Batu merupakan kota yang terpisah dari Kota Malang. Dulunya memang Batu merupakan bagian dari kabupaten Malang, tetapi sejak tahun 2001 Batu menjadi kota otonom yang terpisah dari Kabupaten Malang.

Untuk menuju ke Batu, cara yang termudah adalah dengan pergi menuju Malang, kemudian dari Malang naik taksi atau mobil carteran menuju Batu. Untuk menuju Malang pun banyak alternatif, bisa naik kereta ataupun pesawat. Pesawat pun banyak pilihan, seperti Garuda Indonesia, Air Asia, Sriwijaya, Batik Air, dan Citilink. Setelah membandingkan harga dan reputasi, kami memilih naik pesawat Citilink. Citilink tujuan Malang mempunyai dua jam keberangkatan, pagi dan siang. Keduanya berangkat dari bandara Halim Perdanakusuma. Ini adalah pertama kalinya kami naik pesawat dari Halim. Dengan penasaran kami pergi menuju Halim.

Bandara Halim memang tidak sejauh Soetta, sehingga waktu tempuh pun hanya sebentar. Bandaranya pun tidak terlalu besar. Tempat makan terletak di bagian luar, terpisah dari area keberangkatan. Sementara papa check in, kami duduk di ruang tunggu yang ada. Walau ruangannya ber AC, tetapi masih tercium bekas-bekas bau rokok, tipikal bandara di Indonesia.

Tiba-tiba di muka kami seperti ada asap dan bau rokok yang begitu kencang. Saya masih bingung. Kakak pun berkata: "Mama, om sebelah kakak merokok." Dan saat saya menoleh ke sebelah kakak, memang ada om-om yang sedang merokok. Segera saya mengajak anak-anak berpindah. Yang tidak habis pikir adalah jelas-jelas ada tulisan dilarang merokok di dalam ruangan, kok ya masih ada yang merokok. Dan parahnya lagi, semua orang menganggap ini hal biasa. Petugas yang ada juga cuek saja (bahkan dulu di terminal 3 yang lama di Soetta juga merokok di daerah imigrasi yang juga ber AC). Saya yakin pasti banyak orang lain yang juga dengan cuek merokok di tempat ini. Kapan kita bisa maju kalau seperti ini? Melihat kondisi yang seperti ini, kami segera masuk ke area tunggu.
Maaf ya Pak,diabadikan moment merokok di dalam bandara, di ruangan ber-AC pula.
Pagi ini yang berangkat hanyalah penumpang Batik Air dan Citilink. Karena bukan bandara besar, rasanya saat itu hanya Starbucks yang sudah buka. Sambil menunggu waktunya boarding, Duo Lynns sibuk bermain domikado dan jika sudah bosan, mereka melihat pesawat yang take off dan landing dari kaca. Akhirnya kami dipanggil untuk naik ke pesawat. 
Awan yang berarak
Perjalanan dari Jakarta ke Malang berlangsung kurang lebih 1,5 jam. Sementara oma tertidur, kami sibuk bermain dan melihat jendela. Tak lama kemudian diumumkan bahwa kami berada di atas kota Surabaya dan sebentar lagi akan mendarat. Tetapi yang saya rasa kok kami berputar terus. Memang kalau dilihat, awannya lumayan tebal. Akhirnya kami mendarat di bandara Abdulrachman Saleh.
Gunung yang terlihat di saat terbang. Gunung apakah itu?
Saat hampir mendarat
Bandara ini dikelilingi sawah dan banyak pesawat-pesawat militer. Maklum, sama seperti Halim, bandara di malang juga milik angkatan udara. Saat kami turun, rasanya udara begitu sejuk. Kami segera masuk ke gedung untuk mengambil bagasi kami. Di dalam gedung sudah banyak orang mengantri di satu-satunya conveyer belt di situ. Mereka adalah penumpang dari pesawat Batik Air. Setelah mereka selesai memgambil bagasi, giliran pesawat Citilink yang mengambil bagasi.
Mengantri bagasi di satu-satunya conveyer belt yang ada.
Selesai mengambil bagasi, kami keluar untuk mencari makan, brunch ceritanya. Uniknya bandara ini adalah tempat kedatangan, keberangkatan, dan tempat makan berbeda-beda. Kami berjalan mencari tempat yang cocok dan segera memesan makanan. Rasanya sih biasa saja, tetapi lumayan untuk mengganjal perut dalam perjalanan menuju Batu.

Di bandara ini hanya satu jenis taksi yang boleh mengambil penumpang di dalam bandara. Taksi ini merupakan milik koperasi di sini dan tarifnya pun berdasarkan tujuan, bukan argo. Armadanya ada yang sedan ataupun avanza. Dan harus mendaftar ke loket. Nanti dari loket akan diberi kertas berisi nomor taksi dan juga tarifnya.Pembayaran dapat dilakukan di loket ataupun langsung pada supir taksinya. Tujuan kami adalah BNS karena kami akan menginap di guesthouse di depan BNS

Untuk tujuan Batu, area Jatim Park, BNS dan sekitarnya, tarif yang berlaku adalah Rp 155.000,00. Hm. . . . Lumayan juga ya, tetapi dibanding sewa mobil yang harganya bisa lebih mahal seratus ribuan dari taksi, harga diatas cukup reasonable

Perjalanan ke Batu akan berlangsung sekitar 1 jam, tergantung keadaan jalanan. Supir taksi kami cukup ramah terhadap anak-anak. Jadi untuk menghindari jalan yang macet, kami lewat jalan tikus yang kiri kanannya tanaman tebu. Dalam satu jam kurang kami sudah sampai di tujuan kami, Cemara Homestay


next: Review Cemara Guesthouse

1 comment:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete