Showing posts with label jogjakarta. Show all posts
Showing posts with label jogjakarta. Show all posts

Tuesday, July 2, 2019

Review Hotel: Pesonna Hotel Jogja

Musim liburan seperti ini memang paling enak kelayapan. Salah satu tujuan wisata terkenal di Indonesia adalah Jogjakarta. Dan salah satu lokasi yang terkenal dengan banyak penginapan adalah daerah Malioboro. Dari hotel melati sampai hotel bintang lima pun ada.

Tahun lalu, saya dan teman mengikuti pertemuan di Jogja. Kali ini, kami mama-mama hanya pergi berdua tanpa membawa anak. Namun hotel yang kami tempati sangat nyaman untuk ditempati bersama keluarga. Kok baru di-review sekarang? Maafkan, baru ingat kalau hotel ini belum di-review.

Hotel yang kami tempati adalah Pesonna Hotel Jogja. Di Jogja sendiri Pesonna Hotel tidak hanya satu tetapi ada dua, yaitu di daerah Tugu dan di daerah Malioboro. Kali ini festival yang kami ikuti diadakan di Pesonna Hotel Malioboro.
Dekor yang ada di lobby.
Karena kami naik kereta, maka kami tiba di hotel saat subuh. Untungnya kami dapat melakukan early check in (dengan biaya tambahan). Kami melakukan check in dengan cepat dan langsung diberikan kartu untuk akses ke kamar.

Kamar yang kami tempati adalah deluxe twin room. Karena kami bertiga, maka di dalam kamar ini ditambahkan extra bed. Di kamar ini disediakan safe deposit box dan TV LCD yang berukuran 32 inch.
Teh dan kopi yang disediakan di kamar.
Kamar yang kami tempati.
Kamar mandinya termasuk kamar mandi kering. Hanya saja sekat shower room hanya setengah sehingga kalau terlalu bersemangat mandinya, airnya bisa keluar.
Shower room yang bersih.
Kamar mandi dan perlengkapannya.
Salah satu keuntungan menginap di sini adalah lokasinya yang strategis. Untuk jalan ke alun-alun pun tidak jauh. Untuk yang suka cari batik dan oleh-oleh, banyak toko yang dapat dilihat. Pasar Beringharjo pun sangat dekat dari hotel ini. Saya dan teman pun menemukan toko yang menjual baju dengan harga sangat murah. Selain itu di sekitar sini pun ada banyak kulineran yang menarik.
Makanan khas Jogja.
Tidak seperti hotel Prima yang kami pernah tempati dulu, hotel ini tidak menyediakan kolam renang. Mungkin itu juga yang menjadi alasan harga hotel ini tidak terlalu mahal.
Dessert yang disediakan.
Untuk makanan, karena saya mengikuti pertemuan, maka makan pagi, siang dan malam selalu disediakan oleh pihak hotel. Untuk rasa, ya seperti khasnya Jogja, masakannya manis. Tetapi masih dalam batas yang dapat dimakan kok =)
Ruangan untuk sarapan.
Roti untuk sarapan.
Secara keseluruhan, hotel ini boleh menjadi alternatif untuk liburan bersama keluarga.

Sekilas Info
Pesonna Hotel Malioboro
Jl. Gadean No.3 Ngupasan Yogyakarta

Tuesday, April 18, 2017

Wisata Kuliner Jogja part 2

Masih seputar kulineran di Jogja, kalau yang part 1 adalah tempat-tempat yang kami kunjungi saat bulan lalu, berikut ini lanjutan kulineran Jogja yang ngangeni yang sempat saya kunjungi saat masih kuliah dan saat main ke Jogja. 

1. Bale Raos
Pernah tidak terpikir apakah makanan apa yang disajikan di kraton? Apakah sama seperti makanan yang ada di rumah kita? Untuk mengetahuinya, kita cukup mengunjungi restoran yang bernama Bale Raos. Saya pun mengetahui tempat ini justru dari orang Inggris. Bahkan selama saya kuliah, mendengar nama tempat ini saja belum pernah.
Kiri bawah: nasi tradisional set. Kanan bawah: bebek suwar suwir
Bale Raos terletak pada bagian selatan Keraton Kesultanan Yogyakarta. Jika melihat tempatnya dari luar, pastilah kita mengira ini adalah bagian dari keraton. Tetapi dibalik benteng tembok putih ini terdapat tempat makan yang sangat bersuasana keraton. Restoran yang berdiri atas gagasan GKR Hemas (istri Sri Sultan HB X) ini menyajikan hidangan khusus kesukaan raja-raja, dari Sri Sultan HB VII sampai dengan Sri Sultan HB X, seperti nasi tradisional set, bebek suwar-suwir, soep timlo, bestik jawa, dan kuliner kraton lainnya.

Bale Raos
www.baleraos.co.id
Jl. Magangan Kulon no. 1 Jogjakarta
Buka dari jam 10.00 - 22.00


2. Angkringan
Yang satu ini pasti sudah dikenal dengan baik oleh semua orang khususnya mahasiswa sebagai penyelamat kantong mahasiswa saat akhir bulan. Angkringan berasal dari bahasa jawa Angkring yang artinya alat dan tempat jualan makanan keliling yang pikulannya berbentuk melengkung ke atas. Asal muasal angkringan ini dimulai oleh mbah Pairo yang mengadu nasib ke Jogja dan berjualan sego kucing dengan menggunakan pikulan. Lama kelamaan usaha mbah Pairo berkembang dan terkenal hingga sekarang. Walau demikian, pada masa kini, penjual angkringan menggunakan gerobak dorong untuk menjual makanannya. Para penjual ini akan keluar sekitar sore hari. Mereka menggelar terpal untuk menutupi gerobak mereka dan menyediakan bangku untuk duduk si pengunjung. Jika suasana mulai menggelap, lampu teplok menjadi penerang yang membuat suasana seakan sedang candle light dinner di pinggir jalan. 
Angkringan. Sumber foto: wisatajogja 75 dan kaka guesthouse.
Apa saja makanan yang ada? Biasanya ada nasi kucing (nasinya banyak lauknya sedikit sekali) yang berisi ikan atau teri dan sambal yang pedas atau berisi tempe orek, gorengan (tempe goreng tepung, tahu isi, pisang goreng, tape goreng), baceman, sate usus, sate telur puyuh, keripik, dan lain-lain. Sedangkan untuk minumannya ada teh, teh jahe, kopi, jeruk, susu, dan sebagainya. Gorengan yang ada bisa dibakar lagi supaya jadi hangat dan lebih enak. Hmm.... Saya jadi terbayang angkringan di depan kos saya dulu.

3. Lotek 
Kalau orang luar mempunyai banyak dressing untuk salad mereka, maka kita sebagai orang indonesia tidak kalah juga loh. Dengan dressing bumbu kacang, ada berbagai macam salad ala Indonesia. Dari gado-gado, karedok, pecel, dan bahkan lotek. Perbedaan dari ketiga itu adalah isinya dan bahan saus kacangnya. Jika Jawa Timur terkenal dengan pecelnya, maka Jogja terkenal dengan lotek. Apa sih perbedaannya? 
Lotek. Sumber foto: foody.id
Kalau menurut saya, pecel terkenal dengan bau daun jeruk yang wangi. Sedang lotek terkenal dengan bau kencurnya. Lotek adalah menu favorit saya saat kuliah dulu. Selain karena saya sayuran mania, makan lotek dicampur mie goreng dan gorengan itu sangat enak loh. Berkicau tentang lotek di Jogja, hampir di setiap sudut jalan ada penjual lotek. Langganan saya tentu saja tukang lotek dekat kos saya, yang sangat baik hati memberikan sayur yang banyak.

Nah, salah satu lotek terkenal adalah lotek Colombo. Jujurnya, saya makan di lotek ini bisa dihitung jari karena harganya yang terbilang mahal (bagi kantong mahasiswa) dibanding lotek di tempat lain. Tetapi memang lotek Colombo ini enak sekali hingga yang antri bisa panjang sekali. Tetapi walaupun antriannya panjang, mbak-mbak di sini lumayan cepat melayani pengunjung yang datang. 

Lotek Colombo 
Jl. Sagan I no. 1 Jogjakarta
08.30 -  21.30
0274-6555597

4. Gudeg
Gudeg atau gudheg, adalah makanan khas Jogjakarta dan juga Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda atau gori yang dimasak dengan santan selama berjam-jam. Gudeg dapat ditemui hampir di setiap sudut kota Jogja. Tempat berjualannya pun bermacam-macam. Dari emperan jalan besar, rumah makan sederhana, sampai restoran yang mahal. Biasanya gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan (areh), ayam kampung (suwir ataupun utuh), telur, tahu, dan sambal goreng krecek. Bahkan kadang ada juga yang menjual gudeg dengan bubur sebagai pengganti nasi.

Awalnya gudeg Jogja merupakan gudeg basah, yaitu gudeg yang disajikan dengan areh kental. Tetapi karena areh kental ini, gudeg basah tidak dapat tahan lama, apalagi untuk dibawa ke kota lain. Seiring dengan kebutuhan, muncullah gudeg kering, yaitu gudeg yang disajikan dengan areh encer. Dengan adanya gudeg kering, gudeg semakin mudah dijadikan oleh-oleh. Saya pribadi lebih doyan gudeg kering karena tidak begitu manis.
Gudeg Yu Djum. Sumber foto gudeg Yu Djum
Jika bakpia terkenal di Jalan Pathok, maka gudeg yang terkenal berada di jalan Wijilan. Sejak tahun 1942, jalan ini memang sudah ramai oleh penjual gudeg. Salah satunya adalah gudeg kesukaan mama saya, yaitu gudeg Yu Djum. Gudeg Yu Djum sudah ada sejak tahun 1951. Gudegnya kering dan mudah dijadikan oleh-oleh. Gudeg dapat dikemas dalam besek, bungkus dari anyaman bambu yang dibentuk seperti kotak, ataupun dalam kendil, wadah yang terbuat dari tanah liat.

Gudeg Yu Djum
http://gudegyudjumpusat.com/

5. Kafetaria kopma UGM
Last but not least, ini adalah salah satu tempat favorit saya dan teman-teman kuliah. Diantara jeda jam kuliah, kami ke sini untuk brunch. Menunya sih biasa saja, seperti makanan rumahan. Tetapi semuanya enak bagi kami. Apalagi harganya terjangkau bagi kantong mahasiswa. Selain makanan yang biasa disajikan, salah satu makanan yang terkenal dari kantin ini adalah soto ayam. Tetapi disarankan untuk datang sebelum jam makan siang. Kalau sudah lewat jam makan siang, kemungkinan besar makanan-makanan sudah habis. Bagi yang malas makan dan mencari minuman, di sini juga ada bermacam-macam es kok ;)
kafetaria kopma UGM
Demikianlah beberapa wisata kuliner yang dapat dikunjungi saat berada di Jogja. Tentunya masih banyak lagi tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi. Sayangnya kami tidak sempat mengunjunginya. Memang Indonesia kaya dengana kuliner yang enak. Membayangkannya pun membuat saya ingin kembali ke sana untuk kulineran lagi :)

Wisata Kuliner di Jogja part 1

Masih dalam rangka menyelesaikan project bulan lalu di Jogja, walaupun sibuk dengan jadwal yang ada, tetapi yang namanya makan itu adalah suatu keharusan. Setuju, saudara-saudara? Kalau sudah sampai ke Jogja, rasanya wajib untuk mencoba makanan-makanan yang maknyus ini. Pastinya di pikiran kita terbayang kata bakpia dan gudeg jika mendengar tentang wisata kuliner Jogja. Namun, Jogja juga mempunyai makanan lain yang boleh diburu saat kita mengunjungi kota Pelajar ini. 

1. Es Krim Rujak
Ini adalah favorit saya saat saya pertama kali datang ke Jogja untuk kuliah. Perpaduan antara rujak yang pedas dan es krim yang ada di depan Gardena di jalan Solo menjadi kenikmatan tersendiri bagi saya saat itu. Dan kali ini pun kami berkesempatan mengicipi rujak es krim di daerah yang lain. Es krim rujak ini tersebar diberbagai tempat. 
Es krim rujak :)
Bagi penggemar rujak yang tidak pedas, ada juga kok rujak yang tidak pedas. Sedangkan bagi penggemar rujak yang pedas, termasuk saya, cukup tambahkan sambal rujak dan dijamin pasti akan ketagihan bahkan nambah sampai berkali-kali.

2. Sop Empal
Sop empal menjadi salah satu tujuan kuliner wisatawan saat berkunjung ke Jogja. Dan sepertinya warung sop empal ini sudah menjamur dimana-mana. Pada kesempatan kemarin, kami berkesempatan menyicipi sop empal bu Yoeni. Awalnya saya berpikir sop empal berarti empalnya dibuat sop. Ternyata yang disajikan adalah empal goreng dan sop yang terpisah. Sopnya pun bukan sayur sop dengan wortel buncis seperti sayur sop pada umumnya. Selembar kol dan bihun menjadi isi dari sop bening ini. Sederhana kan tampilannya?
Sop empal bu Yoeni plus tempe dan ditemani jahe hangat 
Walaupun tampilannya sederhana, tetapi ternyata rasanya memang enak. Selama ini empal yang paling enak buat saya adalah buatan mama saya, karena empuk dan rasanya maknyus. Empal di sop empal bu Yoeni ini lumayan empuk dan rasanya pun lumayan. Tetap saja ada unsur manis sebagai ciri khas masakan Jogja. Tetapi jika ditambah sambal ulek, rasa manis di empal ini agak tertutup. Jangan lupa ditambah dengan tempe goreng, maka rasanya akan lebih mantap. Bagi penggemar sapi, bisa juga ditambahkan irisan paru goreng. Sedangkan bagi yang tidak suka sapi, di sini juga ada ayam gorengnya loh. 

Sop Empal bu Yoeni
Jl. Prof. Dr. Sarjito no. 3 Jogjakarta

3. Mi Anglo/Mi tek-tek
Mi tek-tek adalah salah satu pilihan saya dan teman-teman kos saat malas keluar untuk mencari makan. Biasanya kami akan duduk manis di depan jendela di lantai dua untuk menunggu suara tek-tek. Ciri khas mi tek-tek adalah pembuatan mie yang tidak menggunakan kompor, tetapi anglo. Waktu pertama kali melihat orang memasak dengan menggunakan anglo, saya berpikir tidak efisien sekali. Tetapi ternyata memasak menggunakan anglo menambah wangi tersendiri saat makan.
Bakmi Jawa Pak Nardi, sekarang pakai kipas angin loh untuk ngipasi arangnya. 
Walaupun bukan anak kos, mi tek-tek atau sebagian orang menyebutnya mie Jawa dapat dinikmati juga oleh kami. Seperti kemarin kami menyempatkan membeli mie goreng Jawa (dengan ciri khas yang agak basah atau nyemek kalau kata orang Jogja) dam juga magelangan. Magelangan berarti nasi goreng yang dicampur dengan mie atau bihun. Harganya pun termasuk standard, yaitu Rp 12.000,00 per porsi dan porsinya lumayan besar. Sedikit tips dari saya, karena orang Jogja doyan manis, maka jika kita memang tidak doyan manis, boleh ditambahi dengan kata-kata 'minta yang asin ya, pak'. Percaya deh, tidak akan keasinan =D

Bakmi Jawa Pak Nardi
Jalan Sosorowijaya, depan hotel Grage

4. Bakpia Mutiara
Bakpia merupakan salah satu oleh-oleh wajib yang harus saya beli saat saya liburan kuliah. Mengapa? Karena Jogja identik dengan bakpia dan semua orang berpikir bahwa bakpia adalah asli Jogja. Bakpia, makanan yang terbuat dari campuran kacang hijau dengan gula yang dibungkus dengan tepung lalu dipanggang, berasala dari dialek Hokkian bak, yang artinya daging, dan pia yang artinya kue. Dengan kata lain, bakpia termasuk salah satu masakan yang populer dari keluarga etnis Tionghoa. Tetapi dalam perkembangannya daging ini mulai digantikan dengan kacang hijau (tou luk pia).
Bakpia Mutiara. Sumber foto: bakpia mutiara.
Bakpia yang terkenal adalah bakpia Pathok, karena produsen bakpia banyak berada di jalan Pathok atau sekarang KS Tubun. Zaman kuliah, saya selalu membeli bakpia Pathok 75 (merk bakpia dulu berdasarkan nomor rumahnya). Tetapi kali ini karena keterbatasan waktu dan juga cuaca yang tidak mendukung, saya hanya mencari di sekitar hotel saja. Akhirnya kami terdampar di bakpia Mutiara. Dengan pasrah kami memilih bakpia all varian. Dan kami tidak menyesal membeli bakpia mutiara ini. Rasanya enak dan kulitnya yang empuk mengingatkan saya akan pia balong Solo kesukaan saya. Rasanya pun bervariasi, dari kacang hijau, cokelat, kacang merah, keju, green tea, dan duren.

Bakpia Mutiara
www.bakpiamutiarajogja.com
Jl. Dagen (dekat Malioboro), Sosromenduran, Jogja
Telp 087774444022

5. Bakso Jawi Bu Miyar
Di tengah cuaca yang hujan melulu selama kami di Jogja, rasanya bakso menjadi salah satu menu yang menarik hati. Hasil googling untuk bakso yang terkenal enak di sekitar kami menunjuk kepada Bakso Jawi Bu Miyar. Review dari Tripadvisor cukup meyakinkan dan lokasinya pun dekat dengan tempat kami menginap. Kami pun mengunjungi tempat tersebut bersama sahabat saya. 
Maaf....sudah siap untuk dimakan baru ingat belum difoto =P
Dari tampilannya, tidak ada sesuatu yang istimewa dari bakso ini. Harganya pun relatif mahal untuk ukuran Jogja, dengan porsi yang tidak besar, mungkin karena terletak di kawasan wisata Malioboro. Tetapi bakso gorengnya memang enak. Anak-anak pun suka. Saat menggigit baksonya pun terasa campuran daging yang lumayan banyak, bukan hanya tepung saja. Tidak heran lima belas menit setelah kami datang, kami datang sekitar pukul 18.30, pemilik tempat mulai beres-beres karena dagangan sudah habis. 

Bakso Jawi Bu Miyar 
Jl. Jogonegaran no 55D Gedong Tengen Jogja
Telp 0274-418620

6. Cengkir
Nama resto ini memang agak unik di telinga, tapi memang namanya Cengkir, bukan cangkir ya bapak ibu. Cengkir Heritage Resto and Coffee menyajikan makanan dengan menu rumahan orang Jawa dan suasana rumahan. Tempat ini katanya baru saja dibuka Januari tahun ini. Tidak heran masih banyak ucapan selamat yang diletakkan di sana. Menu yang ditawarkan terdiri dari 4 jenis, yaitu nasi plus sayur plus sambal (dianggap 1 paket), lauk rumahan, camilan, dan minuman. Lauk yang dijual pun seperti ayam goreng, telur dadar, pindang tepung, tempe garit, bakwan jagung, dan kerupuk, dengan variasi harga antara Rp 1.000,00 sampai dengan Rp 9.000,00. Sedangkan untuk camilan, mereka menawarkan jadah (ketan) bakar, pisang goreng dan tempe mendoan. 
Tampilan Joglo dan dikelilingi oleh sungai
Yang menarik di sini adalah mereka masih memasak menggunakan kayu bakar. Nasinya pun dimasak dengan menggunakan langseng dan kukusan tradisional yang berbentuk kerucut. Makanan yang ada disajikan dalam kuali gerabah, kendil dan piring seperti di rumah. Dengan suasana pedesaan dan tata ruangan yang seperti di dalam Joglo, saya seperti sedang bernostalgia mengenang saat-saat KKN di Gunung Kidul. Apalagi salah satu menu sayurnya adalah sayur jantung pisang, salah satu bahan andalan saya saat KKN dulu. Secara keseluruhan, untuk rasa masih biasa saja. Tetapi untuk suasananya, tempat ini boleh dijadikan sebagai alternatif tempat untuk bernostalgia.
Atas: makanan yang disajikan dalam alat-alat rumah Jawa.
Bawah: suasana di dalam Joglo
Cengkir Heritage Resto and Coffee
Jl. Sumberan II no. 4. Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, DIY


7. Bakso Paru Pak Kumpeno
Masih seputar bakso, sebelum kami kembali ke Jakarta, kami diajak papi mami Duo A untuk menyicipi bakso Pak Kumpeno. Makan siang kami kali ini terdengar menarik dengan adanya bakso lagi (saya penggemar bakso dan mie). Saat kami sampai ke sana, kami agak terkaget-kaget dengan ramainya orang yang makan. Padahal tempatnya agak remang-remang gimana gitu deh, sampai si kakak bertanya kepada saya apakah sedang mati listrik (dengan volume yang besar pula). 
Bakso Paru Pak Kumpeno
Yang menjadi ciri khas dari bakso di tempat ini adalah bakso yang ditaburi irisan paru goreng. Saya sebetulnya bukan penggemar paru, tetapi kalau digoreng ya masih bisa makan sedikit. Ternyata paru goreng ini yang membuat baksonya jadi enak. Daging baksonya sendiri tidak se'daging' bakso Jawi. Tetapi taburan paru dan porsi dan harganya memang menjawab pertanyaan kami mengapa tempat ini ramai sekali. Oya, tidak berapa lama setelah kakak bertanya soal mati listrik, lampu di warung ini dinyalakan. Entah kebetulan atau tidak. Hehehe

Bakso Paru Pak Kumpeno
Jalan Godean Km 5, Nogotirto, Gamping. 

Bersambung ke bagian 2

Friday, April 7, 2017

Pushy Day di Taman Pintar

Taman Pintar
Bulan Maret yang lalu kami berkesempatan melakukan perjalanan ke Jogjakarta. Liburan di bulan Maret? Hmm...bukan sih. Ada sesuatu yang harus dikerjakan. Kami sekeluarga mendapatkan kepercayaan untuk terlibat dalam suatu project, lanjutan dari project yang dilakukan anak-anak kemarin. Oleh sebab itu, di benak kami pun tidak ada rencana untuk kelayapan kemana-mana. Bahkan impian saya untuk sowan ke kampus tercinta dan bertemu dengan teman-teman kuliah pun tidak mungkin dilaksanakan karena jadwal yang padat. Memang sih sore agak luang waktunya, tetapi cuaca Jogja yang selalu hujan deras setiap di atas jam dua siang membuat kami duduk manis di hotel. 

Setelah semua urusan selesai, di hari terakhir kunjungan kami di Jogjakarta, kami menyempatkan diri untuk berkunjung ke Taman Pintar. Duo Lynns dan Duo A semangat untuk menuju ke sana. Apalagi setelah menyampaikan ke kakak bahwa Taman Pintar akan lebih seru daripada Bandung Science Center (berdasarkan website-nya), kakak semangat sekali menunggu kedatangan Duo A ke hotel. Setelah Duo A datang, maka kami bersama-sama pergi menuju Taman Pintar.

Seingat saya, zaman saya masih kuliah, saya belum pernah mendengar nama Taman ini. Ternyata memang Taman yang berada di lahan bekas kawasan perbelanjaan ini baru diresmikan pada 16 Desember 2008. Taman ini sendiri terletak berdekatan dengan kawasan Malioboro dan benteng Vredeburg.

Taman Pintar terbagi menjadi 5 tempat kunjungan, yaitu gedung oval, gedung kotak, gedung planetarium, gedung PAUD, dan gedung kerajinan. Gedung PAUD, sesuai namanya, berisi alat peraga pendidikan interaktif (sains, religi, budaya, profesi, flora dan fauna, puzzle, ruang pertunjukan) untuk anak-anak usia 2 hingga 5 tahun. Gedung kerajinan menawarkan program kreativitas seperti membatik, kreasi gerabah, lukis kaos, lukis gerabah, hand on science, presenter TV, dan pelatihan robotik. Masing-masing kegiatan memiliki tarif yang berbeda, antara Rp 10.000,00 sampai dengan Rp 50.000,00.

Saat kami sampai di sana, ternyata rombongan dari sekolah-sekolah sudah banyak. Ada yang anak TK, SD, SMP, dan SMA (baik dari Jogja maupun luar Jogja). Kami tidak menyangka akan sebanyak ini orang yang datang di hari biasa. Segera kami menuju loket tiket. Untuk pembelian tiket, setiap gedung mempunyai harga sendiri-sendiri. Kami memilih tiket untuk masuk ke gedung oval dan kotak (1 tiket untuk dua gedung ini), dan tiket untuk wisata bahari. Sedangkan untuk planetarium, sudah pasti tidak akan terkejar melihat banyaknya pengunjung yang datang.

Petualangan kami di Taman Pintar dimulai dari wisata bahari. Gambar yang ada di loket begitu meyakinkan sehingga kami membeli tiket wisata bahari. Tetapi....wisata bahari hanyalah aktivitas anak-anak untuk naik perahu dan mengendarai perahu mengelilingi kolam ikan mas =D Anak-anak dapat duduk sendiri-sendiri di perahu kecil dan mencoba mengendarainya. Kalau di gambar depan sih anak-anak akan memakai pelampung dan helm, walau kenyataannya saat mereka naik tidak ada yang dipakaikan kepada mereka. Untungnya anak-anak senang.
Wisata Bahari dan mainan di dekatnya
Setelah selesai menaiki perahu mini tadi, kami pun bergegas memasuki gedung oval. Kami disambut dengan akuarium besar dan ikan-ikan air tawar yang besar yang terbang berenang di atas kepala kami. Melihat banyaknya orang, kami pun sibuk mewanti-wanti anak-anak untuk berpegangan tangan dengan orang tua dan tidak sibuk jalan sendiri. Andaikan terpisah pun, kami meminta mereka untuk diam di tempat mereka dan biarkan kami yang mencarinya.

Setelah melalui akuarium air tawar tadi, kami masuk ke zona kehidupan purba. Di sini berisi dinosaurus dan orang-orang prasejarah. Tidak ketinggalan juga ada film Dinosaur Train kesukaan Duo Lynns. Setelah itu kami memasuki dome area. Di area ini terdapat zona tata surya, dan berbagai aktivitas fisika seperti air track, spektrum warna, mesin whimshurt, dan sebagainya.
Atas: spektrum warna yang akan menjadi putih jika diputar, mesin whimshurt pembangkit listrik elektrostatis.
Bawah: ilusi mata yang bisa melebar dan mengecil dan Eddy's current
Setelah puas melihat-lihat, kami berpindah ke bagian zona iklim dan gempa. Yang keren di bagian ini adalah pengunjung dapat mencoba merasakan gempa. Apa tanggapan mereka? Tidak enak, jawab mereka. Kami berjalan ke atas. Sepanjang perjalanan keatas, terdapat banyak foto tokoh-tokoh yang berjasa dalam bidang ilmu pengetahuan, seperti Phytagoras, Tim Barnes Lee, B.J. Habibie, dan sebagainya. Siapa yang norak? Tentu bukan anaknya, tetapi mama papanya.
Tokoh Indonesia yang mengharumkan nama bangsa. 
Setelah sampai di atas, keadaan mulai sesak dan panas. Seakan tidak ada udara karena jumlah pengunjung yang begitu banyak. Dan pengunjung yang banyak ini rata-rata anak SD kelas 4 ke hingga anak SMA. Dan saat diatas, acara pendorongan pun dimulai. Kakak beberapa kali terdorong oleh anak-anak yang besar. Di bagian atas dimulai dengan mengenal bagian-bagian tubuh dan metamorfosis dari katak. Yang menarik di sini adalah kerangka manusia yang dapat naik sepeda. Jika disampingnya ada orang yang mengayuh pedal, maka kerangka ini juga akan bergerak. 
Atas: Pencerminan, panca indera, kerangka yang bergerak.
Bawah: Baterai tangan, metamorfosis katak, dan sensor.
Masih dibagian atas dari gedung oval, zona berikutnya adalah zona energi. Di sana disediakan pedal sepeda yang dapat dikayuh. Semakin besar daya kayuhnya, maka lampunya akan menyala. Ini menggambarkan perubahan dari energi kinetik menjadi energi listrik (kalau saya tidak salah ingat). Di sini juga ada bagian favorit ibu-ibu, yaitu simulasi pemakaian listrik pada beberapa alat rumah tangga. Selain itu juga ada bola ajaib yang membuat listrik statis atau yang dikenal sebagai Generator Van de Graaf. Big A memegang bola dan dengan adanya listrik statis, maka rambut big A pun berdiri. Berhubung kakak pernah mengalami hal seperti ini saat di Habibie Festival, maka kakak tidak mau mengulanginya kembali. Tetapi sayangnya kakak sempat tersengat listrik statis karena berada di area medan listrik tersebut. Dibanding dengan bola ajaib saat di Festival Habibie, sengatan yang di sini lebih besar sehingga lebih sakit tentunya jika tersengat. Dan sedang merasa kaget karena tersengat, serombongan anak SMP dengan cueknya menyerbu bola ajaib. Maka anak-anak pun terdorong sedikit lagi. Hujan lokal pun terjadi. 

Akhirnya kami mengalihkan mereka untuk melihat bagian lainnya. Kami tertarik dengan dua tiang yang lurus.Yang satu berbentuk tegak dan yang satunya tiang lurus yang miring. Kedua tiang itu akan diayunkan dan masuk melalui lintasan yang lengkung (untuk tiang yang miring) dan lintasan yang lurus (untuk tiang yang lurus). Dengan semangat kakak mengayunkan tiang lurus tersebut, tetapi kakak lupa menarik kepalanya. Dan....kepala kakak pun terkena tiang lurus tersebut. Aduh nak....Belum hilang rasa sakit akibat kesetrum, eh kepalanya terkena tiang sampai benjol. (dan mamanya ketawa dulu lagi....maafkan mama ya, nak). 

Kembali ke tiang tersebut, ternyata tiang yang lurus dapat melalui lintasan yang melengkung. Mengapa? Karena saat tiang lurus diputar, tiang tersebut akan membentuk 3D yang disebut hyperboloid. Bentuk yang tercipta dari hyperboloid itu adalah bagian dari hyperbola (terbayang sudah rumus hyperbola, elips, dan teman-temannya). Lintasan lengkung yang terlihat adalah bagian dari hyperbola yang menyebabkan tiang lurus dapat masuk melalui lintasan yang melengkung ini.  
Atas: hologram dan hyperboloid
Bawah: papan listrik dan mengubah energi kinetik menjadi cahaya
Setelah itu kami memasuki area gedung kotak. Ada apa saja di gedung kotak? Diawali dengan patung sapi perah yang melambangkan zona pengolahan susu. Anak-anak dapat mencoba memerah susu dari sapi perah bohongan tersebut. Saat kami mencoba untuk memerah, tercium bau hangus. Mungkin mesih di dalam sapi perah tersebut sudah panas karena sapinya diperah terus =D Setelah itu kami melalui zona pengolahan air bersih, lorong ilusi, zona teknologi otomotif roda dua, zona sumber daya air, dan zona nuklir. Karena ramainya minta ampun, kami pun seakan dikebut untuk segera berjalan.

Setelah berkutat dengan Sains dan teknologi, maka kami memasuki gedung memorabilia. Di gedung ini terdapat tiga bagian yang bertujuan untuk mengenang sejarah dari bangsa kita, yaitu sejarah Kasultanan Kraton, Tokoh Pendidikan, dan Kepustakaan Kepresidenan. Tempat ini kurang banyak dikunjungi saat itu, sehingga kami bisa ngadem sebentar di sini.
Gedung Memorabilia dan Sahabat Pemberani
Kami mulai memasuki zona yang lebih menonjolkan kebudayaan. Di zona Indonesiaku ini terdapat miniatur Borobudur dan juga bermacam-macam keris. Selain itu di sini juga ada alat musik gamelan yang dapat dimainkan oleh pengunjung. Dan bagian yang menarik minat saya adalah bagian wayang.
Miniatur Borobudur.
Keris dan jenisnya.
Wayang biasanya dibuat dari kulit kerbau karena daya tahan kulit kerbau yang baik dan tidak mudah melengkung. Dan untuk menghasilkan wayang yang bagus, kulit ini harus melewati proses bahan dan nyorek. Maksudnya adalah kulit ini harus ditarik dan direntangkan semaksimal mungkin, kemudian dibersihkan sehingga tidak ada lapisan bulu dan lemak. Setelah itu kulit harus dikeringkan. Dan proses pengeringan ini pun dilakukan diatas perapian selama 1 tahun. Setelah kulit kering, proses berikutnya adalah proses natah. Pada proses ini baru dilakukan pembuatan sketsa diatas kulit tersebut dengan alat khusus yang disebut tatah corekan. Setelah sketsa jadi maka masih dengan alat yang sama mulai dibuat detil pada muka dan bagian lainnya.

Setelah proses natah selesai, proses selanjutnya adalah proses Andasari dan nyungging. Tujuan proses ini adalah memberi warna dasar pada wayang. Dengan menyungging, pori-pori kulit akan tertutupi dan nantinya warna yang akan diberikan terlihat lebih matang. Pada umumnya diberikan warna putih yang dicampur dengan warna kuning yang didapatkan dari bubuk tulang. Tetapi sebelum menyungging, kulit yang sudah ditatah tadi dihaluskan dengan kulit kerang yang disebut kuwuk.

Setelah menghaluskan dan menyungging, dimulailah proses pewarnaan yang disebut proses amerna, isen-isen, angedus, dan gapit. Amerna merupakan proses memberi warna pada bidang sungging, terutama busana. Setelah busana diberi warna, dilakukan proses isen-isen, yaitu memberi motif atau dekorasi pada kulit yang sesuai dengan tokohnya. Setelah semua warna sudah diberi dengan lengkap dan sempurna, maka wayang tersebut akan masuk proses angedus atau ambabar, yaitu pelapisan (coating) wayang agar warnanya lebih tahan lama. Bahan pelapisnya dibuat dari campuran ancur lempeng dan putih telur. Setelah itu baru diberikan rangka penegak tubuh dan pegangan wayang kulit atau gapit. Bahan dari gapit sendiri biasanya dari tanduk kerbau.
Searah jarum jam: proses pembuatan wayang.
Karena sudah hampir jam 12.00, kami segera turun ke bawah dan sampailah kami di area food court. Waktunya anak-anak nyemil sebentar, sebelum kami kembali ke hotel untuk check out. Saya bertanya kepada Duo Lynns apakah mereka menyukai berada di Taman Pintar. Kakak dengan cepat menjawab dia lebih menyukai saat berada di Bandung Science Center  karena ada staf yang menerangkan berbagai alat di sana dan tidak ada dorong-mendorong. Memang hari ini kakak banyak mengalami didorong anak besar yang ingin melihat benda juga. Bahkan kakak berkata "today is my pushy day".

Secara keseluruhan, tempat ini sangat baik. Anak-anak dapat mengetahui banyak ilmu pengetahuan, mulai dari sains, sejarah, budaya, dan kesenian. Hanya saja permasalahan yang selalu dihadapi oleh fasilitas publik di negara tercinta kita adalah kurangnya perawatan pada alat-alat yang ada dan pengunjung yang semaunya. Mungkin lain kali, kami akan coba untuk mengunjungi saat tidak begitu ramai :)
Playground dan Taman Lalu Lintas. 

Taman Pintar
Alamat: Jl. Panembahan Senopati no 1 - 3 Jogjakarta.
email: info@tamanpintar.com
Telp: 0274 - 583631
Jam operasional: 08.30 - 16.00
Harga tiket:
Gedung oval dan kotak: Rp 10.000,00 (Pelajar) dan Rp 18.000,00 (dewasa)
Wisata Bahari : Rp 4.000,00
Gedung Paud: Rp 3.000,00
Planetarium: Rp 15.000,00
Wahana 3D: Rp 15.000,00 (Pelajar) dan Rp 20.000,00 (dewasa)