Showing posts with label jatim park. Show all posts
Showing posts with label jatim park. Show all posts

Thursday, January 19, 2017

Menikmati Taman Lampion dan Trick Art di Surabaya Carnival Park

 Surabaya Carnival Park
Hari terakhir dalam liburan kami di Surabaya diisi dengan mengunjungi Surabaya Carnival Park. Setelah mengawali dengan berkunjung ke rumah sesepuh dan menikmati pasar malam di Food Festival, rasanya tidak lengkap liburan kami di Surabaya jika tidak mengunjungi Surabaya Carnival Park. Dari waktu googling tentang Jatim Park Group, SCP yang juga berada di bawah pengelolaan Jatim Park Group sudah sempat kami lihat dan masuk ke dalam list jika kami ada waktu lebih. Kebetulan juga oma penasaran ada apa saja di situ. Apalagi sepupu di Tulung Agung juga menyarankan kami untuk mengunjungi tempat ini. Ada taman lampion juga loh, katanya. Kami sangat penasaran dengan yang namanya taman lampion, akibat tidak jadi berkunjung ke BNS.

Surabaya Carnival Park merupakan taman bermain yang hanya buka malam hari. Awalnya tempat ini merupakan pasar malam yang bernama Surabaya Carnival Night Market. Tetapi lama kelamaan mereka berganti nama menjadi Surabaya Carnival Park. Berbeda dengan taman bermain lainnya seperti Dufan, taman bermain yang dibuka sejak tahun 2014 ini menggunakan istilah-istilah khas kota Pahlawan. Maskotnya pun adalah hewan maskot kota Surabaya, yaitu ikan suro dan buaya. Berhubung kami menginap di daerah Jemursari, maka untuk menuju tempat ini tidaklah susah. Kami naik Grab dan dalam waktu kurang dari 30 menit kami sudah sampai di sana.
Ikan suro dan Buaya menyambut setiap pengunjung
Saat kami sampai, kami segera menuju ke loket pembelian tiket. Dan karena masih menggunakan promo boarding pass, kami diminta untuk membeli tiket di kantor pemasaran. Ternyata tiket untuk lansia hanya Rp 20.000,00. Tetapi diwanti-wanti hanya dapat menikmati Galeri Suroboyo, taman lampion, dan mainan yang untuk keluarga. Oma pun tidak keberatan.
Makanan khas Jawa Timur, uenak rek...
Di bagian depan SCP ada galeri Angkut. Beberapa kendaraan yang unik pun dipajang di sana. Tentu saja tidak sebanyak di Museum Angkut. Karena kami sudah melihat Museum Angkut, maka kami langsung menuju Galeri Suroboyo. Di Galeri Suroboyo ini kita akan melihat hal-hal yang berhubungan dengan kota Surabaya dari masa lalu sampai masa sekarang. Bagi oma, ini semacam nostalgia karena oma dahulu besar dan bekerja di Surabaya. Satu hal yang disayangkan di tempat ini, sepertinya tempat ini seperti sudah tua sekali dan tidak terawat. Debu hitam dimana-mana. Mungkin disengaja seperti itu supaya terkesan jaman dulu sekali.
Beberapa ucapan khas Surabaya
Jembatan merah tempo doeloe
Keluar dari Galeri Suroboyo, kami pun menuju area permainan anak. Di SCP terdapat lebih dari 50 wahana permainan yang dapat dimainkan. Permainan ini dibagi menjadi 3 kategori, yaitu wahana indoor, wahana outdoor, dan area dolanan. Wahana terdekat dari galeri Suroboyo adalah carousel dan area dolanan dan area bedil-bedilan. Tentunya yang diincar pertama kali oleh anak-anak adalah carousel. Wahana itu merupakan wahana untuk keluarga, sehingga oma pun dapat ikut bermain.

Di area dolanan, dolanan artinya bermain, dan area bedil-bedilan, bedil-bedilan artinya tembak-tembakan, anak-anak dapat memainkan permainan seperti yang ada di Timezone. Nah, untuk area ini, setiap permainan harus menggunakan kupon dan kuponnya ini tidak termasuk dengan harga tiket di awal. Untungnya waktu di loket kami mendapatkan 5 kupon secara gratis. Dua kupon kami gunakan untuk bermain lempar bola dan 3 kupon kami gunakan untuk main menembak bebek. 1 kupon boleh digunakan untuk 3 kali tembakan. Jadi kakak dan adik masing-masing menggunakan 1 kupon. Sayangnya tidak ada yang berhasil. Saya meminta oma yang bermain, sementara Duo Lynns menaiki gelas yang berputar. Setelah 2 kali tembakan, oma menyadari bahwa tembakan anginnya ini ujungnya miring. Oma langsung meminta petugas yang ada untuk membetulkan dan setelah itu oma berhasil menembak 1 bebek (Horeee....). Untuk setiap tembakan yang berhasil, petugas akan memberikan 1 sticker. Jika stickernya sudah banyak, dapat ditukarkan dengan hadiah.
Area dolanan dan wahana di dekatnya. 
Namanya tempat bermain, pastinya mainannya sama saja. Tetapi yang seru di tempat ini adalah nama-nama permainan yang menggunakan istilah dalam bahasa setempat, seperti kocar kacir (gelas berputar), omah mumet, gondal-gandul, bledek coaster, topan badai, montor edan, munyer-ser, sepur sirkus, becak mabuk, dan sebagainya. Bagi kami yang mengerti bahasa Jawa tentunya seru membacanya. 
Tanda keluar masuknya pun dalam bahasa Jawa.
Bagian lain dari SCP yang menarik hati kami adalah taman lampion KBS. Di taman ini banyak replika hewan dengan menggunakan lampion. Cantik-cantik pula. Mungkin karena temanya kebun binatang. Oma dan Duo Lynns sibuk foto di sini dan di sana. Untuk urusan gaya, dari gaya manis sampai gaya jijay pun ada. 
Taman lampion KBS
Aneka hewan dalam bentuk lampion
Setelah puas berfoto di taman lampion, kami menuju area permainan anak-anak. Di area ini, semua permainan gratis kecuali mainan yang menggunakan koin. Sementara anak-anak main, oma menunggu sambil duduk. Pihak Jatim Park Group memang selalu menyediakan spot untuk duduk, tentunya ini membantu bagi pengunjung yang lelah berjalan.
Permainan untuk anak-anak =)
Sebetulnya masih banyak lagi yang belum kami kunjungi, terutama area wahana indoor, seperti beskop 360, cinema 4 dimensi, pirate and ghost ship, perang laser, rumah kinclong, dan art n wax house. Sayangnya karena keterbatasan waktu, kami hanya masuk ke dalam art and wax house. Seharusnya harga tiket masuk art and wax house tidak termasuk ke dalam harga tiket SCP. Tetapi ternyata malam itu art and wax house digratiskan bagi setiap pengunjung. Kami pun masuk. Bukan hanya Duo Lynns yang semangat, oma pun semangat. Apalagi mendengar ada patung lilin dari tokoh-tokoh terkenal.  

Saat kami masuk, dapat dikatakan patung-patung para tokoh bukanlah patung lilin seperti di Madame Thussaud. Baik muka maupun patungnya terlihat kaku dan berbeda dari aslinya. Tetapi untungnya oma masih semangat foto, walau sambil ngoceh ini bukan patung lilin. 
Patung tokoh yang agak beda dengan tokohnya
Bagaimana dengan 3D art-nya? Bagi kami, 3D art yang ada cukup menarik. Duo Lynns, yang sudah terlatih foto di trick eye museum, sibuk mengajarkan oma mengenai caranya berfoto.
Gaya Duo Lynns yang ampun-ampunan
3D art's photo
Untuk menutup kunjungan kami di SCP, kami menaiki lagi carousel. Tetapi kali ini kami naik ke atas. Puas sudah hari ini anak-anak bermain di SCP. Dan bukan hanya anak-anak yang senang, oma pun senang dapat bernostalgia dengan kenangan masa mudanya dan berfoto-foto di sini. 

Kesimpulan dari kunjungan kami ke SCP:
1. Datanglah dari sore saat baru buka. Semakin malam SCP semakin ramai. Saat kami datang, hari biasa, anak-anak sempat tiga kali naik ferries wheel tanpa harus antri.
2. Pastikan batere HP dan kamera penuh. Di sini banyak spot-spot yang dapat dipakai untuk berfoto.
Salah dua spot foto =D
3. Andai batere HP sekarat, saat makan di food court, carilah charging station. Lumayan untuk mengisi batere.
4. Harga makanan dan minuman tergolong tidak terlalu mahal. Tetapi untuk kualitas makanan juga tidak terlalu ok. Jadi, jangan menaruh ekspektasi terlalu tinggi.
5. Mainan yang ada cukup seru untuk anak-anak, tetapi untuk masalah keselamatan dan perawatannya kurang diperhatikan.
6. Ada beberapa permainan harus membeli tiket secara terpisah, seperti go kart (Rp 40.000,00 per 2 lap), perang laser (Rp 30.000,00 per tiket), area dolanan Rp 2.500,00 per tiket, area kiddie rides (Rp 2.500,00 per coin) dan wax house (Rp 20.000,00 per orang). Jadi jika memang ingin memainkan permainan-permainan tersebut, sediakan tambahan dana untuk bermain.
7. HTM yang tidak semahal HTM BNS merupakan nilai tambah bagi SCP. Jadi, kalau mau lihat lampion, main dan makan di satu tempat, SCP boleh menjadi alternatif bagi liburan keluarga.
Supermoon 14 Nov 2016 di SCP.
Suroboyo Carnival Park
Alamat: Jl. Ahmad Yani no.333 Surabaya 
Telp: 031-8483131
Jam operasional: 17.00 - 23.00
HTM: Rp 60.000,00 (Senin - Kamis) 
Rp 80.000,00 (Jumat - Minggu, Hari libur nasional) 
Rp 20.000,00 (lansia)

Wednesday, January 4, 2017

Predator Fun Park, Tempat Buaya Beraktivitas

Predator Fun Park
Setelah puas berpetualang dalam tubuh di Bagong Adventure, kami bertemu dengan adik oma, yang biasa dipanggil Emak oleh Duo Lynns. Emak mengantar kami kembali ke guesthouse untuk check out dan mengambil koper kami. Setelah kami berpamitan dengan bu Liz dan keluarga, kami diajak emak ke Predator Fun Park. Kata emak, nanti di sana bisa foto sama buaya dan mancing ikan yang besar ataupun mancing buaya. Duo Lynns langsung semangat melihat buaya. Hehehe

Dibandingkan dengan tempat wisata lain dibawah pengelolaan Jatim park group, Predator Fun Park terletak agak terpisah. Namun letaknya masih cukup dekat. Kurang lebih dalam waktu 15 menit kami sampai di sana. Berhubung sampai di sana sudah jam 12 siang, maka kami pun makan dahulu di kios-kios di depan Predator Fun Park. Kami memesan nasi jagung, yang katanya khas Batu, dan soto ayam kampung. Kalau menurut kami, nasi jagungnya biasa saja, tetapi soto ayamnya memang enak dan empuk.

Saat kami makan, tiba-tiba langit yang tadinya cerah dan panas mulai menggelap alias mendung. Waduh, kan tidak mungkin sudah di depan sini tetapi tidak jadi masuk. Kami pun cepat-cepat makan sementara papa pergi membeli tiket dengan menggunakan boarding pass citilink. Akhirnya kami pun masuk ke dalam Predator Fun Park. Duo Lynns siap melihat buaya katanya.
Pose di depan pintu masuk
Ada apa saja sih di Predator Fun Park? Di tempat ini ada beberapa jenis hewan-hewan predator seperti buaya, ikan dan ular. Diantara ketiga jenis hewan tersebut, buaya adalah tokoh utamanya. Di sini juga ada e-bike yang dapat disewa jika malas berjalan. Tetapi, melihat luas tempatnya yang tidak seberapa, lebih baik berjalan kaki saat berkeliling. Selain itu, ada juga tempat bermain bagi anak-anak dan water park. Bahkan disediakan guru les renang gratis di situ. Sayangnya cuaca yang mendung ini membuat kami mengurungkan niat untuk bermain air di water park. Area pertama yang kami masuki adalah area indoor yang berisi galeri buaya.
Buaya darat, masuk keluarga buaya gak ya? 
Di galeri buaya terdapat informasi mengenai buaya-buaya. Ada fosil-fosil, buaya yang diawetkan, dan pengetahuan mengenai buaya. Selama ini kita tahunya hanya crocodile dan alligator, ternyata ada juga jenis yang lain seperti caiman, gharial dan sebagainya. Dan ternyata buaya dapat berganti gigi sebanyak 50 kali. Wah, ternyata gajah (yang dapat berganti 5 atau 6 kali) kalah dari buaya. Selain itu, jantung buaya dapat hampir berhenti berdetak. Tak heran buaya mampu menyelam 1 jam dalam air. Dan di bagian matanya ada kelopak mata ketiga yang berfungsi sebagai kacamata renang sehingga membantunya melihat dengan jelas saat menyelam dan mencari mangsa. Dan saat buaya menangkap mangsa, buaya mampu loh berdiri tegak. Kesimpulan dari informasi ini adalah: stay away from them!!!
Perbedaan crocodile, alligator, gharial. 
Bahkan buaya pun belajar loh.
Di bagian indoor ini juga terdapat galeri telur buaya. Galeri telur buaya ini berisi informasi mengenai telur buaya dan bentuk penetasannya. Dalam 1 tahun, buaya hanya bertelur satu kali. Masa kawin antara bulan November hingga Desember, sedangkan masa bertelur adalah pada bulan Januari. Biasanya buaya betina akan mengeluarkan 40 telur. Setelah telur keluar, masa pengeraman buaya akan terjadi selama 92 hari. Tetapi jika menggunakan inkubator, masa pengeraman hanya menjadi 80 hari.
Kiri atas: gigi-gigi buaya. Kiri bawah: telur buaya yang sudah menetas.
Kanan: Buaya yang berdiri untuk menangkap mangsa
Yang lucunya, suhu saat penetasan akan menentukan jenis kelamin si buaya. Jika suhu saat penetasan sekitar 34 C atau lebih, maka telur itu akan menetas menjadi buaya jantan. Jika suhunya dibawah 30 C, maka semua telur akan menetas menjadi buaya betina. Jika diantara 31 - 34, maka yang menetas adalah buaya jantan dan betina dengan rasio 50%. Bayi buaya biasanya lahir di siang hari. Ukurannya pun kecil, sekitar 30 cm. Bobotnya pun hanya 60 gram. Setelah menetas, hal yang pertama dilakukan buaya adalah mencari sumber air. Kalau kata anak-anak, mungkin bayi buayanya haus  =D
Telur buaya
Emak mengingatkan kami bahwa diluar masih banyak yang belum dilihat. Maka kami pun segera keluar. Kalau tadi kami melihat buaya yang diawetkan, sekarang waktunya kami melihat buaya-buaya hidup. Ehm...sebetulnya susah membedakan mana yang hidup dan yang bohongan, karena buayanya bentuknya sama semua. Bahkan buaya bisa mangap berjam-jam. Ternyata kalau buaya membuka mulut itu untuk melepaskan panas dari tubuhnya. Dan jika buaya berjemur, itu bukan karena buaya lagi mau tanning, tetapi karena buaya mau meningkatkan suhu tubuhnya sehingga metabolisme dapat berlangsung.
Mana yang asli dan mana yang palsu?
Kami kembali melanjutkan perjalanan kami memasuki predator garden. Predator Fun Park cukup pintar untuk membuat tempat foto. Yang tentunya tidak dilewatkan oleh Duo Lynns, oma, dan emak. Bagaimana dengan mama papanya? Kami jadi tukang foto saja. Hehehe.
nice spot to take a pic :)
Di Predator Fun Park juga ada yang namanya saung angklung. Di saung angklung ini anak-anak dapat mencoba untuk bermain angklung. Berhubung sudah mulai ada rintik-rintik sedikit, maka kami pun memilih untuk menaiki croco train. Croco train ini akan membawa kita berkeliling melihat predator fun park. Ceritanya kereta ini akan melintasi kota yang berisi buaya-buaya.
Kota para buaya. Ada fitnes (bukan fitness?) center juga loh.
Buaya di tengah air
Setelah turun dari Croco Train, kami pun bergegas melihat area ikan buas. Bukan hanya piranha loh, ternyata araipama, giant mekong, ikan pari, ikan alligator, nila perch ada juga. Ikan piranha senang berkoloni dan sejak berusia 3 bulan, piranha mampu mencium 1 tetes darah di antara 200 L air. Mengerikan juga ya.

Di bagian belakang ikan ini ada beberapa akuarium yang harusnya berisi ular-ular, tetapi saat kami datang, kami tidak melihat ular-ular tersebut. Ada juga area berfoto dengan anak buaya yang mulutnya sudah ditutup dengan isolasi. Sayangnya kami tidak ada yang berminat, bahkan oma yang biasa semangat berfoto pun tidak mau foto. Kata oma, sudah tambah gerimis. Lebih baik mencari tempat berteduh. Dan memang hujan lebih semangat lagi turunnya. Akhirnya kami pun berteduh di area trampolin.
Water park, tempat mancing, dan predator garden.
Trampolin ini gratis bagi setiap pengunjung Predator Fun Park.Di area trampolin ini juga ada playground untuk anak-anak. Sementara oma dan emak duduk manis, anak-anak sibuk bermain trampolin. Orang dewasa juga boleh bermain di trampolin park. Setelah puas, mereka berpindah ke playground.
Trampolin park dan playground
Disekitar trampolin park ini terdapat fun house dan Labyrinth Maze. Kata emak, fun house itu seru karena untuk naik ke atas butuh perjuangan karena tangganya bergoyang-goyang. Tetapi karena hujan maka permainan itu tidak beroperasi untuk sementara waktu. Hujannya niat banget, seperti air yang diguyur dari langit  rasanya. Melihat hujan yang semangat seperti saat kami di Batu Secret Zoo, rasanya percuma menunggu hujan berhenti.
Sate buaya, yang kata oma kalah enak dengan sate biawak. 
Akhirnya kami memutuskan untuk menerjang hujan dengan payung dan jas hujan yang ada. Setelah kami bergantian ke toilet, kami pun berjalan menuju pintu keluar. Untunglah hujan sudah tidak sederas tadi. Kami berjalan melewati pasar yang menjual souvenir dan kios-kios makanan. Walau banyak wahana yang belum dicoba, seperti outbound park, mancing ikan, dan mancing buaya, tetapi kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan kami menuju Tulung Agung.
Duo Lynns dengan sesepuh
Predator Fun Park
Alamat: Jl. Raya Tlekung no.315 Junrejo, Batu, Jawa Timur 
Telp: 0341-531999
Jam operasional: 08.30 - 16.30
HTM (per 1 Desember 2016): Rp 35.000,00 (Senin - Kamis) 
Rp 50.000,00 (Jumat - Minggu, Hari libur nasional)

Saturday, November 26, 2016

Keliling Dunia tanpa Jetlag di Museum Angkut


Setelah kami beristirahat di Cemara, melepaskan lelah dari perjalanan kami, kami berencana untuk berjalan-jalan sore ini. Kali ini hanya kami berempat, karena oma mau nonton film India kesukaannya malas panas-panasan di jalan katanya. Tujuan kami sore ini adalah Museum Angkut, tempat yang sudah dikenal semua orang. Berhubung baru buka jam 12 dan area yang serunya itu outdoor, maka kami memilih mengunjungi di sore hari. Bagaimana cara menuju ke sana? 

Karena bingung dengan transportasi umum di sini, maka andalan kami adalah taksi. Sistem taksi di sini memang agak unik. Taksi di sini hanya melayani 4 orang dewasa di dalam taksi. Lebih dari 4 orang, harus cari taksi lain atau terkadang supirnya mengizinkan untuk naik tetapi minta tambahan. Atau pas lagi memesan, mintalah armada avanza. Harganya sama saja dengan yang armada sedan. Selain itu, tarif minimum di sini adalah Rp 30.000,00. Berbeda dengan Jakarta, tarif minimum untuk taksi di Malang juga berlaku bagi taksi yang dipanggil secara langsung. Jadi mau argonya 10 ribu pun, bayarnya harus 30 ribu. Tetapi jika dibandingkan dengan carter mobil, ya lebih enak naik taksi.

Oleh ibu Liz kami disarankan naik taksi Citra. Dan memang sebelumnya sempat googling dan baca-baca, banyak yang menyarankan taksi Citra walaupun ada juga supirnya yang nakal. Kami pun kena dikerjai supir. Saat membayar, supir minta Rp 35.000,00. Alasannya tarif minimal yang 30 ribu adalah untuk daerah Malang, bukan Batu. Padahal pas pulang kami hanya membayar 30 ribu.Yah...pengalaman memang guru yang berharga. Anggap saja selisih 5 ribu itu harga untuk pembelajaran (sambil mencoba mengingat muka supir yang menipu kami =D ).  

Museum Angkut merupakan museum yang berisi berbagai macam alat yang dapat digunakan mengangkut. Museum yang diresmikan pada 9 Maret 2014 ini merupakan museum pertama di Indonesia dan Asia yang mengusung tema transportasi dan memadukannya secara unik. Karena letaknya di lereng gunung Panderman, maka udaranya sejuk dan membuat kita tidak merasa lelah walaupun kita melihat lebih dari 300 alat angkut dari yang tradisional sampai yang modern, dari yang tidak bermesin sampai yang bermesin. Alat angkut ini ada yang terletak di dalam gedung dan juga ada yang di luar gedung. Dengan membaginya berdasarkan zona-zona yang ada, kita seakan diajak untuk bertamasya berkeliling dunia, tanpa rasa jetlag tentunya.
Peta Museum Angkut
1. Main Hall
Main Hall merupakan area indoor yang terdiri dari 4 lantai. Di lantai pertama terdapat banyak mobil, motor, sepeda, dan kereta dari zaman dahulu kala. Di sini, kita tidak dapat menaiki kendaraan-kendaraan ini. Tetapi kita boleh berfoto di depannya. 
Disambut oleh Bumble Bee. Ada sofa seperti mobil juga loh
Jangan dinaiki yaa....
Dari sepeda biasa hingga sepeda antik. Kereta kencananya tidak boleh dinaiki juga.
Merpati pos tak pernah ingkar janji juga termasuk alat angkut pesan singkat.
Sedang di lantai kedua terdapat alat-alat angkut yang tidak menggunakan mesin seperti angkong (ricksaw), andong, becak, mesin uap, mesin diesel, sepeda dan juga kapal. Nah, jika tidak ada tulisan dimohon tidak duduk di sini, berarti kita dapat berfoto di becak tersebut.
Believe it or not. tulisan ini ada di dalam satu gerobak.
Yang atas di bagian dudukan, yang di bawah di dalam gerobak. Apakah artinya? 
Dari lantai dua ini, kita dapat menaiki tangga ke tempat yang berbentuk roket, alat angkut menuju bulan. Dari tempat ini pemandangan kota Batu terlihat lebih jelas.
Searah Jarum jam: angkong (ricksaw), cikar lombok, dan cidomo.
Serunya di lantai dua ini,  ada pojok-pojok interaktif bagi pengunjung. Pengunjung dapat menguji pengetahuan mereka tentang knalpot dan suaranya. Ada lagi tebak suara, apakah kendaraan atau blender. Duo Lynns sibuk bermain di setiap pojoknya. Sayang sekali beberapa alat sudah tidak berfungsi dengan baik. Permasalahan klasik bukan? 
Area untuk anak-anak menambah informasi
Kapal-kapal yang pernah melegenda dan berjaya.
Coba tebak, kapal mana yang ada Rose dan Jack?
Di lantai ketiga, area terbuka, terletak tempat mainan roda yang besar dan juga beberapa helicopter. Untuk main di sini, kita harus membayar secara terpisah. Incaran kami adalah Runway 27 yang berada di lantai keempat. Runway 27 merupakan tempat dimana kita dapat mencoba menjadi pilot, masuk ke ruang kokpit, masuk ke pesawat kepresidenan dan menjadi keluarga presiden selama beberapa menit. Untuk masuk ke Runway 27, setiap pengunjung dikenai biaya tambahan sebesar 10 ribu. Wis nanggung sampai sana, ya sudah sekalian masuk. Kami mencoba dahulu masuk ke ruang kokpit. Saat itu ada turis dari Jepang yang juga sedang melihat-lihat. Rupanya mereka mau mencoba menjadi pilot juga :) 
Pilot dan co-pilot :)
Suasana di sana semakin berkabut dan dingin.
Tujuan kami berikutnya adalah mencoba pesawat kepresidenan. Sayangnya masih ada antrian. Kami mengambil nomor untuk giliran berikutnya. Sambil menunggu, kami makan snack di kafetaria yang berada di lantai ini. Kafetaria ini cukup unik. Disain kafe ini seperti pesawat dan pelayannya mengenakan baju seperti pramugari. Harga makanannya pun termasuk murah bagi tempat wisata, apalagi kalau dibandingkan dengan Jakarta. Saat makan, muncullah serombongan ibu-ibu berseragam, entah pegawai negeri ataupun ibu-ibu PKK. Mereka ngotot mau masuk duluan ke pesawat kepresidenan karena mau pulang. Bahkan mereka bilang kami hanya numpang lewat, asal bisa lihat. Si papa langsung berkata pasti di dalam mereka akan bilang mau foto sebentar =D
Suasana kafetaria
Akhirnya saat kami masuk, ibu-ibu ini ikut masuk juga, walau nomor antriannya masih nanti lagi, petugasnya sudah kewalahan karena mereka ngotot minta didahulukan. Akhirnya pramugari memberi izin asal lewat saja, tidak berhenti untuk memfoto. Dan seperti perkataan papa, mereka berkata masa ndak boleh foto sekali aja toh mbak. Waduh....mentalnya sudah seperti ini, ya susah. Bohong dong bu =P
Isi pesawat kepresidenan
2. Jakarta (Pecinan, Batavia, Gudang Batavia)
Hari semakin sore dan setelah puas berfoto di pesawat kepresidenan, pramugarinya menawarkan dan mengarahkan gaya untuk berfoto bersama, kami segera turun ke bawah lagi untuk menuju area outdoor. 
Pecinan di sore hari
Uang ternyata termasuk alat angkut juga
Area outdoor yang pertama mengusung konsep Jakarta dalam zona Pecinan, Batavia, dan Gudang Batavia. Di zona Pecinan, suasana outdoor disulap seperti kawasan Kota Tua di masa lampau. Setiap sudut begitu indah dan susah untuk tidak berpose di sana. Bahkan ada sepasang kekasih dan temannya yang membawa kamera besar, yang sibuk foto di sana-sini. Sepertinya dunia hanya milik mereka bertiga, sehingga anak-anak membatalkan foto di beberapa tempat yang dimonopoli mereka. 
Berbagai kendaraan yang ada di daerah Pecinan
Belok sedikit dari zona Pecinan, kita masuk ke zona Batavia dengan tema pelabuhan Sunda Kelapa. Gambar dan kendaraan yang ada membuat kita seakan berada di pelabuhan, bahkan lengkap dengan warung Pojok. Di sini kami baru mengetahui bahwa becak ternyata berasal dari bahasa hokian be chia yang artinya kereta kuda. Kami juga baru mengetahui perbedaan cikar dan delman. Cikar ditarik oleh sapi, sedangkan delman atau andong ditarik oleh kuda. 
Zona Batavia
Di samping warung Pojok terdapat gudang besar yang berisi mobil, motor, dan vespa tua. Betul-betul seperti gudang. Ada beberapa drum atau kaleng besar yang dapat digunakan untuk duduk dan beristirahat. Lumayan, anak-anak dapat beristirahat sejenak. 
Zona Gudang Batavia
3. Gangster Town/ New York City
Setelah mengitari gudang, kita akan tiba di Amerika, tepatnya New York. Diawali dengan daerah yang penuh dengan gangster, the Bronx, kita seakan masuk ke kota yang berbeda. Dari tempat penuh gangster ini, lengkap dengan penjara, kita akan memasuki daerah Manhattan yang terkenal dengan pertunjukkan musikal di Broadway, kesukaannya papa. Ada Le Miserables, Phantom of the Opera, dan sebagainya. Suasana senja membuat kota ini terlihat menarik.
Gangster Town
4. Eropa
Zona ini membawa kita melihat kendaraan-kendaraan buatan Eropa lengkap dengan negara-negara terkenal di Eropa seperti Perancis, Italia, Jerman dan Inggris. Yang saya cukup salut adalah pihak pengelola menyediakan tempat untuk mengisi kembali batre handphone. Dan kali ini kami bertemu dengan sekumpulan ibu-ibu dan bapak-bapak. Herannya ya, kalau bertemu kelompok, mereka maunya menang sendiri. Tiba-tiba kata antri itu tidak ada di kamus mereka. Terpaksa kami mencari spot lain untuk berfoto. 
Zona Eropa, lengkap dengan platform Harry Potter dan charging station.
5. Buckingham Palace
Kami pun berjalan menuju istana Ratu Elizabeth. Di istana ini terdapat playground untuk anak-anak dan juga kereta yang dapat dinaiki oleh pengunjung secara gratis. Lumayan untuk menghibur Duo Lynns yang masih kesal karena setiap foto diganggu oleh kelompok-kelompok tersebut.
Yuk, sowan dulu dengan Ratu.
6. Amerika (Las Vegas dan Hollywood)
Setelah menjelajah Eropa dan menjadi tamu kehormatan di Buckingham Palace, kami masuk kembali ke benua Amerika. Kalau tadi kita menjelajah New York yang berada di East Coast, sekarang kita masuk ke West Coast dengan Las Vegas dan Hollywood sebagai perwakilannya. Hari yang semakin malam membuat kami semakin cepat melihat-lihat sekeliling kami. Bukan apa-apa, perut sudah mulai bernyanyi.  
Mobil Batman, limousine pun menjadi alat angkut.
Selesai melihat-lihat Hollywood, kami pun keluar dari Museum Angkut. Yang uniknya, untuk keluar, dari zona ini kita kembali ke Jakarta dan keluar dengan naik spoor alias kereta. Jalan di keretanya pun dirancang seperti saat kita berjalan di kereta yang berjalan. Two thumbs up untuk Museum Angkut. Alur yang ada seakan membawa kita berkeliling dunia tanpa jetlag. 
Stasiun kota, dengan arsitek orang Belanda kelahiran Tulungagung. 

Tips mengunjungi Museum Angkut:
1. Datanglah di siang menuju sore hari sehingga tidak terlalu panas saat berada di area indoor. Kami sengaja datang jam 3 sore supaya dapat melihat lampu-lampu dan juga suasana senja hari di sana.
2. Di museum ini, alat foto selain handphone dikenakan biaya sebesar Rp 30.000,00. Oleh sebab itu, jika memang ingin memfoto dengan menggunakan kamera, apalagi bagi penggemar fotografi, siapkan uang tambahan ya, selain tiket masuk. Sedangkan ibu-ibu seperti saya yang sudah cukup puas memfoto dengan handphone, walau hasil handphone tidak sebagus kamera, tinggalkanlah kamera di tempat penginapan. Karena nanti akan diperiksa, jadi daripada repot menitipkan ini itu, lebih baik sekalian ditinggal.
3. Jangan lupa cek terlebih dahulu di website resmi apakah ada promo. Seperti kami kemarin, ada promo boarding pass Citilink. Lumayan kan dapat potongan 20%.
4. Karena terletak di lereng gunung, kalau sudah sore itu anginnya kencang sekali. Lebih baik membawa jaket, jaga-jaga gitu loh.
5. Museum Angkut menyediakan beberapa pertunjukkam di setiap zona. Jika memang sempat, dapat juga melihat pertunjukkan-pertunjukkan tersebut.
6. Di akhir kunjungan, mampirlah untuk makan di Pasar Apung Nusantara. Malah jika sempat, dapat berkeliling pasar Apung dengan menggunakan perahu.

Museum Angkut
Website: www.museumangkut.com
Alamat: Jl. Terusan Sultan Agung No. 2 Batu, Jawa Timur
Telp: 0341-595007
Jam operasional: 12.00 - 20.00
HTM:
- Rp 60.000,00 (Senin - Kamis)
- Rp 80.000,00 (Jumat - Minggu, Hari libur nasional)
Tambahan:
- kamera selain smartphone: Rp 30.000,00

- Runway 27: Rp 10.000,00

Next: Kulineran di Pasar Apung Nusantara