Showing posts with label washington DC. Show all posts
Showing posts with label washington DC. Show all posts

Monday, August 15, 2016

Saatnya Bermain dengan Salju


Pergi mengunjungi negara empat musim saat winter tidaklah lengkap jika tidak memegang salju. Rasanya tidak sah kalau winter tetapi tidak ada saljunya. Sayangnya suhu yang begitu dingin, sempat sampai minus 12 (yang feels like minus 20-an) ini tidak membuat salju turun. Kakak berkali-kali bertanya kapankah salju turun. Saya tahu pasti betapa dia kepengen menyentuh salju. Apalagi tante dan omnya dari tahun lalu mengiming-iming untuk bermain salju dengannya dan membuat snowman. Tidak usah kamu, nak, mama juga kepingin main salju. Tapi apa daya salju tidak turun-turun. 

Kami mengikuti berita tentang salju. Yang lucunya, tempat-tempat yang tidak pernah turun salju malah turun salju, dan tempat yang biasanya sudah turun salju belum turun salju. Keponakan saya berkali-kali memeriksa ramalan cuaca dan dia berkata too bad salju baru akan turun setelah kami pulang (dan memang iya, tepatnya badai salju yang melumpuhkan kota-kota di Amerika). Walau anak-anak sudah sempat bermain dengan ukiran es di ICE, tetapi mereka tetap penasaran untuk melihat salju. Om dan tantenya setiap hari memeriksa web-cam resort-resort yang biasanya sudah turun salju. Bahkan resort-resort tersebut tidak mampu memastikan kapan ski resort mereka dapat beroperasi. Jika suhunya tidak mendukung, mereka pun tidak dapat membuat salju buatan. Tentunya mereka juga panik, karena ini kan mata pencaharian mereka. 

Seminggu sebelum kami pulang, si om berkata kepada kami sepertinya di salah satu resort yang mereka amati akan memulai pembuatan salju buatan karena suhunya cukup dingin. Ya, walaupun hanya salju buatan, rasanya boleh dicoba. Akhirnya diputuskan bahwa hari Minggu setelah kami ke gereja, si tante akan membawa kami dan oma ke resort tersebut. Sementara si om menjaga kedua keponakan kami. Mereka sudah bosan melihat salju, dan sebetulnya mereka mengharapkan salju turun hanya untuk kami. Bagi mereka, winter tanpa salju adalah hal yang indah karena tidak perlu membersihkan jalanan dari salju yang tebal. 

Hari Minggu, setelah dari gereja, kami langsung pergi ke resort tersebut. Kami berhenti dulu di McDonalds, membeli makanan untuk makan siang kami. Ceritanya makan di jalan. Lamanya perjalanan menuju tempat itu kurang lebih 2 jam 30 menit. Perlu diketahui bahwa kalau di luar itu 2 jam 30 menit berarti jaraknya jauh sekali. Karena di sana tidak ada macet, jadi murni jarak tempuhnya dan kecepatan mereka kurang lebih 100 - 120 km per jam. Demi adiknya tercinta dan keponakannya tercinta, si tante rela menyetir sejauh itu. 

Selama perjalanan kami menikmati rumah-rumah dan kota dengan model tua. Terlihat begitu indah. Semakin mendekati resort tersebut, kami melihat kepulan salju yang begitu tinggi. Walaupun buatan, tetapi tetap saja kami norak. Kami menyiapkan peralatan untuk bermain salju, supaya tidak kedinginan. Apa saja sih yang diperlukan? Sarung tangan yang waterproof, sepatu dan celana waterproof, baju berlapis-lapis, jaket, tutup telinga atau topi. Begitu pintu mobil terbuka, udaranya dingin sekali, walau tidak sedingin saat kami masuk ke ICE.
wisp resort.
Kumpulan salju buatan.
Wisp resort merupakan resort dan juga tempat hiburan keluarga sepanjang tahun. Dengan kata lain, mereka menyediakan aktivitas sepanjang tahun, sesuai musimnya. Untuk masuk ke area ski tentunya ada biaya tersendiri. Tetapi untuk bermain di bagian depan, tidak usah membayar alias gratis. Saat kami sampai, banyak sekali anak-anak yang bermain di sana. Perlengkapan mereka jauh lebih banyak dari kami. Bahkan beberapa orang membawa sled untuk anaknya bermain. Berhubung sepupunya Duo Lynns tidak suka bermain salju, yang satu sudah ABG, sudah lewat umurnya main salju dan yang kecil tidak suka main salju, maka tidak ada sled yang dapat dibawa dari rumah. Namun kami cukup senang bermain dengan salju yang ada. Kakak yang lebih kegirangan tak jelas, akhirnya bisa melihat salju.
Lengkap dari atas sampai kepala, waterproof.
Snow Angel's time....
Kepala suku pun berpose :)
Adik sibuk membuat bola es dan snowman.
Capturing all the moments.

Lama-kelamaan, suhu di sekitar sini semakin dingin dan langit sudah gelap walau masih pukul 15.00. Karena kami sudah bermain hampir 2 jam, maka kami memutuskan untuk pergi mencari makan dan pulang kembali. Anak-anak berganti baju terlebih dahulu, supaya tidak masuk angin. Saat itu sudah mulai ada titik-titik air yang terkena ke kepala kami. Sayangnya bukan salju. 
Terlihat seperti salju sungguhan, padahal saljunya dari mesin pembuat salju.
Sepanjang perjalanan, tanda-tanda yang dipasang di sepanjang jalan adalah gambar beruang ataupun gambar rusa. Yang berarti di daerah ini, bisa saja tiba-tiba ada rusa ataupun beruang, karena daerah ini merupakan daerah mereka. Kata si tante, makanya kita harus balik sebelum gelap. Kalau gelap, jalan daerah begini lumayan tegang. Sambil mencari tempat makanan, karena semua tempat makan terdekat tutup, anak-anak sibuk nyemil. Sehabis bermain salju pasti jadi lapar. Kami menemukan Subway setelah kami melanjutkan perjalanan sekitar 45 menit. Subway merupakan favorit kami, sandwich yang panjang yang bisa diisi dengan berbagai macam isi sesuai yang kami mau. Saat kami keluar mobil, ada titik-titik putih yang jatuh ke kepala kami. Akhirnya kami bersentuhan dengan snow flurry, salju yang begitu tipis yang biasanya langsung mencair saat bersentuhan dengan tangan kita atau lantai. Tetapi karena kami menggunakan jaket winter yang gelap warnanya, jadi terlihat sekali warna putihnya. Kata si papa, bonus hari ini adalah melihat flurry
Salah satu tanda lalu lintas, yang artinya hewan tersebut suka melintas. 
Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan kami kembali ke tempat si tante. Anak-anak, dan orang tuanya, sungguh bersyukur si tante rela hati menyetir selama ini hanya untuk kami. Ternyata si kakak masih bertanya kenapa tidak ada salju yang asli. Rupanya dia tahu bahwa saat dia bermain salju semuanya itu salju buatan. Nanti ya kakak, kapan-kapan lagi :)

Tuesday, August 9, 2016

Berkunjung ke Istana Es

ICE Gaylord Harbor. Sumber foto: www.nationalharbor.com
Masih dalam rangka melihat kumpulan foto-foto liburan kami akhir tahun lalu, ada beberapa foto yang membuat saya ingin mendokumentasikan cerita perjalanan kami saat ke sana. Diawali karena salju yang tidak turun-turun, dan si tante menanyakan apakah kami mau untuk jalan-jalan ke National Harbor. Kami bertanya ada apakah di sana. Si tante berkata bahwa National Harbor merupakan salah satu pusat hiburan Maryland yang terletak di sepanjang tepi sungai Potomac. Di sana ada tempat makan, playground, Capital Wheel, dan atraksi lainnya. Dan saat natal ini di hotel Marriot diadakan pameran ukiran es, ICE.

Pameran ICE ini berada dalam suatu ruangan yang dijaga suhunya 9 Fahrenheit, yang kurang lebih sama dengan minus12.7 Celcius. Di dalam ruangan tersebut terdapat lebih dari 2 juta pound (lebih dari 907.184 kg) patung-patung es yang diukir dengan tangan dan 5 perosotan yang terbuat dari es. Tema dari pameran ini adalah serial televisi klasik, Santa Claus is Coming to Town, yang dibuat tahun 1970, yang sedang merayakan anniversary ke-45 nya. 

Setelah dipikir-pikir, akhirnya si papa berpikir boleh juga deh, sekalian jalan-jalan ke National Harbor. Kami memilih satu hari sebelum akhir tahun supaya tidak terlalu penuh, karena pameran berada di hotel Marriot dan kalau akhir tahun banyak yang menginap di sana. Menurut review yang ada, tetap googling dulu sebelum pergi, tempat di sana dingin sekali. Memang sih disediakan jaket winter, tetapi lebih baik membawa sarung tangan dan tutup kepala ataupun syal untuk menutupi hidung dan leher. Maka pergilah kami ke Costco, berburu sarung tangan yang waterproof untuk anak-anak. 

Keesokan harinya, kami pergi pagi-pagi supaya tidak terlalu siang sampai di Harbor. Saat kami pergi, cuaca saat itu sedang berkabut. Di sini, yang namanya berkabut itu betul-betul penuh kabut. Apalagi kami tinggal di kaki gunung. Untungnya si tante sudah ahli menyetir saat berkabut. Perjalanan pun terlihat gloomy. Saat itu suhu tidak terlalu dingin dan tidak terlalu berangin. Si oma juga ikut, tetapi tidak mau masuk ke dalam ICE. Alasannya dulu juga pernah lihat ukiran es buatan seniman dari Harbin. Pasti semua ukiran es pasti sama saja :D Jadi nanti si oma, bersama tante, akan jalan-jalan di dalam hotel saja katanya. 

Pagi yang berkabut.
Sepanjang perjalanan kami melalui suatu sungai, yaitu sungai Potomac. Sungai ini panjang sekali. Dan dari kejauhan kami melihat capital wheel. Yang berarti kami semakin mendekati National harbor. Dan begitu kami sampai di National Harbor, di sana cuaca sudah cerah dan berawan. Saya berkata kepada si tante Potomac ini kayak laut ya, besar banget. Pantaslah dijadikan pusat hiburan. Kami berjalan menuju hotel Marriot, dan mobil diparkir di tempat parkiran.

Capital Wheel dan refleksinya. So beautiful...
Big Christmas tree.
Hotel Marriot sudah dihias dengan aksesoris berbau natal. Ada playground juga untuk anak-anak. Dan katanya pada jam-jam tertentu akan ada salju buatan yang diturunkan dari atas. Kami segera menuju loket untuk membeli tiket. Saat membeli tiket, petugas yang ada memberitahukan bahwa berdasarkan jam yang ada, dalam 15 menit lagi, kloter pertama akan ditutup. Kami segera mencari kamar mandi, menambahkan lapisan baju yang ada. Kali ini anak-anak menggunakan enam lapis baju dan 4 lapis celana. Takut mereka kedinginan dan jadi masuk angin. Si oma sampai tertawa dan berkata kalau kami lebay. Untungnya si tante bilang memang harus begitu. Kami segera masuk ke area pemakaian jaket dan oma serta tante berputar-putar melihat sana sini. Petugas yang ada memberikan kami jaket dan meminta kami untuk keluar dari ruangan yang ada. Jaket yang diberikan cukup tebal dan besar. Bahkan untuk yang ukuran anak-anak pun, masih terlihat begitu besar saat dipakai adik.

Pameran es ternyata berada di luar gedung, tetapi di dalam container yang begitu besar. Kami cepat-cepat menggunakan topi dan sarung tangan. Syal diletakkan di leher anak-anak supaya tidak kedinginan. Saat kami masuk, anginnya sudah begitu dingin, tetapi masih dapat ditahan. Banyak sekali orang-orang lokal sana yang berpakaian lebih lengkap dari kami, termasuk menggunakan penutup hidung. Berarti kami tidak berlebihan, hehehe. Kami menyempatkan diri berfoto di depan, dan kali ini bisa berfoto dengan lengkap karena ada pengunjung lain yang dengan senang hati menawarkan diri untuk memfoto kami.
Masih bisa berfoto walaupun dinginnya luar biasa.
Mr. Postman, the narrator.
Cerita Santa Claus Is Coming to town berlokasi di Sombertown, kota yang gloomy di Jerman. Kota ini diperintah oleh Burgermeister yang jahat. Suatu hari, di depan pintu rumahnya ditemukan bayi dengan tag "Claus" dan ada tulisan bahwa Burgermeister diminta untuk membesarkan bayi ini. Burgermeister tidak mau dan menyuruh asistennya untuk memindahkan bayi ini ke rumah yatim piatu. Tetapi akhirnya angin meniupkan bayi ini dan meletakkan di rumah keluarga elf yang memberinya nama Kris. Setelah Kris tumbuh dewasa, Kris akhirnya membuat banyak mainan dan membagi-bagikannya kepada anak-anak. Burgermeister tidak suka dan menangkap Kris. Akhirnya Kris dibebaskan dan Kris memanjangkan jenggot untuk menyamarkan dirinya (inilah alasan Santa Claus punya jenggot) dan ia pergi ke North Pole untuk membuat mainan.
Burgermeister menyuruh prajurit membuang bayi Claus.
Keluarga Elf, pembuat mainan, membesarkan Kris.
Kris saat dewasa, mengantarkan mainan-mainan.
Patung Burgermeister.
Semua orang bermain dengan mainan buatan Kris.
Pengunjung di sini sangat banyak, dan rata-rata turis Asia dengan senang hati berfoto di depan patung-patung es yang berwarna-warni. Tentunya ini membuat macet. Kami memutuskan untuk memfoto yang ada, tanpa berfoto di depannya. Selain untuk mengurangi kemacetan, makin lama makin dingin. Hidung kakak dan adik keluar air karena dinginnya, dan pipi mereka sudah seperti kepiting rebus.
Lucu kan tupainya.
The reindeers. 
Kami menyempatkan diri untuk bermain perosotan yang terbuat dari es. Ada lima perosotan. Tiga untuk orang dewasa dan dua untuk anak-anak kecil dan orang tuanya. Antriannya lumayan panjang, tetapi bergerak dengan cepat. Saat tiba giliran kami, kami segera mencoba perosotan yang dingin ini. Untungnya jaket yang dipinjami panjang dan kami memakai celana waterproof, jadi tidak basah. Rasanya ingin mencoba sekali lagi, tetapi melihat antrian yang panjang dan adik yang semakin kedinginan, kami segera beranjak untuk masuk ke bagian pabrik mainannya Santa Claus.
Antrian menuju perosotan.
Adik saat bermain perosotan, seperti tenggelam di antara es. 
Kakak yang sudah sampai di bawah.
Di pabrik mainan ini banyak sekali ukiran-ukiran es yang berbentuk mainan. Sungguh hebat seniman-seniman dari Harbin ini, mereka bisa mengukir dengan begitu halus. Setelah melewati pabrik mainan, kami melihat ukiran crystal es yang seakan menceritakan kisah tiga orang Majus.
Kris menjadi Santa Claus dan pindah ke North Pole untuk membuat mainan.
Pabrik mainan Santa Claus
Si om sedang mengukir es.


Sang malaikat.
Tiga orang Majus.
Berfoto sebelum keluar, kembali ada oma bule yang mau memfoto kami. Pipi kami sudah memerah.
Mainan yang dibuat Kris, ukiran es di dekat pintu keluar.
Setelah ukiran kristal ini, kami akan sampai ke pintu keluar. Saat keluar dari area ini, rasanya udara di luar begitu hangat. Perbedaan suhu yang begitu tinggi membuat kacamata papa buram. Akhirnya kami berjalan pelan-pelan masuk ke dalam ruangan dan mengembalikan jaket. Sambil menunggu papa mengelap kacamatanya, kakak dan adik segera minum air. Sambil minum, kami mencoba membuat kesimpulan dari kunjungan kami di dalam dan mengingatkan Duo Lynns bahwa yang di dalam itu sebuah cerita dan tidak nyata. Christmas is not about Santa. Setelah itu kami berjalan ke luar melihat pameran gingerbread house dan carousel. 
Bahkan lensa kamera pun jadi buram saat keluar.
Lantai yang terkena lampu snowflakes.
Berfoto dengan kereta Santa.
Saat kami keluar, kami sempat berputar-putar di dalam hotel untuk melihat dekorasinya. Ternyata, terlalu lama di dalam membuat kami kelaparan. Akhirnya kami membeli french fries di salah satu toko yang ada. Lumayan deh untuk mengganjal lapar kami dalam perjalanan menuju tempat kami makan siang. Hmm....pengalaman yang tak terlupakan bagi kami.

Hang-on Christmas Tree.

Wednesday, August 3, 2016

Our First Zoolights

Zoolights
Kebun binatang merupakan tempat favorit semua anak. Padahal kalau dipikir-pikir, kebun binatang ya isinya kurang lebih sama, ada singa, gajah, ada burung, dan sebagainya. Yang membedakan adalah kondisi hewan dan hewan spesial yang dijadikan atraksi di kebun binatang tersebut. 

Sebelum pergi ke negeri Paman Sam, saya iseng mengecek apa saja sih yang dapat dikunjungi di sana bersama dengan anak-anak dan saat musim dingin. Untuk yang mau jalan sendiri ke daerah DC, bisa melihat ke washington.org. Ini adalah website resmi dari pemerintah Washington DC untuk para turis yang datang ke pusat pemerintahan Paman Sam ini. Saat saya mengecek, mereka merekomendasikan zoolights. Hmm.... Hal yang baru saya dengar. 

Zoolights adalah event yang diadakan oleh National Zoo pada saat musim dingin. Selama 34 hari, mulai dari tanggal 27 November sampai 2 Januari (kecuali tanggal 24, 25, 31 Desember), National Zoo akan menyalakan lebih dari 500.000 lampu LED yang ramah lingkungan di dalam kebun binatang. Lampu-lampu ini akan mengubah kebun binatang menjadi winter wonderland. Selain lampu, akan ada live music performance, jajanan-jajanan musim dingin, dan pameran-pameran. Terdengar menarik bukan? Apalagi anak-anak biasanya suka melihat lampu warna-warni. Dan yang lebih menariknya, terutama bagi telinga emak-emak, masuk National Zoo itu free of charge alias gratis. Mana ada di Indonesia masuk ke kebun binatang gratis dan hewannya pun bagus-bagus. Jadi kami berpikir untuk melihat seperti apakah kebun binatang yang gratis ini.

Saat kami tiba di rumah kakak saya, cuaca di sana terasa tidak dingin (apalagi kalau dibandingkan saat kami di Seoul). Keponakan saya bilang kali ini adalah winter terhangat yang mereka alami. Tantenya Duo Lynns bilang kalau suhunya seperti ini, mau aktivitas outdoor mungkin tidak akan kedinginan. Kami bertanya jika kami ke kebun binatang, bisa atau tidak. Kami jalan sendiri saja. Si Tante melihat ramalan cuaca dan berkata bahwa dalam dua hari ini cuaca masih hangat setelah itu dingin lagi. Jadi kami memutuskan pergi besok.

Keesokan harinya, kami jalan jam 1 siang, supaya sampai di sana sekitar jam 3 siang. Maklum, rumah tantenya di kaki gunung. Si Om mengantar kami ke stasiun terdekat, yang waktu tempuhnya hampir 1 jam tanpa macet, dan setelah itu kami naik kereta menuju National Zoo. National Zoo terletak di antara dua stasiun, yaitu Cleveland dan Woodley Park Zoo. Jarak dari dua stasiun sama dekatnya, tetapi jalanan dari Cleveland ke National Zoo menanjak. Jadi lebih baik turun di Woodley Park Zoo, satu stasiun setelah Cleveland, dan berjalan menuju National Zoo dengan jalanan yang tidak menanjak. Saat kami tiba di stasiun Woodley Park Zoo matahari masih bersinar dengan terik, lensa kacamata kami langsung menghitam karena kena sinar matahari, tetapi anginnya begitu kencang sehingga rasanya dingin sekali. Dibanding kemarin, hari ini jauh lebih dingin. Hm...definisi hangat kami dengan definisi hangat orang yang tinggal di negara empat musim memang berbeda =D 

Kurang lebih kami berjalan 10 menit dan kami tiba di pintu gerbang National Zoo. Kami memulai kunjungan kami dengan mampir ke dalam visitor center. Tujuannya adalah mencari toilet sebelum beredar di kebun binatang. Anak-anak pun masih semangat. Setelah itu kami berkunjung ke area terdekat dengan visitor center. Dimulai dari Cheetah conservation center, melihat bison yang hidup (bukan motor) dan elephant trail. Ini pertama kalinya anak-anak melihat bison yang besarnya minta ampun. Setelah ini kami beranjak ke area Asia trail. Untuk kebun binatang yang gratis, hewan-hewan di National Zoo dijaga dengan baik. Area untuk gajahnya pun diberikan tempat yang luas. Sementara kami berjalan, udara sudah semakin dingin dan kakak mulai ribut ngantuk. Angin yang kencang dan balutan baju yang tidak tebal membuat udara terasa dingin dan menusuk. Kami memberikan cemilan supaya tidak masuk angin, tetapi ternyata tidak berhasil mengusir rasa dingin dan ngantuk. Untuk menghibur kakak, kami segera beranjak untuk melihat panda.
Peta National Zoo. Sumber: nationalzoo.si.edu
Panda merupakan salah satu daya tarik utama dari National Zoo. Karena si panda betina baru saja melahirkan bayi panda, maka panda tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi kita bisa melihatnya melalui web cam. Yang menarik perhatian kami adalah bayi panda sangat kecil, bahkan disebutkan bahwa bayi panda merupakan mamalia terkecil saat baru lahir, terutama jika dibandingkan dengan badan ibunya. Warna bayi panda saat lahir adalah pink, tak berbulu, dan buta, ukurannya 1/1700 ukuran induknya. Tetapi saat dewasa, badannya bisa besar sekali.

Setelah itu kami beranjak menuju bird house. Angin semakin kencang, dan kakak semakin teler. Tangannya pun dingin. Akhirnya kami mengeluarkan heat pack. Berguna sekali untuk membuat tangan menjadi hangat. Kami memutuskan untuk segera masuk ke bird house dan mencari spot untuk duduk. Kakak pun tidur sebentar, dan bukan hanya kakak, saya dan papanya pun mulai mengantuk. Setelah kedinginan lalu kena udara hangat kan enak sekali. Rasanya hanya adik yang masih on, secara sepanjang jalan dia minta gendong dan dipeluk supaya tidak dingin.

Kurang lebih sekitar 30 menit kami duduk, dan setelah itu kami melanjutkan kembali mengunjungi hewan-hewan yang lain, biar mereka tidak iri. Saat kami berjalan, ada beberapa tupai yang sibuk jalan sana sini. Kami mengelilingi melihat burung-burung lain yang tidak berada di dalam bird house. Kakak mulai on, dan si adik mulai ribut minta ke toilet. Karena sudah ada yang minta ke toilet, maka sekalian saja semuanya ke toilet, supaya nanti tidak repot cari toilet. Di dekat toilet ada yang menjual minuman. Kami berpikir minuman hangat rasanya enak juga nih. Tetapi sayangnya yang ada hanya soft drink dan dingin. Rasanya di sini, apapun musimnya, soft drink adalah minumannya. Setelah dari toilet, kami memutuskan untuk melihat hewan-hewan yang ada di dalam ruangan, supaya tidak terlalu dingin.
Flamingo yang berkumpul. Warnanya bagus kan, terawat pula.
Burung yang saya lupa namanya :D
Yang terdekat adalah small mammal house. Small mammal house ini dimaksudkan untuk mamalia-mamalia yang tidak besar seperti gajah, harimau, dan singa. Jadi isinya adalah mamalia-mamalia yang mungil seperti golongan pengerat atau rodentia, primata seperti lemur dan golden tamarin, dan hewan-hewan kecil lainnya. Dari situ kami masuk gedung-gedung di sebelahnya, yaitu great apes o-line dan reptilian discovery center. Untuk reptil, tentu saja hanya dilihat sekilas, merinding kalau kelamaan di sana. Tapi bangganya kami karena di sana ada komodo. Hewan asli Indonesia loh.

Yang menarik adalah great ape o-line. Ape, bukan ape dalam bahasa betawi, dikenal juga sebagai kera di Indonesia. Dulu saya tidak ambil pusing dengan kera dan monyet. Buat saya biasa saja, intinya ya mukanya seperti itu. Tidak cakep-cakep amat. Ternyata ada bedanya loh. Kalau di lagunya veggietales dikatakan seperti ini: "if it doesn't have a tail it's not a monkey. If it doesn't have a tail it is an ape." Jadi cara gampangnya, kalau punya ekor itu namanya monyet. Kalau tidak punya ekor, namanya kera atau ape. Ada juga yang bilang kalau ape itu besar, monyet itu kecil. Tetapi ternyata tidak selalu seperti itu. Ada monyet yang ekornya pendek, dan ada monyet yang besar. Gibbon, salah satu jenis ape, badannya terkadang lebih kecil dari monyet.

Ape lebih cenderung mengandalkan penglihatan daripada penciuman, dan hidung ape itu pendek dan lebar. Ape mampu menciptakan tools dan menggunakan bahasa. Mereka mempunyai kehidupan sosial yang lebih kompleks dibanding monyet dan mereka dapat dikategorikan cerdas juga karena dapat menyelesaikan masalah. Hm....baru tahu saya. Contoh ape yang besar adalah gorila, simpanse, orang utan dan bonobo, yang tinggal di Afrika dan Asia. Ape yang kecil badannya adalah gibbon dan siamang dari Asia. Sedang babon, macaque, colobus, tamarin, capuchin, dan marmoset dikategorikan sebagai monyet. Kakak saya sempat berkata selain panda, orang utan merupakan hewan lain yang banyak dilihat orang. Dan ternyata benar. Orang utan sibuk bergelantungan sana-sini. Wah, tambah bangga saya, karena orang utan adalah hewan khas Indonesia. Dikarenakan penularan penyakit dari gorilla dan manusia sangat gampang, dan juga sebaliknya, maka antara hewan-hewan primata ini dengan pengunjung dibatasi dengan kaca. Supaya lebih aman katanya.

Saat kami keluar dari gedung, lampu-lampu di taman mulai dinyalakan walau masih ada sedikit matahari. Seketika lupalah kami akan dinginnya angin. Kami bersemangat kembali untuk berjalan melihat raja hutan, singa. 
Lampu sudah mulai dinyalakan walau belum pukul 17.00
Gajah dan pawangnya :D
Kesukaan adik, melihat kodok yang melompat ke dalam air.
Di dekat kandang singa, ada restoran fast food The Mane Grill. Rasanya ini adalah satu-satunya restoran yang buka di musim dingin. Dan lucunya, di website National Zoo disebutkan pengunjung boleh membawa makanan sendiri. Jadi banyak juga yang membawa makanan, tetapi tidak ada sampah bekas  makanan yang berserakan. Kami mampir sebentar untuk mencari minuman hangat dan cemilan. Anak-anak memang sudah dibawakan cheerios, sereal untuk cemilan mereka. Jadinya sementara menunggu papa membeli hot chocolate dan french fries, mereka makan cemilan mereka.

Saat kami keluar dari The Mane Grill, di luar sudah gelap walau belum jam 6 sore. Namun di depan Mane Grill ini ada pertunjukan light dance dengan musik yang ramai. Kami menonton sebentar dan Duo Lynns sibuk menari untuk mengurangi rasa dingin sambil menonton light dance.
Light dance di depan 
Kami melanjutkan perjalanan kami ke gerbang depan. Cemilan-cemilan khas winter, seperti smorse, sudah mulai ada. Lampu LED menyala dimana-mana dan dibagian depan pun ada laser show. Hiburan yang menyenangkan untuk anak-anak. Sayangnya kami harus segera pulang karena kami sudah janjian dengan si om untuk dijemput di stasiun terdekat jam 19.00. 
Pohon yang dihiasi lampu
Bunga dengan lampu yang berganti-ganti
Sekarang bunganya berwarna biru
Berganti merah
Dan ritual yang harus dilakukan jika membawa anak-anak adalah mencari toilet sebelum pulang. Kami kembali ke visitor center. Setelah dari toilet, kami melihat ada ruangan yang terbuka untuk umum. Ternyata itu adalah pameran lego dengan tema Zoo-magination station. Untuk melihatnya, kami dipersilakan antri di dekat podium (antrinya tidak pakai dorong-dorongan ataupun selak-menyelak).
Kota Lego
Kota Lego
Lego dan Thomas the Train.
Star Wars


Kereta api
Lengkap dengan pesawat terbang di atas loh

Kota di pinggir pantai
Kakak suka sekali dengan detail pantainya :)
Kota di pinggir pantai.
Prakarya anak SD yang dipamerkan.
Setelah puas melihat pameran lego dan juga kreativitas lainnya, kami bergegas menuju stasiun Cleveland. Bagaimana dengan cuacanya? Anginnya kencang sekali, sampai adik minta digendong karena kedinginan dan akhirnya tertidur. Untungnya jalanannya menurun, sehingga memudahkan kami untuk berjalan, dan mamanya untuk menggendong. Pengalaman pertama kami dengan zoolights terasa berkesan. Apalagi ditambah dengan angin yang menusuk :D

National Zoo
website: http://nationalzoo.si.edu/Visit/