Wednesday, December 26, 2018

Nuansa Peranakan di SGI Vacation Club Melaka

Masih melanjutkan kisah sebelumnya, setelah menempuh perjalanan dari Kuala Lumpur ke Melaka dalam waktu kurang lebih 2 jam, kami pun tiba di Melaka Sentral. Tujuan kami selanjutnya adalah mencari grab untuk menuju hotel tempat kami menginap sebelum konferensi dimulai. Pilihan kami jatuh ke SGI Vacation Club. Selain review tentang hotel ini yang bagus, hotel ini pun dekat dengan pusat kota yang berisi bangunan-bangunan tua alias historical site. Apalagi saat kami memesan, sedang ada promo sehingga harga hotel turun dibawah 300 ribu.
Interior lobby yang cantik. 
Lobby yang nyaman untuk duduk dan bersantai
SGI Vacation Hotel merupakan hotel dengan gaya modern namun bernuansa peranakan. Saat kami tiba, kami cukup terkagum-kagum dengan interiornya yang terasa begitu nyaman. Proses check in juga tidak lama. Seperti di hotel Ahyu, kami pun dimintai tambahan heritage tax sebesar 10 RM per malam (tanpa tax hotel) dan deposit. Setelah proses pembayaran selesai, maka staf yang ada menjelaskan apa saja yang dapat dilakukan di sekitar hotel ini. Staf yang ada mengantar kami ke kamar kami.
Lantai peranakan di depan kamar. 
Kamar yang kami pesan adalah kamar deluxe twin. Kamar yang seluas 25 meter persegi ini begitu nyaman. Apalagi mengingat harga yang kami bayarkan saat memesan, kamar ini terlalu bagus dibanding harganya. What a blessing.
Our deluxe twin room.
Tanpa lemari namun disediakan hanger untuk menggantung baju.
Meja dan TV LED yang bisa untuk mirroring.
Uniknya di kamar ini terdapat tulisan jika ada barang pecah atau hilang, maka pengunjung wajib menggantinya. Lucu juga sih melihat banyaknya list barang yang harus diganti. Namun jika list itu ada, berarti sering ada kejadian barang pecah atau barang hilang di hotel ini.
Handuknya tebal dan bagus, ada juga di list yang harus diganti jika hilang. 
Kamar mandi yang shower roomnya diberi pembatas.
Seperti Ahyu Hotel yang tidak menyediakan sarapan, SGI Vacation Club juga tidak menyediakan sarapan. Namun di sekitar hotel ini banyak tempat makan yang buka dari pagi. Selain itu, SGI hotel juga menyediakan cup noodle yang dapat dibeli.
Cup noodle yang ada di keranjang dapat dibeli dengan harga murah.
Sepedanya juga boleh disewa, ya.
Hal berikutnya yang menarik di hotel ini adalah di tiap-tiap lantai disediakan dispenser air minum. Hal ini dilakukan sebagai tanda bahwa hotel ini ramah lingkungan, jadi tidak ada plastik bekas air mineral. Bagi kami ini adalah nilai tambah dari hotel ini, karena kami tidak perlu repot-repot untuk membeli air. Lumayan, bukan?  
View dari kamar kami. 
Walaupun banyak orang yang melakukan day trip saat berkunjung ke Melaka, namun menginap di Melaka dan berkeliling di sini juga menarik jika ada waktu untuk menginap. Dan SGI Vacation dapat menjadi salah satu hotel yang dapat dijadikan alternatif untuk tempat menginap.


Sekilas Informasi
SGI Vacation Club Hotel
Jalan Parameswara 129, Melaka City Center, Malacca 

Thursday, December 20, 2018

Transportasi dari Kuala Lumpur ke Melaka



Melaka merupakan salah satu kota yang terkenal sebagai salah satu tempat wisata. Sebagai negara yang menjadi tempat berpadunya kebudayaan barat dan timur, Melaka menjadi menarik untuk dikunjungi. Sayangnya tidak ada pesawat yang langsung menuju kota Melaka ini. Pilihan yang terdekat adalah transit ke Kuala Lumpur dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan alat transportasi darat.

Menuju Melaka dari KLIA (dan sebaliknya)
Bagi para turis yang ingin langsung menuju Melaka langsung dari bandara, ada dua pilihan kendaraan yang dapat digunakan. Yang pertama adalah dengan menyewa mobil. Tentunya akan lebih nyaman namun biayanya pun lumayan.

Yang kedua adalah dengan menggunakan bus umum. Satu-satunya bus umum yang ada adalah bus Transnasional. Bus ini cukup nyaman dan tentunya harganya bersahabat di kantong. Untuk orang dewasa, harga tiket bus menuju Melaka Sentral adalah 24.1 RM dan harga tiket untuk anak-anak adalah 18 RM. Lama perjalanan dari KLIA atau KLIA2 menuju Melaka kurang lebih 2.5 jam.
Transnasional bus. Sumber foto: klia2.info
Untuk menuju bandara langsung dari Melaka, disarankan lebih baik membeli tiket terlebih dahulu supaya tidak repot dan dapat memilih jam yang diinginkan.

Menuju Melaka dari Downtown (dan sebaliknya)
Untuk menuju Melaka dari downtown, kita harus mengetahui terminal manakah yang melayani transportasi antar negara bagian. Berbeda dengan saat datang ke KL kita akan berhenti di terminal KL Sentral, untuk menuju ke Melaka kita harus naik bus dari TBS atau Terminal Bersepadu Selatan. TBS merupakan salah satu terminal besar. Di TBS segala tujuan menuju negara bagian atau negara tetangga pun ada.

Yang menarik dari TBS, terminal ini berintegrasi dengan stasiun LRT Bandar Tasik Selatan atau BTS. BTS terletak di lajur LRT laluan Sri Petaling. Jadi untuk menuju ke TBS, kami hanya perlu naik LRT ke stasiun BTS lalu menyeberang ke TBS untuk menaiki bus. Karena hotel kami dekat dengan stasiun Masjid Jamek, maka kami hanya perlu naik LRT menuju stasiun Putra Heights dan berhenti di BTS. Dari sana kami berjalan menuju TBS. Sepanjang jembatan penyeberangan cukup banyak pengemis (termasuk pengemis bule) dan penjual barang walaupun ada tulisan dilarang menjajakan barang atau meminta-minta. Pemandangan yang cukup membingungkan anak-anak.
TBS yang penuh orang.
Awalnya kami berpikir bahwa proses pembelian tiket akan cepat. Namun kami baru sadar bahwa saat kami pergi adalah hari Deepavali yang merupakan hari libur nasional. Jadinya TBS pun penuh dengan turis domestik dan turis internasional. Untungnya sistem penjualan tiket yang digunakan di BTS ini lumayan canggih. Kami dapat membeli tiket dari loket manapun karena sistem penjualan tiket ini online. 
Counter tiket.
Berbeda dengan pembelian tiket dari KLIA menuju KL Sentral ataupun Melaka, anak-anak harus membeli tiket dewasa karena kami adalah turis. Harga tiket dewasa ini 11.40 RM dan bus akan berhenti di Melaka Sentral. Berhubung waktu sudah mendekati makan siang, maka kami memilih bus Mayangsari yang jalan pukul 12.30. Oleh petugas di loket, kami diminta untuk menuju gate di sebelah kanan bagian ticketing. Kami pun mampir sebentar ke Seven Eleven untuk membeli makanan, biar bisa makan sambil menunggu bus.
Ruang tunggu di lantai bawah.
Yang paling menarik di BTS ini adalah ruang tunggunya. Bayangan saya, ruang tunggunya ya sama seperti ruang tunggu terminal di Indonesia pada umumnya, yaitu duduk di bangku di depan nomor lajur bus. Namun saat kami turun ke bawah, ruang tunggu dan lajur bus berada di bagian bawah, ruang tunggunya nyaman dan ber-AC. Kami dapat duduk dengan santai sambil memakan makanan samgak kimbap yang kami beli. Bahkan papa sempat ke atas untuk membeli roti lagi, sebagai persediaan andaikan lapar di jalan. Tak lama kemudian bus datang dan kamipun dipanggil untuk segera naik ke bus. Perjalanan menuju Melaka ditempuh dalam waktu 2 jam.
Ruang tunggu untuk gate 10.
Bagaimana dengan perjalanan pulangnya? Berbeda dengan saat kami berangkat yang langsung membeli tiket saat kami mau jalan, kami disarankan oleh teman-teman yang sudah sering bolak-balik ke Melaka untuk membeli tiket perjalanan dari Melaka ke KL. Pembelian tiket pun secara kolektif, biar tidak usah semua orang pergi ke Melaka Sentral. Oleh para senior ini kami dibelikan tiket KKKL Express. Bus KKKL Express ini termasuk bus eksekutif. Dan memang ternyata untuk tiket kembali ke Kuala Lumpur, memang akan lebih baik jika kita membeli tiket di awal.
Melaka Sentral. 
Berbeda dengan TBS yang sangat wah, suasana di Melaka Sentral mirip seperti plaza kecil. Namun untuk makanan, di sini pun sangat lengkap. Bahkan ada McDonald’s di tempat ini. Kami hanya menunggu sebentar dan tidak lama kemudian bus kami pun datang. Bus KKKL memang terlihat nyaman tapi sayangnya bau rokok lumayan kencang. Namun bus KKKL ini sangat on time, sehingga jangan sampai kita telat atau akan ditinggal bus.

Sebagai kesimpulan, bepergian dari Kuala Lumpur ke Melaka dan juga sebaliknya sangatlah mudah. Bus apapun yang kita pilih, dari yang lumayan premium maupun yang biasa saja pun nyaman. Hanya saja, satu yang harus diingat adalah mereka sangat on time. Jadi lebih baik kita menunggu daripada kita ditinggal dan tiket hangus. Selamat berpetualang :)

Tuesday, December 11, 2018

Short Trip KL: Pagi Hari di Colonial Walk


Selasa pagi kami di KL disambut dengan cuaca yang sangat cerah. Mungkin karena kemarin hujan sudah puas mengguyur KL, sampai membuat KL Tower menjadi berkabut, maka pagi ini sangat cerah. Agenda kami pagi ini hanyalah berjalan melihat-lihat bangunan tua yang ada di dekat tempat kami menginap. Berhubung hotel yang kami tempati tidak menyediakan sarapan, maka kami pun mencari sarapan. Di sekitar Masjid Jamek ini memang banyak tempat makan, baik makanan khas India dan juga fastfood seperti Burger King, KFC, dan McDonalds. Dan berhubung kemarin anak-anak melihat iklan Mac n Cheese di menu breakfast KFC, maka pagi ini kami pun mencoba untuk sarapan di KFC.
Hobi iseng mama, memfoto lantai ;D 
Apa sih bedanya sarapan di KFC dan McDonalds? Bedanya adalah porsinya. Menu sarapan di McDonalds besar, sebanding dengan harganya. Sedangkan menu sarapan di KFC mungil. Untung saja Mac n Cheese-nya lumayan enak. Jadi sedikit menghibur hati kami. Selesai sarapan, kami pun berjalan menyusuri kawasan Kolonial yang terletak dekat Chinatown.

Di kawasan ini terdapat banyak sekali gedung-gedung tua yang sangat bagus. Diawali dari menyusuri sungai di dekat Masjid Jamek. Masjid Jamek merupakan salah satu masjid tertua di Kuala Lumpur. Masjid yang berada dipertemuan sungai Klang dan Gombak ini dibangun tahun 1909 dan dirancang oleh Arthur Benison Hubback. Arsitekturnya yang khas membuat orang senang berfoto di depan masjid ini.
Masjid Jamek
Larangan berkelakuan sumbang, yang membuat anak-anak jadi bertanya.
Yang cukup membuat kami takjub adalah masih ada orang yang tidur di kursi yang disediakan. Entah memang tuna wisma atau orang yang kelelahan setelah berjalan-jalan di daerah ini. Ternyata pagi itu kami tidaklah sendiri. Ada beberapa turis dari Thailand yang sedang jalan-jalan dan berfoto dengan pose yang menakjubkan.
Kuala Lumpur 0 Mile 
Peta Colonial Walk 
Di ujung jalan yang kami lalui terdapat Museum Tekstil Malaysia. Bangunannya yang cantik membuat banyak orang berfoto di depan museum ini. Memang di kawasan ini gedung-gedung yang ada membuat semua orang tertarik untuk berfoto. Kami menyeberang menuju Dataran Merdeka.
Foto ala kakak yang membuat turis Thailand gemas.
Museum Tekstil Malaysia dan turis-turis yang baru selesai berfoto.
Dataran merdeka atau Merdeka Square terlihat hanya seperti lapangan luas saja. Namun lapangan ini menyimpan sejarah kemerdekaan bangsa Malaysia. Di tempat ini bendera Union Jack diturunkan dan bendera Federasi Malaya dikibarkan untuk pertama kalinya di tanggal 31 Agustus 1957, yang kita kenal sebagai hari kemerdekaan Malaysia.
Dataran Merdeka yang sedang ditutup sementara.
Air mancur yang jadi rebutan turis-turis untuk berfoto 
Di sebelah Dataran Merdeka terdapat Kuala Lumpur City Gallery. KL City Gallery merupakan galeri yang menyimpan cerita mengenai Kuala Lumpur dimasa lampau, sekarang dan yang akan datang. Kabarnya di dalam galeri ini ada Experience 360. Namun tujuan kami bukanlah berkeliling di dalam galeri tersebut. Di depan KL City Galery disediakan tulisan besar yang memang untuk berfoto. I Love KL ini merupakan salah satu spot yang wajib dikunjungi saat berkunjung di KL. I Love KL ini dibuat pada tahun 2012 oleh Andrew Lee. I Love KL ini mempunyai tinggi kurang lebih 12 kaki dan dan berat kurang lebih1 ton.
Mejeng dulu di tulisan Batik. 
Awalnya sculpture ini hanya sebagai penanda di depan KL City Gallery sebagai salah satu bangunan bersejarah yang sudah ada dari 1898. Namun lama-lama banyak orang yang suka berfoto di depan sini, termasuk kami. Antrian pun disediakan supaya para turis berfoto dengan teratur. Saat kami datang, ada beberapa turis lokal yang sibuk berfoto berkali-kali dan beberapa temannya tidak mau antri. Untungnya petugas yang berada di situ dengan tegas menegur dan mengingatkan mereka untuk antri terlebih dahulu.
Thank you Sir for helping us to take our picture. 
Perjalanan kami pun berlanjut menuju bangunan Sultan Abdul Samad. Bangunan bergaya Moorish ini dulunya digunakan sebagai kantor pemerintahan kolonial Britania Raya. Gedung yang sudah beroperasi sejak tahun 1897 mempunyai clock tower setinggi 41.2 meter. Kalau kata papa, sepertinya negara-negara yang pernah dijajah oleh Inggris selalu mempunyai clock tower.
Clock Tower
Bangunan Sultan Abdul Samad secara keseluruhan
Kami berjalan kembali menuju hotel. Sepanjang perjalanan balik ke hotel, kami cukup terkagum-kagum dengan sungai yang ada. Semua terlihat bersih dan menarik untuk dilihat. Ternyata pemerintah Malaysia mempunyai program River of Life yang bertujuan untuk merevitalisasi dan mempercantik kawasan di sekitar pertemuan Sungai Klang dan Sungai Gombak. Saat malam, akan ada lampu warna biru yang membuat sepanjang sungai ini terlihat romantis.
Jembatan yang rasanya bisa jadi spot yang cantik untuk berfoto.
River of Life
Pohon Willow yang membuat suasana menjadi adem. 
Acara berjalan-jalan di Colonial Walk pun usai sudah. Kami kembali menuju hotel untuk check out dan melanjutkan perjalanan kami ke Malaka. 
KL Tower terlihat dengan jelas