Showing posts with label salju. Show all posts
Showing posts with label salju. Show all posts

Monday, August 15, 2016

Saatnya Bermain dengan Salju


Pergi mengunjungi negara empat musim saat winter tidaklah lengkap jika tidak memegang salju. Rasanya tidak sah kalau winter tetapi tidak ada saljunya. Sayangnya suhu yang begitu dingin, sempat sampai minus 12 (yang feels like minus 20-an) ini tidak membuat salju turun. Kakak berkali-kali bertanya kapankah salju turun. Saya tahu pasti betapa dia kepengen menyentuh salju. Apalagi tante dan omnya dari tahun lalu mengiming-iming untuk bermain salju dengannya dan membuat snowman. Tidak usah kamu, nak, mama juga kepingin main salju. Tapi apa daya salju tidak turun-turun. 

Kami mengikuti berita tentang salju. Yang lucunya, tempat-tempat yang tidak pernah turun salju malah turun salju, dan tempat yang biasanya sudah turun salju belum turun salju. Keponakan saya berkali-kali memeriksa ramalan cuaca dan dia berkata too bad salju baru akan turun setelah kami pulang (dan memang iya, tepatnya badai salju yang melumpuhkan kota-kota di Amerika). Walau anak-anak sudah sempat bermain dengan ukiran es di ICE, tetapi mereka tetap penasaran untuk melihat salju. Om dan tantenya setiap hari memeriksa web-cam resort-resort yang biasanya sudah turun salju. Bahkan resort-resort tersebut tidak mampu memastikan kapan ski resort mereka dapat beroperasi. Jika suhunya tidak mendukung, mereka pun tidak dapat membuat salju buatan. Tentunya mereka juga panik, karena ini kan mata pencaharian mereka. 

Seminggu sebelum kami pulang, si om berkata kepada kami sepertinya di salah satu resort yang mereka amati akan memulai pembuatan salju buatan karena suhunya cukup dingin. Ya, walaupun hanya salju buatan, rasanya boleh dicoba. Akhirnya diputuskan bahwa hari Minggu setelah kami ke gereja, si tante akan membawa kami dan oma ke resort tersebut. Sementara si om menjaga kedua keponakan kami. Mereka sudah bosan melihat salju, dan sebetulnya mereka mengharapkan salju turun hanya untuk kami. Bagi mereka, winter tanpa salju adalah hal yang indah karena tidak perlu membersihkan jalanan dari salju yang tebal. 

Hari Minggu, setelah dari gereja, kami langsung pergi ke resort tersebut. Kami berhenti dulu di McDonalds, membeli makanan untuk makan siang kami. Ceritanya makan di jalan. Lamanya perjalanan menuju tempat itu kurang lebih 2 jam 30 menit. Perlu diketahui bahwa kalau di luar itu 2 jam 30 menit berarti jaraknya jauh sekali. Karena di sana tidak ada macet, jadi murni jarak tempuhnya dan kecepatan mereka kurang lebih 100 - 120 km per jam. Demi adiknya tercinta dan keponakannya tercinta, si tante rela menyetir sejauh itu. 

Selama perjalanan kami menikmati rumah-rumah dan kota dengan model tua. Terlihat begitu indah. Semakin mendekati resort tersebut, kami melihat kepulan salju yang begitu tinggi. Walaupun buatan, tetapi tetap saja kami norak. Kami menyiapkan peralatan untuk bermain salju, supaya tidak kedinginan. Apa saja sih yang diperlukan? Sarung tangan yang waterproof, sepatu dan celana waterproof, baju berlapis-lapis, jaket, tutup telinga atau topi. Begitu pintu mobil terbuka, udaranya dingin sekali, walau tidak sedingin saat kami masuk ke ICE.
wisp resort.
Kumpulan salju buatan.
Wisp resort merupakan resort dan juga tempat hiburan keluarga sepanjang tahun. Dengan kata lain, mereka menyediakan aktivitas sepanjang tahun, sesuai musimnya. Untuk masuk ke area ski tentunya ada biaya tersendiri. Tetapi untuk bermain di bagian depan, tidak usah membayar alias gratis. Saat kami sampai, banyak sekali anak-anak yang bermain di sana. Perlengkapan mereka jauh lebih banyak dari kami. Bahkan beberapa orang membawa sled untuk anaknya bermain. Berhubung sepupunya Duo Lynns tidak suka bermain salju, yang satu sudah ABG, sudah lewat umurnya main salju dan yang kecil tidak suka main salju, maka tidak ada sled yang dapat dibawa dari rumah. Namun kami cukup senang bermain dengan salju yang ada. Kakak yang lebih kegirangan tak jelas, akhirnya bisa melihat salju.
Lengkap dari atas sampai kepala, waterproof.
Snow Angel's time....
Kepala suku pun berpose :)
Adik sibuk membuat bola es dan snowman.
Capturing all the moments.

Lama-kelamaan, suhu di sekitar sini semakin dingin dan langit sudah gelap walau masih pukul 15.00. Karena kami sudah bermain hampir 2 jam, maka kami memutuskan untuk pergi mencari makan dan pulang kembali. Anak-anak berganti baju terlebih dahulu, supaya tidak masuk angin. Saat itu sudah mulai ada titik-titik air yang terkena ke kepala kami. Sayangnya bukan salju. 
Terlihat seperti salju sungguhan, padahal saljunya dari mesin pembuat salju.
Sepanjang perjalanan, tanda-tanda yang dipasang di sepanjang jalan adalah gambar beruang ataupun gambar rusa. Yang berarti di daerah ini, bisa saja tiba-tiba ada rusa ataupun beruang, karena daerah ini merupakan daerah mereka. Kata si tante, makanya kita harus balik sebelum gelap. Kalau gelap, jalan daerah begini lumayan tegang. Sambil mencari tempat makanan, karena semua tempat makan terdekat tutup, anak-anak sibuk nyemil. Sehabis bermain salju pasti jadi lapar. Kami menemukan Subway setelah kami melanjutkan perjalanan sekitar 45 menit. Subway merupakan favorit kami, sandwich yang panjang yang bisa diisi dengan berbagai macam isi sesuai yang kami mau. Saat kami keluar mobil, ada titik-titik putih yang jatuh ke kepala kami. Akhirnya kami bersentuhan dengan snow flurry, salju yang begitu tipis yang biasanya langsung mencair saat bersentuhan dengan tangan kita atau lantai. Tetapi karena kami menggunakan jaket winter yang gelap warnanya, jadi terlihat sekali warna putihnya. Kata si papa, bonus hari ini adalah melihat flurry
Salah satu tanda lalu lintas, yang artinya hewan tersebut suka melintas. 
Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan kami kembali ke tempat si tante. Anak-anak, dan orang tuanya, sungguh bersyukur si tante rela hati menyetir selama ini hanya untuk kami. Ternyata si kakak masih bertanya kenapa tidak ada salju yang asli. Rupanya dia tahu bahwa saat dia bermain salju semuanya itu salju buatan. Nanti ya kakak, kapan-kapan lagi :)

Friday, June 3, 2016

7 Persiapan Berlibur ke Negara Empat Musim


Siapa sih yang tidak tahu negara ginseng? Apalagi penggemar K-Drama. Setiap nonton, pasti disuguhi pemandangan yang indah, oppa yang ganteng dan onni yang cantik (walau kadang hasil operasi plastik). Belum lagi fasilitas yang diberikan untuk anak-anak di sana, yang menurut saya penting banget. Ingin rasanya menjejakkan kaki di negara tersebut.

Akhirnya, pucuk dicinta ulam tiba. Saat kami mau berkunjung ke tempat kakak saya dan kami mendapatkan kesempatan transit di Korea Selatan, kami berpikir mumpung gak usah buat visa Korea dan tiketnya sekalian jalan, apa gak transit dulu saja ya. Si Papa pun mencoba bertanya pada travel agent langganannya dan ternyata bisa, namun harus membayar biaya tambahan karena bagasi harus keluar. Hitung punya hitung, pikir punya pikir, setelah ditimbang (biar kayak wakil rakyat gitu), kami memutuskan transit walau keluar biaya tambahan. Toh masih wajar harganya.

Kami mengambil transit 3 hari. Sebetulnya sih 2 hari untuk jalan-jalannya. Karena pada hari pertama, hari kamis, sampainya sudah malam. Dan hari minggu kami harus berangkat pagi-pagi ke negara tujuan kami. Jadwal pun dibuat semenarik mungkin, karena yang harus di-entertain adalah anak-anak dan juga omanya (mama saya).

Berhubung perjalanan ini dilakukan saat Desember, yang berarti musim dingin atau winter, maka packing pun dipersiapkan dengan matang.
1. Pakaian
Saya berkonsultasi dengan kakak saya, sepupu dari suami yang dulu tinggal di negara Paman Sam, teman-teman SMA yang sedang kuliah dan yang tinggal di Korea, seoulistic, dan tidak lupa dengan mbah google. Semua memberikan kata kunci yang sama, yaitu layering. Kita belum tahu kekuatan kita menghadapi hawa dinginnya. Si papa berkata, biasanya hawa dingin saja tidak masalah, yang jahat itu anginnya. Saya manggut-manggut saja, maklum saya tidak punya pengalaman tinggal di luar. Walaupun layering-nya tidak seperti tango (yang berapa lapis? Ratusan? Lebih), tapi untuk anak-anak bisa jadi 5 sampai 6 lapis kalau lagi dingin sekali.
Bahan dari pakaian pun juga penting. Kalau bahannya tipis, mau pakai 10 lapis juga tetap kedinginan. Thermal wear pun memegang peranan penting bagi kami. Kami membeli heattech dan jaket (kakak saya bilang itu sih namanya sweater, bukan jaket) fleece dari Uniqlo. Lumayan menolong loh. Apalagi kalau pakai yang extra warm. Mungkin buat yang sudah biasa tinggal di negara empat musim, banyak yang bilang tidak perlu pakai thermal wear, tapi ternyata bagi orang yang pertama kali mengunjungi negara empat musim, banyak yang bilang thermal wear itu sangat membantu. Thermal wear biasanya atasan dan bawahan, tetapi kalau membeli di Uniqlo, atasan dan bawahannya terpisah. Oya, pintar-pintarlah melihat promo. Saya selalu membeli saat promo, yang jatuhnya murah (prinsip emak-emak, murah tapi kualitasnya bagus).
Kiri: Heattech, Kanan: Jaket fleece with hoodie. Sumber uniqlo.com
Untuk jaket, bukan saja yang waterproof, tetapi kalau bisa yang windproof. Sempat tertarik dengan jaket ultra light down Uniqlo yang tipisnya minta ampun namun ampuh untuk menahan dingin. Tetapi memang harganya tidak sopan. Bersyukurnya, tiba-tiba tante si papa menawarkan untuk meminjam jaket anaknya yang dulu kuliah di luar. Dan saat pulang liburan, saya mendapat hibahan jaket down bulu angsa dari kakak saya. Love you full,sis :*
Ultra Light Down Uniqlo, yang cuma satu kantong kecil dan enteng nian. 
2. Aksesoris tambahan
Yang dimaksud aksesoris tambahan adalah sarung tangan, syal, topi. Saat musim dingin, yang akan dingin duluan adalah jari, kuping, dan hidung. Oleh sebab itu, sarung tangan, syal, dan topi menjadi sangat penting. Berhubung suami punya banyak syal, jadi kami tidak perlu beli lagi. Yang perlu kami beli adalah sarung tangan dan topi. Untuk sarung tangan, carilah sarung tangan yang bisa untuk touch screen. Kan gak lucu mau foto harus buka sarung tangan lalu pakai lagi. Masker pun membantu supaya nafasnya tidak kedinginan. Tetapi kalau malas pakai masker, syal juga dapat digunakan untuk menutupi hidung. Kacamata hitam juga berguna. Kenapa? Karena walau hawanya dingin, tetapi sinar UV-nya kencang sekali. Jadi supaya mata tidak terlalu silau, sebaiknya menggunakan kaca mata hitam.

3. Sepatu
Kalau jalan-jalan saat musim dingin, lupakanlah sendal terlebih dahulu. Paling enak pakai sepatu yang menutupi mata kaki. Idealnya sih boots untuk winter. Tapi boots itu harganya lumayan. Kami memilih sepatu olahraga atau sepatu kets yang bukan dari kain. Untuk menahan hawa dingin, kami tinggal cari kaos kaki yang tebal. Heattech juga ada kaos kakinya loh. Atau kaos kaki berbahan wool juga boleh. Karena kaos kakinya lumayan tebal, sebaiknya pakai sepatu yang agak kebesaran.

4. Heat Pack
Awalnya tahu benda ini dari hasil baca blog orang-orang Singapore yang sering jalan-jalan ke Seoul. Heat pack, atau hot pack adalah semacam alat penghangat badan kecil yang dapat dibawa. Ada yang ditempel pada baju, ada juga yang dipegang di tangan. Lama-lama berpikir enak juga ya kalau bawa itu, apalagi bawa anak-anak. Kasihan kalau kedinginan. Akhirnya kami berkunjung ke Daiso di Mall Artha Gading. Pas tanya mbaknya, eh malah dijawab yang buat kompres ya. Untung ada satu mbak yang tahu, dan ternyata sudah lama tidak masuk ke Indonesia. Hiks.... Tapi bulan lalu pas jalan-jalan ke Daiso, kami melihat heat pack kok. Andai tidak ada, hampir setiap supermarket yang kami temui di Seoul jual heat pack juga (dan rasanya setiap negara yang ada empat musim juga jual).

5. Lip Balm, lotion, sunblock
Saat musim dingin, kulit cepat sekali kering. Maka jangan lupa membawa lip balm dan body lotion. Bahkan sunblock juga. Saya pertama ngeyel sama papanya, memangnya mau ke pantai jadi bawa sunblock. Eh, setelah googling, ternyata di Australia, pada saat musim dingin, disarankan memakai sunblock saat bermain di luar ruangan. Karena jarak antara matahari dan bumi lebih dekat, sehingga paparan sinar UV lebih tinggi.

6. Obat-obatan
Ini sih sudah pasti, mau ke mana saja, obat-obatan dan vitamin itu penting. Apalagi berobat di negara orang itu repot. Obat flu dan obat perut yang paling penting dibawa. Karena kalau cuaca dingin, dan kondisi tubuh lagi drop, takutnya jadi rentan terhadap flu. Minyak kayu putih dan hand sanitizer juga jangan lupa dibawa ya.

7. Persiapan Tubuh.
Badan kita sudah terbiasa dengan negara tropis. Maka untuk berlibur ke negara empat musim, badan kita pun harus dipersiapkan. Doping vitamin pun dilakukan sebelum berangkat. Apalagi kalau membawa anak-anak. Kami biasanya tidak menyebutkan tanggal pastinya kami akan pergi. Biar mereka tidak terlalu exicted. Pemilihan jam keberangkatan pun dipilih yang tidak membuat mereka lelah. Sebetulnya maskapai yang akan kami gunakan mempunyai 2 kali jadwal penerbangan, yaitu pagi dan malam. Kami berpikir kalau terbang malam dan sampai pagi, rasanya kurang istirahat. Apalagi ini adalah musim dingin pertama yang akan kami lalui. Walau teman yang di Seoul bilang kemungkinan kami datang saat cuaca sedang 'hangat', tapi tetap saja untuk orang yang dari negara tropis pasti rasanya dingin. Maka kami memilih jalan pagi dari Soetta dan sampai di Incheon petang hari waktu setempat. Walau akhirnya tidak bisa kemana-mana saat sampai (karena imigrasi, makan malam, naik kendaraan ke downtown, pasti sampai downtown jadi malam), tetapi anak-anak bisa langsung istirahat di guesthouse.

Berbekal tujuh persiapan di atas, kami siap untuk menikmati liburan musim dingin kami :)

Next: Menuju Mago Guesthouse dengan Arex

Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami di Seoul, silakan klik link berikut ini.