Monday, March 12, 2018

Cable Car menuju N Seoul Tower


Bagi para penggemar drama Korea, pastinya tahu salah satu tower yang selalu ada dalam setiap film, yaitu N Seoul Tower. Kali ini kami pun memasukkan kunjungan ke N Seoul Tower dalam list kami. Awalnya, kami berencana mengunjungi di hari pertama kami. Namun akhirnya jadwal ke N Seoul Tower ini kami pindah menjadi tempat pertama yang akan kami kunjungi di hari kedua kami. Dan memang, dalam plan B yang kami buat, kami memang menaruh jadwal melihat menara ini d ihari kedua kami.

Namsan Seoul Tower merupakan menara yang berada di daerah Namsan. Awalnya menara yang dibangun tahun 1969 ini digunakan sebagai pemancar radio. Menara ini memiliki ketinggian 236,7 meter. Pada tahun 1980 gedung ini dibuka untuk umum dan sejak tahun 2005 pengelolaan menara ini dipegang oleh CJ Foodville.

Untuk menuju N Seoul Tower ini, ada 5 cara yang dapat dilakukan.
1. Dengan menggunakan kendaraan pribadi atau taksi. Cara yang ini tentu paling mudah karena tinggal duduk di dalam taksi dan taksi akan membawa kita ke parkiran N Seoul Tower. Dari parkiran ini, kita hanya perlu jalan sedikit namun menanjak. Untuk harga, tergantung dari mana kita naiknya.
2. Dengan menggunakan Seoul City Tour Bus. Bus Hop On Hop Off ini melalui banyak tempat wisata yang ada di Seoul. Bus ini akan berhenti di parkiran N Seoul Tower juga. Dan sama seperti tadi, kita akan melalui jalanan yang menanjak menuju N Seoul Tower. Info lebih lengkap mengenai Seoul City Tour Bus, dapat dilihat di link berikut.
3. Dengan menggunakan circular bus. Menurut saya, ini adalah cara yang paling murah. Ada tiga circular bus (berwarna kuning) yang mempunyai rute yang menuju parkiran N Seoul Tower, yaitu bus no 2, 3, dan 5. Biaya menaiki bus ini adalah 1.200 won jika membayar secara tunai atau 1.100 won jika menggunakan T-Money. Untuk rute dari ketiga bus ini, dapat dilihat di link berikut.
4. Dengan menggunakan cable car. Menaiki cable car untuk menuju N Seoul Tower pastinya merupakan cara yang menyenangkan karena kita dapat menikmati perjalanan sambil melihat pemandangan. Dari stasiun cable car di N Seoul Tower, kita tinggal menaiki tangga untuk menuju menaranya. Jadi tidak terlalu menanjak. Bagaimana dengan biayanya? Ada fasilitas, tentu ada harga.
5. Dengan berjalan kaki melalui Namsan Park. Yang satu ini pastinya yang paling hemat. Dan serunya bisa menikmati pemandangan di sekeliling dengan santai. Namun....jalanan yang menanjak dan lumayan panjang pasti akan menjadi tantangan tersendiri.   

Saya dan papa pun sudah menentukan kendaraan apa yang akan kami gunakan untuk menuju N Seoul Tower. Dari kelima cara diatas, kami memilih menggunakan cable car. Alasannya adalah karena kami membawa anak-anak di musim dingin. Rasanya kasihan juga kalau mereka harus berjalan menanjak saat musim dingin dan setelah itu sepanjang hari mereka akan terus berjalan (kan namanya jalan-jalan). Maka kami memutuskan untuk naik cable car menuju Tower. Sekalian memberi kebahagiaan untuk mereka, yang belum pernah naik cable car, untuk melihat pemandangan dari atas cable car. Sedangkan untuk pulangnya, demi efisiensi waktu dan menghemat biaya, kami memilih menaiki bus kuning.
Peta menuju Namsan Oreumi dari stasiun Myeongdong.
Setelah selesai menikmati sarapan pagi kami yang pertama di Step Inn, kami berjalan menuju cable car. Lokasi cable car ini hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki, naik shuttle bus (pada jam-jam tertentu), dengan Namsan Oreumi, ataupun dengan naik taksi. Kami memilih untuk berjalan menuju Namsan Oreumi dan menaiki Namsan Oreumi. Namsan Oreumi adalah lift outdoor yang bergerak dari depan Commemorative Plaza, plaza yang berada di depan Namsan Tunnel #3, menuju platform Namsan cable car. Kalau lift kan biasanya bergerak dari atas ke bawah, tetapi Namsan Oreumi bergerak secara miring, seperti saat naik tram di The Peak Hong Kong. Lift ini dapat mengakomodasi sampai 20 orang dan bergerak sejauh 140 meter. Serunya, lift ini gratis dan semua sisinya menggunakan kaca transparan. Jadi kita dapat menikmati pemandangan saat kita menuju stasiun cable car dengan menggunakan lift ini.
Monumen dekat Namsan Oreumi.
Untuk menuju namsan oreumi, kami berjalan sampai perempatan Shinsegae dan Myeongdong, kemudian menyeberang dan berjalan ke arah Namsan Tunnel #3. Jalannya sih memang tidak jauh, tetapi sedikit menanjak. Udara yang dingin membuat jalan di pagi hari lebih enak dan lebih seru.
Peta daerah Namsan.
Walaupun kami jalan di hari Sabtu, namun pagi itu Namsan Oreumi dan Namsan cable car masih sepi. Mungkin karena masih pagi. Biasanya mulai Sabtu siang sampai Sabtu malam antrian di sini bisa sampai berjam-jam.
Tiket kami, tanpa antri dan masih sepi.
Sesampainya kami di stasiun cable car di dekat menara, kami berjalan menaiki tangga-tangga. Bayangan kami tangga ini akan banyak sekali, ternyata tangganya tidak terlalu banyak. Yang banyak di sini adalah gembok-gembok yang dipasang di pohon-pohon dan disepanjang jalan. Konon katanya pasangan yang memasang gembok di sini dan tidak menyimpan kuncinya akan langgeng. Namun pada kenyataannya belum tentu demikian. Kami pun memasang gembok yang kami bawa. Biar mama papanya langgeng? Kalau alasan ini sih bukan dengan pasang gembok, tetapi dengan landasan pernikahan yang tepat. Kami memasang gembok agar anak-anak senang dan siapa tahu suatu hari nanti kalau kami dapat berkat dan dapat mengunjungi tempat ini kembali, ada tanda mata bahwa kami pernah ke sini.
View dari Cable Car.
Mandatory Picture :)
Apa saja sih yang dapat dilakukan di Namsan Seoul Tower? Namsan Seoul Tower terdiri dari dua bagian. Yang pertama adalah N Seoul Tower, menaranya sendiri, dan yang kedua adalah Seoul Tower Plaza yang merupakan bagian dibawah menara.
Peta N Seoul Tower, sumber: Visit Korea.

Si Hachi yang setia menyambut setiap orang yang datang ke N Seoul Tower.
Bagi yang mau melihat Seoul secara utuh, di lantai 5 terdapat observatory deck. Kalau mau makan romantis ala Do Min Jun dan Cheon Song Yi, naik saja ke lantai paling atas untuk menikmati makanan di N Grill. Katanya sih (karena kami tidak mampir ke sini) lantai di restoran Perancis ini bergerak memutar secara perlahan, sehingga yang makan di sini dapat menikmati makanan sambil memandang seluruh pemandangan di sekitar menara ini. Satu rotasi penuh memerlukan waktu 1 jam 40 menit. Jadi mengerti kan kenapa banyak pasangan yang dinner di sini. untuk makan di sini kalau tidak salah harus reservasi terlebih dahulu. Maklum, tempatnya sangat berkelas.
Maafkan kami yang sibuk berfoto, tempat ini terlalu menarik soalnya.
Selain N Grill dan restoran lainnya, di N Seoul Tower juga ada Ssentoy Museum dan Hello Kitty Island. Ssentoy (gabungan dari bahasa Korea yang artinya strong dan toy) merupakan museum yang menampilkan dan juga menjual tokoh-tokoh kartun seperti Hulk, Captain America, dan teman-temannya. Sedangkan Hello Kitty Island tentu saja isinya Hello Kitty dan pernak-pernik Hello Kitty. Karena kami sudah pernah ke Hello Kitty Cafe di kunjungan singkat kami sebelumnya, dan karena kami lebih berniat untuk melihat Teddy Bear Museum, maka kami tidak mengunjungi museum-museum ini.
The girls with Rilakuma.
Di Seoul Tower Plaza banyak toko-toko, tempat makan, dan tempat bermain seperti Timezone. Kami mengunjungi plaza yang dibuka tahun 2015 ini karena banyaknya spot yang menarik untuk berfoto. Kami pun sekalian masuk untuk mencari toilet sebelum kami pulang. Kalau sedang winter trip, sebaiknya cari toilet sebelum kepengen banget ke toilet. Ternyata dibagian dalam Plaza ini ada LED display dengan layar melengkung. Memang kemajuan zaman begitu terasa saat berkunjung ke negara maju. 
The girls with characters
Mini zoo inside Seoul Tower Plaza.
Saat kami kembali ke level T1, suasana di sini sudah ramai dengan banyak turis. Untunglah kami sudah puas berkeliling di sini. Kami pun berjalan menuju area parkir untuk menaiki circular bus. Karena tujuan kami adalah makan siang di Gimbap Heaven di dekat exit 4 stasiun Myeongdong sebelum mengunjungi Teseum, maka kami pun memilih menaiki circular bus nomer 5.
Spot yang menarik untuk berfoto.
Jalanan menuju area parkir. 
Tips saat mengunjungi N Seoul Tower:
1. Jika ingin naik cable car, carilah waktu yang tepat. Hindari jam-jam padat seperti Jumat malam, Sabtu siang sampai dengan malam, ataupun Minggu siang sampai dengan malam. Jika memang kepepet hanya dapat mengunjungi pada hari-hari tersebut, sebaiknya pilih untuk jalan sebelum jam makan siang atau naik circular bus menuju N Seoul Tower.
2. Untuk menuju Namsan Oreumi, ikutilah peta yang ada. Karena jika salah belok, perjalanan menjadi terasa panjang akibat jalanan yang jauh lebih menanjak.
3. Saat musim dingin, di sini pasti akan terasa dingin. Untuk mengurangi rasa dingin, belilah cemilan atau minuman hangat.
4. Pemandangan malam di sini sangat bagus. Idealnya mengunjungi saat sore menjelang malam. Namun pasti dingin. Jadi perlengkapi diri dengan baju yang hangat.

Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami di Seoul, beserta tips dan informasi lainnya, silakan klik link berikut ini.


Semakin dingin, semakin jijay gaya anak-anak ini:)
Sekilas Informasi
Namsan Oreumi
Jam operasional: 09.00 - 23.00 (perawatan setiap Senin dari pukul 09.00 - 14.00)
Harga: Free alias gratis.
Cara menuju: dari exit 4 stasiun Myeongdong, jalan ke arah perempatan Shinsegae Myeongdong, lalu belok ke kiri. Setelah itu berjalan kurang lebih 300 meter ke arah Namsan Tunnel (mengikuti peta diatas).
Peta menuju Namsan Oreumi dari stasiun Myeongdong.
Namsan Cable Car
Jam operasi: 10.00 - 23.00
Harga tiket:
Dewasa: 6.000 won (one way), 8.500 won (round trip)
Anak-anak (3 - 12 tahun): 3.500 won (one way), 5.500 won (round trip)
Senior (65 tahun ke atas): 3.500 won (one way), 5.500 won (round trip)

N Seoul Tower
website: http://www.nseoultower.co.kr/eng/
cara menuju: dapat dilihat di link berikut.

Tuesday, March 6, 2018

Auuuwsome Big Bad Wolf 2018



Masih bercerita tentang buku, setelah mengunjungi perpustakaan nasional kemarin, anak-anak kembali bertanya tentang mencari buku aktivitas, yang pastinya tidak ada di perpustakaan. Yang muncul di benak mereka adalah kapan kita ke Big Bad Wolf lagi untuk mencari buku-buku? Memang Duo Lynns suka banget sama buku. Setiap kami mau pergi, ada tiga hal yang tidak lupa mereka masukkan le dalam tas: buku bacaan, kertas kosong, dan alat tulis. Masalahnya, mamanya tidak tahu kapan Big Bad Wolf diadakan kembali. 

Akhirnya pucuk dicinta ulam tiba. BBW meng-update bahwa tahun ini Big Bad Wolf kembali diadakan mulai dari tanggal 29 Maret - 9 April 2018 di ICE BSD. Seperti sebelumnya, kali ini pun nonstop alias tidak tutup. Berita ini tentu membuat kami bersemangat untuk menyediakan waktu mengunjungi ICE. Tahun lalu saja kami mengunjungi BBW sebanyak dua kali, yaitu saat preview sale dan juga saat mamanya dapat voucher karena artikel di blog ini terpilih. Tentang BBW tahun lalu, baik saat preview sale dan saat kunjungan setelahnya, dapat dibaca di link berikut ini

Nampaknya bukan hanya kami yang semangat saat mendengar Big Bad Wolf. Teman-teman diberbagai whatsapp group pun sudah mulai sibuk membahas BBW. Sebagian berencana pergi ramai-ramai saat malam setelah anak tidur, jadi anak-anak di rumah biar bebas bergerilya. Sebagian berencana menitip pada jasa titip karena tempatnya yang lumayan jauh.

Sebetulnya sih untuk menyiasati tempat yang jauh ini, ada berbagai cara untuk menuju ICE. Pihak panitia pun memberikan banyak informasi mengenai carai menuju ICE ini. When there is a will, there is a way :)
Rute menuju ICE BSD City dengan Transjakarta. 
Cara menuju ICE dengan KRL dan Transjakarta.
Free shuttle bus disekitar BSD. Sumber foto: Big Bad Wolf
Sebagian lagi sibuk bertanya apakah ada tips supaya tidak mengantri berjam-jam. Tips yang mungkin dapat kami berikan saat hunting buku di BBW adalah
1.Kenakan pakaian dan alas kaki yang nyaman. Tentunya acara hunting buku membuat kita harus gerak cepat. Kalau baju terlalu manis malah jadi susah untuk bergerak. 
2. Bawalah minuman dan makanan ringan. Tahun lalu memang ada food court, tapi ternyata harus membayar dengan e-money Mandiri dan antriannya panjang. Jadi untuk jaga-jaga, lebih baik membawa cemilan dan minuman dalam tas. 
3. Datanglah di jam-jam yang tidak begitu padat. Mungkin subuh dan bukan weekend dapat menjadi waktu yang tepat.
4. Buat list buku apa saja yang ingin dibeli. Banyaknya buku bagus di sana dapat membuat mata hijau. Daripada lupa apa yang mau dicari, lebih baik buat list-nya. Setelah buku-buku yang diinginkan sudah didapatkan, barulah hunting buku-buku lainnya jika budget masih cukup. 
5. Bawa koper jika belanjaan banyak. Di sana sih disediakan troli dan keranjang untuk meletakkan buku-buku yang akan dibeli. Tetapi just in case kehabisan troli dan keranjang, karena sudah dipakai oleh jasa titip buku, dan supaya tidak repot menenteng plastik, disarankan sih membawa koper. 
6. Pelajari layout letak buku terlebih dahulu. Karena letaknya yang luas, lebih baik kita sudah mengetahui dimana letak buku-buku yang mau kita cari.
7. Pergilah berdua atau bawa teman. Mengapa? Supaya ada teman ngobrol dan bisa saling menjaga saat sedang antri membayar atau saat kita mau ke toilet. Kalau sampai sendiri, sambil mengantri bisa sambil membaca buku yang mau dibeli.
8. Bagi yang membawa anak, seperti kami dan teman-teman kami, sebaiknya pergi berdua (baik dengan teman ataupun dengan pasangan). Kalau kami sih biasanya bergantian menjaga anak-anak. Jadi saya berkeliling mencari buku yang diinginkan, si papa yang menemani anak-anak membaca buku. Setelah itu giliran papa mencari buku, saya menemani anak-anak membaca buku. Dan yang terpenting, beritahu anak-anak agar tidak berpindah tempat dan tidak memberantak buku. Jadi mereka tahu bahwa mereka boleh membaca tetapi tidak mengembalikan buku pada tempatnya. Setiap kali datang ke BBW, Duo Lynns malah sibuk merapikan buku yang diletakkan sembarangan di depannya. Kita juga harus melatih anak-anak untuk bertanggungjawab dari kecil bukan? 
8. Pastikan handphone kita sudah di-charged dan kalau perlu bawa power bank
9. Saat membayar, kami biasanya memilah buku berdasarkan harga. Tujuannya memudahkan kami untuk memeriksa nota dan memudahkan pihak kasir juga. Biasanya kami menghitung ada berapa item yang kami beli. Sehingga saat memeriksa nota, kami pun dapat memeriksa dengan cepat. 
9. Untuk pembayaran, silakan cari informasi cara pembayaran dan promonya. Tahun lalu, mereka menerima uang tunai, kartu kredit berlogo visa. Sedang untuk debit, mereka hanya menerima debit Mandiri. Jadi tidak dapat menggunakan debit BCA. Banyak yang masih bertanya dan sampai sana kebingungan untuk membayar.

Biasanya sih kalau di sini orang bisa kalap dan belanja bukunya jadi buanyak buanget. Nah, pihak panitia bekerjasama dengan TIKI. Nanti akan ada booth TIKI yang tersedia. Jadi kalau malas bawa barangbelanjaan, ada alternatif untuk memaketkan dengan diskon khusus dari TIKI bagi pembeli buku di BBW. 

Bagaimana dengan kami? Tentu saja kami berharap mendapatkan kesempatan untuk dapat tiket preview sale kembali. Bagi books' lovers seperti kami, preview sale tentu sangat menyenangkan. Walau banyak yang bilang trauma berat dengan preview sale tahun lalu yang dipenuhi jastip, tapi kami optimis panitia tidak akan mengulang kesalahan yang sama. Tentu saja seperti tahun-tahun sebelumnya, kami akan tamasya dengan anak-anak ke Big Bad Wolf. Bagi Duo Lynns, serigala yang satu ini baik kok. Mereka sudah bilang mau mencari buku-buku aktivitas dan bacaan seperti Narnia. Maklum, dari semua buku yang dibeli, hampir semua sudah habis dibaca dan buku aktivitasnya sudah dikerjakan. 

Activity books untuk anak-anak dengan harga yang murah.
Oya, Duo Lynns pernah terbangun dan menangis karena tidak menemukan mama papanya di kamar. Mereka mengira kami pergi ke ICE dan meninggalkan mereka (berarti mereka nguping saat saya cerita ke si papa teman-teman berencana tidak bawa anak ke ICE). Ada-ada saja bukan? 

The Big Bad Wolf Book Sale
29 Maret - 9 April 2018
ICE BSD

Anak kecil yang tahun lalu seru dengan buku bacaannya :)

Friday, March 2, 2018

Day 1: Touchdown to Seoul: Gwangjang Market dan Cheonggyecheon

Cheonggye Plaza
Masih dalam cerita liburan musim dingin, kami kembali mengunjungi Seoul. Karena merasa belum puas dulu hanya 3 hari, maka kali ini kami akan berlibur selama tujuh hari di Seoul. Hari pertama kami tiba di Seoul sekitar jam 08.30 waktu setempat. Begitu keluar dari pesawat dan melewati belalai, hawa dingin mulai terasa. Hal pertama yang kami lakukan adalah mencari toilet dan mulai mengenakan heattech.

Untuk menuju bagian imigrasi, karena kami naik Garuda Indonesia, kami harus menaiki Sky Train dari concourse ke Terminal 1. Saat kami tiba di bagian imigrasi, antrian turis memadati bagian imigrasi. Memang banyak pesawat yang tiba di Incheon saat pagi hari. Tidak heran antriannya lumayan mengular. Perlu diingat bahwa di bagian imigrasi tidak diperkenankan untuk mengambil foto. Beberapa turis Indonesia tetap melakukannya walaupun sudah diperingatkan oleh petugas yang ada, sampai petugas yang ada menghalanginya. Aduh, jadi malu hati melihatnya.

Oya, untuk para fakir WI-Fi seperti saya, di Incheon Airport selalu tersedia Wi-Fi. Dan koneksinya pun sangat stabil. Jadi sambil mengantri bisa juga mengakses internet. Tujuan saya jelas, untuk memeriksa suhu udara di pagi itu. Saat kami tiba suhu setempat menunjukkan -2 celcius, tetapi karena tidak berangin terasa seperti 0 celcius. Lumayanlah. Setelah selesai di bagian imigrasi (ada line khusus bagi yang membawa anak kecil) dan mengambil bagasi, kami bergegas mencari tempat untuk men-top up T-money.

T-Money ini merupakan kartu transportasi yang dapat digunakan untuk membayar di berbagai toko, taksi, dan alat transportasi lainnya. T-Money ini kami beli saat kami datang di waktu yang lalu. Supaya lebih dapat bergerak cepat, papa dan Duo Lynns berhenti di dekat panggung yang penuh dengan dekorasi sementara saya menuju convenience store terdekat untuk mengurus T-Money. Berhubung kakak sudah harus membayar saat naik public transport, maka saya pun memberikan passport kakak agar T-Money kakak didaftarkan sebagai T-Money anak-anak. Tujuannya jelas, supaya biaya perjalanan lebih murah.

Bagaimana cara kami menuju Seoul? Masih sama seperti yang dulu, ada empat cara menuju Seoul. Dari empat cara yang tersedia untuk menuju Seoul, kami memilih naik AREX. Kali ini kami memilih all stop. Alasannya? lebih murah daripada yang nonstop dan pilihan jamnya lebih banyak. Toh hanya berbeda 10 menit dengan non stop. Dalam waktu 56 menit kami pun tiba di Seoul Station. Kami jalan melalui shortcut menuju line 4. Tujuan kami adalah Myeongdong. Dalam waktu kurang dari 5 menit kami sudah tiba di Myeongdong.

Untuk menghindari anak tangga yang begitu banyak, kami memilih exit 7 yang ada eskalatornya. Walaupun demikian, untuk naik ke atas, kami masih harus menaiki anak tangga. Bersyukurnya kami tiba-tiba ada oppa yang dengan tulus hati menawarkan diri untuk membantu membawakan koper. 감사합니다 :)

Kami berjalan menuju hostel tujuan kami, Step Inn Myeongdong. Setelah selesai check in, kami segera mencari tempat untuk makan siang. Pilihan kami adalah Myeongdong Kyoja. Kali ini kami memilih Myeongdong Kyoja 2nd store, yang dekat dengan kami.
free refill kimchi.
Kalguksu kesukaan kami.
Mandu alias dumpling.
Kami kembali ke hotel untuk beristirahat (perjalanan pesawat di malam hari selalu membuat kami kurang istirahat), disertai drama anak yang tidak mau tidur siang tentunya. Setelah anak-anak bangun, kami mengisi perut dengan cemilan dan teh di lobby hotel. Jadwal hari pertama kami memang dibuat supaya tidak terlalu lelah. Rencana awal, kami ingin pergi ke N Seoul Tower dan Cheonggyecheon. Namun karena anak-anak sepertinya teler, maka kami pun mengganti kunjungan ke N Seoul Tower dengan mengunjungi Gwangjang Market.

Gwangjang Market merupakan salah satu pasar tertua di Seoul. Pasar ini dulunya bernama Dongdaemun Market karena berada di daerah Dongdaemun. Namuk sejak tahun 1960 pasar ini berubah nama menjadi menjadi Gwangjang, karena berada di antara jembatan Gwang (yang artinya lebar) dan jembatan Jang (yang artinya panjang). Pasar ini sangat lengkap. Dari makanan, bahan masakan, baju, kain, suvenir, peralatan dapur dan bahkan obat-obatan. Biasanya banyak turis mencari hanbok ke sini. Dan tentunya yang terkenal di sini adalah makanan khas seperti mayak gimbap, bindatteok, tteokpokki, dan juga fish cake soup.

Petualangan kami di pasar ini dimulai dari North gate 2. Sama seperti pasar pada umumnya, pasar ini ramai sekali, baik oleh orang lokal maupun turis. Kedai makanan yang kami lewati pertama kali adalah kedai goreng-gorengan. Kami berusaha mencari kedai yang ada menu dalam bahasa Inggrisnya. Maksud hati supaya tidak salah paham dengan penjual makanan. Salah satu ahjumma berbicara dalam bahasa Korea yang artinya kurang lebih duduk sini saja. Kedai ahjumma ini memang sepi dibanding kedai sebelahnya. Hanya orang lokal yang duduk di kedai ini. Pertanda baik sih, berarti enak biasanya. Saat saya dan papa sedang berkode-kodean mau di sini atau tidak, adik langsung duduk dengan manis di kedai ahjumma ini. Akhirnya kami pun duduk di sini juga. Bangku yang hangat ini lumayan menghangatkan kami dari dinginnya udara saat itu.
Bindatteok dan gorengan lainnya.
Di kedai ini ada banyak makanan yang digoreng dengan tepung, dari bindatteok, ham, seafood hingga sayur (pertama kalinya saya makan timun goreng tepung). Bindatteok adalah bakwan dari kacang hijau. Rasanya enak. Ahjumma ini menggoreng banyak sekali makanan di depan kami, yang ternyata ini alasan adik langsung duduk karena mau lihat ahjummma menggoreng. Kami sudah bingung bagaimana menghabiskannya karena banyak sekali. Untungnya ahjumma menawarkan untuk dibawa pulang, yang langsung kami iyakan. Dia menambahkan lagi banyak ikan ke dalam makanan kami dan membungkus dengan aluminium foil. Ahjumma menggunakan bahasa isyarat dan mengatakan hanya 20 ribu won. Melebihi banyaknya makanan yang diberikan, terutama ikan, harga ini termasuk murah. Sambil mengucapkan terimakasih kami pun berjalan.
Ahjumma yang sibuk menggoreng membuat adik langsung duduk di depannya.
Target kami selanjutnya adalah mayak gimbap dan odeng atau fish cake soup. Mayak gimbap merupakan gimbap khas di pasar ini. Disebut mayak atau drugs karena makan gimbap ini membuat kita tidak dapat berhenti makan. Kami pun berhenti di salah satu kedai dan memesan dua macam makanan tersebut. Yang membuat mayak gimbap dan odeng disini jadi lebih enak adalah cocolan untuk makan gimbap dan banyaknya rumput laut yang ada dalam odeng. Harga satu porsi odeng dan gimbap sama, yaitu 3,000 won.

Di samping kami ada beberapa ahjussi yang juga sedang menikmati makanan. Mereka sibuk ngerasani kami, tepatnya Duo Lynns, dengan bahasa Korea. Akhirnya mereka pun bertanya kami dari mana. Kami pun menjawab Indonesia. Mereka cukup terkejut melihat kami hanya berempat dan jalan-jalan dengan anak-anak. Kebanyakan turis dari Indonesia jarang jalan sendiri (banyak yang ikut tour baik tour lokal maupun tour dari Indonesia) dan membawa anak-anak. Kami memang berbeda, ahjussi. Percakapan kami harus selesai karena kami sudah selesai makan dan banyak orang yang mulai mencari makan.
Proses penggilingan kacang hijau untuk bindatteok.
Tujuan kami berikutnya adalah Cheonggyecheon. Pada kunjungan sebelumnya kami mengunjungi cheonggyecheon saat sore hari. Namun kali ini kami ingin melihat suasana di sana saat malam. Kami kembali ke stasiun Jongno 5-ga untuk menuju stasiun Gwanghwamun. Kalau saat datang kami menggunakan tangga, kali ini kami menggunakan lift untuk turun ke stasiun. Kami bertemu dengan beberapa ahjumma dan ahjussi. Mereka sibuk berbicara dalam bahasa Korea dan menunjuk-nunjuk anak-anak. Mereka sibuk memuji anak-anak cantik dan besar matanya. Saya pun dengan sopan menjawab 감사합니다 .Apalagi saat mereka berkata mamanya cantik makanya anaknya cantik, semakin sering saya menjawab 감사합니다. Mama butuh hiburan juga, ya =D
Gerbang khusus anak-anak. Jika tingginya dibawah batas, berarti tidak usah bayar =D
Cheonggyecheon dimalam hari memang jauh lebih dingin dibanding saat kami mengunjungi di sore hari. Namun kami menikmati suasana dingin ini. Duo Lynns pun sibuk menari tidak jelas untuk mengusir rasa dingin. Selesai puas berfoto, mereka minta untuk datang lagi besok saat siang karena mereka ingin berfoto di batu-batu yang diletakkan di sungai. Biar sama seperti dulu, kata mereka.
Spring di malam hari.
Lampu pelangi dibawah jembatan, pengganti rainbow bridge yang tidak beroperasi di musim dingin:) 
UNICEF Token.

Cuaca yang semakin dingin membuat kami ingin segera kembali ke penginapan. Di jadwal yang sudah kami buat, rencananya kami mau kembali ke stasiun Gwanghwamun, lalu naik MRT ke stasiun Myeongdong. Namun melihat anak-anak yang masih semangat tingkat tinggi, kami akhirnya memutuskan berjalan ke kembali ke Myeongdong. Memang jarak antara Cheonggyecheon ke Myeongdong tidaklah jauh. Sesampainya kami di Myeongdong, kami pun langsung sibuk mencari cemilan untuk mengisi perut kami. Kali ini, potato tornado menjadi pilihan kami.
Lampu dan snowflake yang digantung membuat Duo Lynns minta difoto.
Pose di jalan menuju Myeongdong. Banyak spot yang menarik untuk berfoto. 
Karena Gwangjang market merupakan salah satu tujuan kuliner saat ke Seoul, maka banyak hal yang harus diperhatikan supaya kita tidak 'merasa dikerjai' oleh penjual di sana. Berikut tips dari kami.
1. Jika ke Gwangjang Market, disarankan mencari restoran yang ada menu bahasa Inggris supaya tidak salah paham. Tunjuk dengan jelas menu yang kita mau, dan jumlahnya. Penjual di sana tidak semuanya mengerti bahasa Inggris, tetapi kalau hanya untuk angka sih saya rasa mereka mengerti. Atau kalau bisa bahsa Mandarin, dapat juga menggunakan bahasa Mandarin. Kami sempat disangka turis dari Singapore ataupun Hong Kong dan diajak berbicara dalam bahasa Mandarin.
2. Jangan bingung jika ditawari ini itu. Senyumlah dengan manis dan berjalan mencari kedai makanan yang diinginkan.
3. Banyaknya makanan memang membuat kalap, tetapi akan lebih seru membeli satu menu untuk dimakan beramai-ramai. Jadi bisa mencicipi menu lainnya.

Oya, karena jalan-jalan dengan anak, untuk menghemat waktu supaya besok bisa kelayapan dengan cepat, saya mempersiapkan baju yang akan dipakai besok. Rencananya besok kami akan ke N Seoul Tower, Teseum, dan kembali mengunjungi Gwanghwamun :)
Potato Tornado yang tinggi sekali :)
Day 2: N Seoul Tower, Teseum, Gwanghwamun dan Myeongdong

Sekilas Informasi
Myeongdong Kyoja: 
Website: http://www.mdkj.co.kr/en/
Jam operasi: 10.30 - 21.30
Harga makanan: semua 8.000 won, kecuali dumpling 10.000 won
Cara menuju ke sana:
stasiun Myeongdong exit 8,  belok kanan dan jalan 200m 
stasiun Euljiro 1-ga exit 5, jalan mengikuti peta di link berikut.

Gwangjang Market
Website: http://www.kwangjangmarket.co.kr/
Jam operasional: 09.00 - 18.00 (toko biasa), 09.00 - 23.00 (restoran). Tutup hari Minggu.
Cara menuju ke sana: Stasiun Jongno 5-ga exit 8 (food corner) atau stasiun Euljiro 4-ga exit 4

Cheonggye Plaza
Jam operasi: 24 jam
HTM: free 
Cara menuju ke sana: Stasiun Gwanghwamun exit 5
Cheonggye saat malam dan sore hari
Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami di Seoul, beserta tips dan informasi lainnya, silakan klik link berikut ini.

Before: Review Step Inn Myeongdong 1
Next: N Seoul Tower dan Namsan Cable Car

Thursday, February 22, 2018

Review of Step Inn Myeongdong 1

Tidak dapat dipungkiri bahwa negara-negara yang mempunyai empat musim mempunyai magnet tersendiri bagi kita orang-orang yang tinggal di negara tropis. Salah satu daya tarik utamanya adalah musim dingin. Walau sudah tahu musim dingin itu suhunya bisa minus, kita bisa kedinginan seperti masuk freezer, namun pasti orang-orang, termasuk kami, masih tetap mau pergi untuk menikmati suasana yang tidak pernah kita rasakan. 

Kali ini kami menyelesaikan liburan musim dingin yang tertunda saat kami berlibur di waktu yang lalu. Setelah menabung dan berburu tiket murah di GATF (surprisingly harga tiket lebih murah dibanding GATF sebelumnya), kami pun mulai menyusun jadwal kami selama di sana dan mencari tempat untuk kami menginap. Karena kami berencana jalan-jalan selama tujuh hari di bulan Januari, asumsi salju sudah turun di bulan Januari, maka kami pun berusaha mencari penginapan yang dekat dengan stasiun MRT dan banyak makanannya. Sempat kami berpikir untuk menginap di tempat kami menginap saat pertama kali ke Korea. Namun berdasarkan pengalaman kami mengunjungi Seoul di bulan Januari di waktu yang lalu, suhu di bulan Januari biasanya bisa sampai minus. Kalau menginap di sana, rasanya perjalanan dari stasiun ke tempat penginapan itu akan terasa berat karena dingin. Maka kami pun mencari tempat lain.

Pilihan tempat kami tetaplah daerah Myeongdong. Biasanya saat orang ke Seoul, mereka akan bingung mau menginap di Hongdae atau di Myeongdong. Hongdae terkenal sebagai daerah banyak mahasiswa dan kalau malam sangat ramai. Namun sedikit sekali guesthouse yang berada sangat dekat dengan stasiun MRT di Hongdae. Sedangkan di Myeongdong banyak guesthouse dan hotel yang dekat dengan stasiun MRT. Selain itu Myeongdong terkenal sebagai tempat belanja dan makan, salah satunya adalah Myeongdong Kyoja. Namun demikian, jika mencari guesthouse atau hostel daerah Myeongdong lebih baik membuka peta. Karena ada juga guesthouse yang daerah Myeongdong tetapi jalan menuju guesthouse tersebut menanjak atau banyak anak tangga. Kebayang kan kalau bawa anak-anak.

Incaran kami saat itu adalah guesthouse atau hostel yang dekat dengan stasiun Myeongdong dan exitnya antara exit 5 sampai 10. Saat kami sedang mencari di Agoda, kami terpikat dengan Step Inn Myeongdong 1 yang dulunya bernama Philstay Hotel. Melihat review yang baik mengenai tempat ini, kami jadi kepingin menginap di sini. Sayangnya harganya lumayan tinggi dari budget kami. Saya mencoba untuk melihat website Agoda setiap hari, siapa tahu mereka tiba-tiba ada diskon. Dan ternyata memang ada waktu-waktu tertentu Agoda mengadakan diskon untuk beberapa penginapan terpilih. Dan saat didiskon, harganya sesuai dengan budget kami. Praise the Lord :)
Incheon Airport
Setelah kami tiba di Incheon Airport dan mengisi T-Money kami, kami pun menuju stasiun AREX di lantai basement. Kali ini kami naik AREX all stop dari Incheon menuju Seoul Station dan berpindah menuju line 4 menuju Myeongdong. Untuk menuju hotel ini sangatlah mudah. Kami keluar dari exit 7 (karena ada eskalator menuju ke atas) dan berjalan mengikuti peta yang ada. Step Inn Myeongdong 1 terletak di gedung Taeheung. Jadi gedung ini terdiri dari beberapa lantai dan di sini ada beberapa hotel dan guesthouse. Step Inn berada di lantai 14 dan 15.
Arah menuju Step Inn Myeongdong.
Saat kami tiba di sana, lobby berada di lantai 15, kami disambut oleh Nathan dan Andrea. Saat Nathan melihat bukti pemesanan dan kami (dua dewasa, dua anak-anak, dan 2 koper medium), Nathan terlihat membicarakan sesuatu dengan Andrea. Dalam bahasa Korea tentunya. Nathan pun akhirnya menjelaskan bahwa kamar yang kami booking, twin room without window, memang sudah siap. Namun karena melihat jumlah kami dan lamanya kami tinggal, rasanya akan tidak nyaman untuk kami tinggal di kamar itu. Sedangkan kamar yang harganya diatas kamar yang kami pesan tidak ada yang available.
Gedung Taeheung, tempat dimana Step 
Dia berkata bahwa dia akan menunjukkan dua tipe kamar. Yang pertama adalah yang kami pesan di lantai 15. Karena ranjangnya yang twin, space untuk membuka koper hanya sedikit. Seingat saya ada yang model lain, tetapi mungkin sudah digunakan orang lain. Yang kedua adalah kamar bunk bed yang berada di lantai 14. Kamar di lantai ini baru direnovasi dan penataannya membuat kamar ini terlihat besar. Nathan menyerahkan kepada kami untuk memilih kamar yang nyaman bagi kami dan anak-anak. Kami memilih kamar bunk bed dan Nathan pun memberikan kepada kami uang kembalian sebagai selisih dari harga kamar twin dengan kamar bunk bed.

Kami tidak menyesal memilih Step Inn Myeongdong dan kami sangat menikmati waktu istirahat kami di sini. Ada beberapa alasan mengapa Step Inn menjadi pilihan yang tepat bagi kami saat jalan-jalan di Seoul.
1. Step Inn berada di Myeongdong. Selain banyak tempat belanja dan banyak makanan, Myeongdong menurut kami agak berada di tengah. Jadi mudah bagi kami untuk kemana-mana dan menikmati street food.
2. Posisi Step Inn sangat strategis. Posisinya ditengah-tengah dua stasiun, yaitu stasiun Myeongdong dan stasiun Euljiro 1-ga. Stasiun Myeongdong berada di line biru atau line 4 sedangkan stasiun Euljiro 1-ga berada di line hijau atau line 2. Kedua line ini banyak digunakan jika kita ingin mengunjungi tempat wisata. Jadi buat para backpackers yang suka naik public transport, seperti kami, tempat ini memudahkan kami untuk berpetualang.
3. Staff di Step Inn sangat ramah. Dari pengamatan kami, staf di sini ada orang Taiwan dan orang Korea. Mereka sangat ramah dan tanggap untuk memberikan bantuan. Kemampuan bahasa Inggris mereka juga lumayan. Oya, Nathan dapat mengucapkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia, hasil bercakap-cakap dengan turis-turis dari Indonesia.
Lobby dan ruang makan di Step Inn.
4. Walaupun kamarnya bunk bed alias ranjang susun, tetapi kamarnya nyaman dan bersih. Ini adalah pertama kalinya kami menginap di bunk bed room. Tetapi ternyata menginap di bunk bed room menjadi keseruan buat Duo Lynns. Kamar mandinya pun bersih. Dan yang paling menarik, setiap kamar dilengkapi dengan colokan atau soket USB. Jadi tidak perlu membawa universal adaptor ke sini. Dan memang tidak perlu, karena kan colokan di sini sama dengan di Indonesia. Hehehe.
Kamar mandi dengan sekat. Klosetnya ada banyak pencetannya loh....
Ranjang susun yang nyaman dan colokan USB di ranjang atas dan bawah.
5. Tersedia sarapan setiap harinya. Bagi backpackers, adanya sarapan atau makan pagi lumayan mengurangi budget makan selama traveling. Sarapan tersedia dari pukul 07.00 hingga 10.00. Lumayan pagi jika dibanding guesthouse lainnya. Tetapi kami lebih suka seperti ini karena kami dapat sarapan lebih awal dan jalan lebih pagi untuk berpetualang. Setiap hari tersedia aneka cereal, roti (roti tawar, roti gandum, roti dengan biji-bijian) dengan pilihan selai, butter, dan cream cheese. Selain selai, tersedia juga madu, keju, ham dan telor asap. Untuk minumannya, ada susu, kopi, aneka teh, dan juice. Walau menunya selalu sama, namun kami cukup bahagia. Karena kami membawa mie gelas (jaga-jaga kalau tengah malam mama papanya kelaparan), kami sempat memakannya untuk sarapan. Tinggal tambah telur, keju, dan ham. Yummy....
Makanan dan minuman saat sarapan.
Our favorite ham and cheese.
6. Tersedia air, kopi, dan teh 24 jam. Ini alasan kenapa saya suka tinggal di gueshouse atau hostel. Kalau di guesthouse, kami tidak perlu membeli air karena guesthouse sudah menyediakannya. Kalau malam mau minum teh tinggal ambil teh dan menyeduhnya di lantai 14. Enak bukan?
7. Ada mesin cuci dan rak untuk mengeringkan baju. Karena baju saat jalan-jalan di musim dingin tebal-tebal, adanya mesin cuci memudahkan kami sehingga kami tidak perlu membawa banyak baju. Malam mencuci baju, dan menjemurnya di dalam kamar, keesokan pagi sudah kering.
Dapur dan mesin cuci mini di lantai 14.
Saat kami pulang, anak-anak bertanya apakah mereka boleh menginap di Step Inn lagi jika ke Seoul lagi. Dan sekarang pun saat membuat artikel ini, Duo Lynns kembali mengulang pertanyaan tersebut. Duh, jadi terbayang saat-saat kami menginap di sana dan menginap di sana kembali...
Jam yang menemani kami selama di sana:)
Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami di Seoul, beserta tips dan informasi lainnya, silakan klik link berikut ini.


Step Inn Myeongdong
website: http://www.stepinnmd1.com/en-us
Alamat: Taeheung Bldg. 15F, 55, Myeongdong-gil, Jung-gu
Telepon: +82222678888
Email: stepinnmd1@gmail.com
Cara menuju:
- stasiun Myeongdong exit 7 atau 8 dan berjalan mengikuti peta yang ada (kurang lebih 5 menit).
- stasiun Euljiro 1-ga exit 5 atau 6 dan berjalan mengikuti peta yang ada (kurang lebih 5 menit).

Sunday, February 18, 2018

Bersantai di Perpustakaan Nasional

Salah satu kegiatan yang paling saya sukai dari kecil adalah membaca. Bagi saya, saat membaca, bukan hanya saya mengetahui banyak informasi, tetapi saya juga bisa santai sejenak. Dan sejujurnya saat saya sekolah dari SD sampai dengan kuliah, saya hanya datang ke perpustakaan sesekali saja walaupun saya suka membaca. Mengapa? Karena saya tidak tahan dengan bau buku tua dan bau apek di dalam perpustakaan (no offense ya). Bagi saya, berbeda dengan perpustakaan diluar yang wangi dan terang, perpustakaan saat saya sekolah terkesan gelap dan apek.

Namun pandangan itu berubah saat kami dan teman-teman mengunjungi perpustakaan nasional yang baru saja diresmikan pada 14 September 2017 yang lalu. Pertama kali Duo Lynns menginjakkan kaki di tempat ini, Duo Lynns cukup norak melihat gedung perpustakaan yang besar. Pengalaman mereka hanyalah mengunjungi perpustakaan di Cikini. Desain gedung yang seperti buku terbuka ini membuat gedung baru ini terlihat begitu megah. Dan bukan saja gedungnya yang megah, parkirannya pun banyak. Dengan adanya parkiran basement para pembawa kendaraan bermotor menjadi lebih tenang saat berkunjung ke sini.
Perpustakaan Nasional
Kami membuat kartu anggota dan langsung menuju lantai 7 yang memang dikhususkan untuk anak-anak. Saat masuk ke situ, hilanglah semua bayangan akan perpustakaan yang membosankan. Sayangnya kunjungan kami yang pertama hanya sebentar, dan anak-anak lebih banyak bermain di playground yang berada di dalam ruangan. Hmm, adanya playground memang membuat anak tergoda untuk bermain.

Belum merasa puas, kami pun mengunjungi kembali perpustakaan ini bersama-bersama teman-teman yang berbeda. Karena papa sibuk, maka om Grab yang mengantar kami. Dari depan gedung, kami diarahkan satpam untuk masuk ke bangunan tua. Kami pun manut dengan pak Satpam. Dan memang ketaatan akan menghasilkan buah yang baik bukan?

Bangunan tua ini menyimpan pameran benda-benda yang berhubungan dengan sejarah perpustakaan dan juga sejarah atau bagaimana cara orang menulis. Dan yang cukup mengejutkan kami, mereka memadukan lukisan di dinding dengan gambar interaktif dari proyektor.
Diantara dua pilihan....
Quote dari R.A. Kartini
Dari pameran yang ada, kami mendapatkan beberapa informasi. Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, karya rekam termasuk digital, secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka. Dengan kata lain, perpustakaan bukan hanya mengenai pengumpulan buku, namun juga menjaga buku-buku tersebut dan mengorganisir buku-buku tersebut sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan apapun.
Perpustakaan keliling yang akan mendatangi daerah-daerah terpencil agar semua anak dapat membaca. 
Peta Indonesia secara interaktif.
Gambar interaktif yang dipadukan dengan lukisan di dinding.
Berbagai sarana untuk menulis, dari bambu, daun lontar, kayu ulin, hingga kertas.
Setelah puas berfoto melihat-lihat, kami pun berpindah ke gedung baru, Gedung baru ini terdiri dari 24 lantai. Setiap lantai mempunyai berbeda isinya. Lantai 1 merupakan lobby hall dan display. Di lantai ini ada beberapa cafe yang dapat dikunjungi oleh pengunjung perpustakaan yang sedang kelaparan atau mencari cemilan. Lantai kedua adalah tempat layanan keanggotaan. Apa sih keuntungannya menjadi anggota perpustakaan? Ya pasti dapat meminjam buku yang kita mau. Pembuatan kartu ini tidak lama, tetapi yang membuat lama adalah banyaknya orang yang ingin mendaftar. Disarankan mendaftar dulu secara online di website mereka. Jadi sampai sana tinggal mengantri untuk foto dan mengambil kartu.
Direktori Gedung Perpusnas.
Seperti waktu yang lalu, lantai yang kami tuju adalah lantai 7, tempat yang menjadi surga buku bagi anak-anak. Berbeda dengan saat pertama kali kami datang, sekarang sudah tidak ada tempat mainnya. Suatu hal yang baik, jadi anak-anak dapat lebih semangat membaca buku. Buku-buku di sini lumayan lengkap loh. Ada buku-buku cerita, buku terbitan Grolier, buku-buku berbahasa Inggris, ensiklopedi, dan buku-buku lainnya. Yang menarik adalah pilar-pilar di lantai ini dihiasi wall paper yang berisi cerita-cerita rakyat, seperti kisah Raja Ampat, sungai Landak, dan Tadulako Bulili.
Salah satu rak yang berisi buku-buku.
Dinding bercerita
Karena banyaknya buku yang menarik, kami pun bertanya kepada petugas perpustakaan apakah kami dapat meminjam buku. Ternyata kami hanya dapat membaca, bukan meminjam. Alasannya karena buku-buku di perpustakaan nasional Salemba belum semuanya dipindahkan ke sini. Jadi untuk sementara pengunjung belum dapat meminjam buku. 
Asyiknya membaca...
Buat yang membawa tas, kita dapat menitipkan di loker yang disediakan. Jadi acara membacanya akan lebih enak dan kita pun tidak akan dicurigai membawa buku tersebut pulang (eh...). Untuk yang membawa bayi, di sini juga ada nursery room. Dan dibagian luar terdapat bagian outdoor yang dapat digunakan untuk aktivitas anak. Menarik bukan? Rasanya saya betah di dalam sini seharian.
Sudut membaca yang nyaman
Oya, di sini juga ada panggung. Mungkin untuk acara-acara istimewa. Dan begitu melihat panggung, anak-anak ini langsung lupa daratan dan sibuk berpose diatas panggung. Untungnya hari itu perpustakaan sepi, kalau tidak kami bisa dipelototi oleh staff yang ada.
Lupa daratan jika melihat panggung.
Setelah puas berfoto, dan sudah jam makan siang, kami pun memutuskan untuk pulang. Tentu saja acara bermain dan membaca di sini tidak cukup sekali saja. Akan ada kesempatan lain dimana kami bisa membaca kembali di sini. Dan seperti kata R.A. Kartini diatas, untuk memajukan masyarakat dibutuhkan peran serta keluarga. Salah satunya dengan cara menjadikan membaca di dalam keluarga.
Sekolah-sekolah saja tidak dapat memajukan masyarakat, tetapi juga keluarga di rumah harus turut bekerja. Lebih-lebih dari rumahlah kekuatan mendidik itu harus berasal  ~ R.A. Kartini

Perpustakaan Nasional
www.pnri.go.id
Jl. Medan Merdeka Selatan no.11 Senen, Gambir, Jakarta Pusat
Jam operasional: 07.30 - 18.00 (hingga 16.00 untuk Sabtu dan Minggu)