Thursday, September 26, 2024

Jepang Day 9: Short Walk at Kyoto Imperial Park

Kunjungan kami di Kyoto nampaknya tidaklah lengkap tanpa mengunjungi Kyoto Imperial Palace. Apalagi tempat kami menginap dekat dengan istana ini. Namun karena penyesuaian-penyesuaian yang ada, maka nampaknya urusan mengunjungi istana menjadi hal yang susah. 

The palace.
Cuma bisa numpang foto dulu ya =D

Tetapi karena kami ingat istana ini dikelilingi oleh taman yang cantik, kami memutuskan melihat taman tersebut. Oleh sebab itu, setelah berisitirahat dari jalan-jalan di hari ke delapan kemarin (pagi hari di Kiyomizumichi, siang hari di Fushimi Inari, dan sore hari di Nishiki Market), kami ingin mengunjungi Kyoto Imperial Park di pagi hari.  

Salah satu pintu masuk menuju taman.

Kyoto Imperial Park, yang juga disebut Kyoto Gyoen, terletak di pusat kota Kyoto. Taman ini konon dibuat pada tahun 1636 oleh Kobori Enshu (1579–1647), seorang pejabat Keshogunan Tokugawa yang juga merancang Taman Ninomaru di Kastil Nijo dan taman lainnya.  Kabarnya taman ini juga dimodifikasi oleh Kaisar Go-Mizunoo 28 tahun kemudian pada tahun 1664. 

Warna merah yang kontras dengan sekitarnya.

Taman yang panjangnya 1.300 m dan lebar 700 meter ini menjadi tempat yang menarik bagi orang-orang yang suka melihat taman. Dari sekedar jalan pagi, olahraga pagi, hingga memanjakan mata dengan pohon-pohon yang beraneka ragam seperti kami pun ada. bahkan dari keluarga, oma opa, sampai pasangan yang jalan-jalan juga ada. Lengkap deh pengunjungnya.

Patung pancoran
Patung Pak Dirman

Saat kami tiba di taman, rasanya tenang dan sejuk. Daun Momiji, daun beraneka warna terlihat begitu indah. Terbayang sudah kalau sedang musim semi, taman ini pasti penuh dengan bunga sakura dan bunga-bunga lain yang bermekaran. 

Trio Lynns yang sibuk dengan daun-daun
Family picture done.

Di tengah taman tersebut terdapat tiga macam istana. Yang pertama adalah Kyoto Imperial Palace. Istana ini menjadi tempat tinggal dari keluarga Kerajaan hingga masa restorasi Meiji. Yang kedua adalah Sento Imperial Palace. Biasanya ini ditempati oleh raja-raja yang sudah pensiun. Yang ketiga adalah Kyoto Omiya, yang awalnya diperuntukan bagi janda permaisuri dan lain-lain. Pada masa ini lebih sering digunakan sebagai guesthouse bagi tamu Kerajaan.

Belum bisa berkunjung, sneak peak dari sini aja.
Shirakumo Shrine.

Peta Kyoto Gyoen. Sumber foto: Kyotogyoen

Di ujung taman ini terdapat dua kolam yang dapat dilihat. Kolam di sebelah utara berdekatan dengan taman untuk anak-anak. Sayangnya karena keterbatasan waktu, kami tidak dapat bermain di taman tersebut.

Aksi lempar salju daun.
Warna kuning yang cantik

Kami pun mengakhiri kunjungan kami di taman ini. Kami kembali ke hotel untuk menjemput oma opa dan melanjutkan perjalanan kami kembali.

Our siluet


Next: Daytrip to Nara Park.

PS: artikel lengkap kami selama di Jepang bisa dilihat di sini ya.


Sekilas Info

Kyoto Imperial Park

Website: https://kyotogyoen.go.jp/en/

Alamat: 3 Kyotogyoen, Kamigyo Ward, Kyoto, 602-0881, Jepang (Google Map)

Jam operasional: 24 jam (Istana tutup di hari Senin)


Monday, September 23, 2024

Jepang Day 8: Santai Sore di Nishiki Market

Tujuan kami berikutnya adalah menikmati sore di Nishiki Market. Untuk menuju Nishiki Market, dari stasiun Tokufuji, kami harus naik bis 207. Sebetulnya bisa lewat kereta terus, tetapi tidak wheelchair accessible, yang berarti banyak tangga. Opa dan oma susah jika bertemu tangga.

Kalau tadi pagi naik bus begitu santai, sore ini, bertepatan dengan banyak turis, kami seperti jadi ikan pepes. Penuh sesak. Hampir saja tidak bisa turun karena para turis tersebut tidak mau memberi orang jalan untuk turun. Untung ada orang setempat yang membantu kami.

Dari tempat kami berhenti, ternyata lebih cepat satu pemberhentian (entah bagaimana google map ini). Jadinya kami harus berjalan kurang lebih 600 meter menuju Pasar Nishiki. Untungnya di sepanjang jalan ada beberapa cemilan yang bisa dibeli dan ada halte untuk duduk. 

Dekorasi jalanannya kawaii
Cemilan yang enak sekali.....

Nishiki Ichiba sebetulnya seperti pasar pada umumnya. Pasar yang sudah ada sejak zaman Edo ini, kurang lebih 400 tahun yang lalu, awalnya merupakan pasar ikan. Sejalan dengan perkembangan zaman, nampaknya barang-barang yang dijual pun bukan hanya sekedar ikan.


Saat ini Pasar Nishiki diketahui sebagai dapurnya Kyoto. Dari mulai hasil laut yang masih segar, hasil laut olahan, hasil laut yang dikeringkan, bumbu-bumbuan, sayur-sayuran, acar, hingga alat masak, semua ada di sini. 

Bumbu-bumbuan
Acar

Target kami adalah menjajal jajanan-jajanan yang ada. Lebih baik lagi kalau ada yang bisa dibawa pulang untuk makan malam. Kabarnya sih okonomiyaki, kroket, dan kaiseki ryori (seperti fish cake) di sini terkenal enak. Selain itu di dalam sini ada Snoopy Tea House. Siapa tahu bisa mampir.

Buat penggemar sushi, banyak opsi di Nishiki Market.
Ikan goreng

Salah satu tempat yang menjual fish cake.

Nishiki Market sangat ramai sore itu. Tetapi semua menikmati karena ada tester yang dapat dicicipi. Ditambah lagi kami bertemu roasted chestnut. Di rumah kami, kecuali kakak, tidak ada yang tidak suka chestnut. Jadi di tengah dingin, makan roasted chestnut sungguh menarik. Belum lagi ada tester teh.

Kyotanba roasted chestnut.
Toko baju juga ada

Rencana awal kami adalah tea time di Snoopy Tea House. Sayangnya café berada di atas. Tangga merupakan a big no saat membawa opa dan oma. Kami pun berpindah ke Kumonocha. 

Sayang sekali tempat duduk di lantai 2.

Serasa di kedai teh.

Kumonocha, cloud tea, menjual berbagai macam  dessert dan minuman. Dengan tema green tea dan bentuk awan, semua terlihat begitu menarik. Kami memilih minuman saja, karena tadi baru cemil-cemil segala macam makanan.

Berbagai dessert yang menarik hati.
Our matcha... lengkap dengan awan

Setelah selesai beristirahat di Kumonocha, kami berencana pulang. Mengingat pengalaman rebutan kendaraan dan berdesakan hingga tidak bisa keluar seperti tadi, kami pun memutuskan membagi dua kelompok. Papa dan oma opa naik kereta dari stasiun terdekat (gak mungkin mereka jalan lag ikan). Sedangkan kami berempat berjalan kaki menuju hotel. 

Mural art by Ki-yan at second floor.

Menurut mbah google, jarak dari Kumonocha ke hotel sekitar 1,3 km, kurang lebih 19 menit jalan. Tetapi karena hawa yang adem, rasanya dalam waktu 10 menit lebih kami pun tiba di hotel. Ternyata papa belum tiba. 

Karena tadi baru membeli fish cake di Nishiki Market, maka kami pun ke supermarket terdekat untuk membeli makan malam kami. Hari ke delapan kami diakhiri dengan makan malam dari konbini store dan fish cake dari Nishiki Market. Oishi oishi...

Kami disambut sake saat masuk ke hotel.

Next: Short Walk at Kyoto Imperial Park

PS: artikel lengkap kami selama di Jepang bisa dilihat di sini ya. 

Nishiki Market

Website: https://www.kyoto-nishiki.or.jp/en/

Alamat: Nakagyo Ward, Kyoto, 604-8055, Jepang (Google map)

Jam Operasional: 10.00 – 17.00



Friday, September 20, 2024

Jepang Day 8: Afternoon Walk at Fushimi Inari

Setelah menikmati pagi di Kiyomizumichi dan kenyang makan siang diDaikoku Ramen (arigatou uncle), kami melanjutkan perjalanan kami menuju Fushimi Inari. Konon kabarnya, berkunjung ke Kyoto tidaklah lengkap jika tidak berfoto di gerbang Orange Fushimi Inari Taisha. 

Pose mutlak di depan Fushimi Inari

Apa sih sebenarnya Fushimi Inari Taisha ? Fushimi Inari Taisha merupakan salah kuil Shinto yang khusus menyembah dewa Inari di Fushimi, yang juga merupakan induk dari seluruh kuil Inari di Jepang. Inari berasal dari kata ine nari atau ine naru, yang berarti menuai padi. Jadi dewa Inari dianggap sebagai dewa keberhasilan panen dan kesuksesan bisnis.

Untaian harapan dan doa yang dinaikkan.

Sebelum saya lanjut cerita, jangan tertukar antara Fushimi Inari dengan sushi inari ya. Disebutkan bahwa kuil Shinto ini dibangun pada 711 sebelum Kyoto menjadi ibu kota Jepang. Jalan menanjak ke Gunung Inari setinggi 233 meter ini dipenuhi oleh banyak altar batu (otsuka) dan ditandai dengan gerbang.       

Gate pertama yang menyambut para pengunjung.
Ciri khas dari Fushimi Inari Taisha ini adalah gerbang atau torii-nya. Gerbang ini melambangkan ambang batas antara dunia manusia dan ruang suci. Setiap torii yang ada merupakan donasi dari para donatur. Nama-nama donatur tertulis di bagian belakang setiap gerbang beserta tanggal pemasangannya. 
Setelah foto, baru sadar kalau ini bagian belakangnya.

Dari stasiun Tokufuji ini ada dua operator kereta berbeda yang akan membawa kita ke stasiun Fushimi. Yang pertama adalah kereta dari Nara Line yang akan berhenti di Stasiun Inari dan Keihan Main Line yang akan berhenti di Stasiun Fushimi Inari Idealnya sih mengambil Nara Line karena akan berhenti tepat di depan Fushimi Inari. Tetapi karena kami salah masuk gerbang, maka kami naik Keihan Main Line.

Nuansa torii di Stasiun Fushimi Inari.

Perjalanan dari Stasiun Fushimi Inari ke Fushimi Inari tidaklah jauh. Hanya sekitar 350 meter. Tetapi karena banyak yang dilihat, dan speed jalan tidak mungkin terlalu cepat, maka jadi lebih lama. Bagi gatcha lovers, seperti Duo Lynns, di sepanjang jalanan penuh dengan mesin gatcha. 

Jembatan Fushimi yang menarik hati kami
Trio Lynns sibuk dengan momiji.
View cantik penghibur hati mama
Opa dengan lampu yang klasik.

Karena opa dan oma tidak mau masuk ke dalam untuk berfoto di gerbang, mereka Cuma mau foto dengan momiji aka maple leave saja, mereka pun menunggu di convenience store terdekat. Kami berlima pun segera masuk ke dalam, sebelum hujan. 

Pose dulu sebelum masuk
Berlima di depan torii kedua

Roumon (Large Tower Gate)

Adik sempat bertanya kenapa banyak icon anjing di dekat torii. Sebetulnya itu bukan anjing, tetapi rubah. Rubah dianggap sebagai utusan suci dari dewa Inari. Dalam mitologi Jepang, rubah disebut suka memakan tahu goreng. Nah, dari sini bisa mengerti dong kenapa nasi yang dimasukkan ke dalam kulit tahu disebut inari sushi. 

Rubah yang dikira anjing oleh anak-anak.
Dua rubah yang berjaga di gerbang.

Ada banyak bangunan yang dapat dilihat, tetapi karena sudah mulai ada sedikit rintik air, kami pun berpusat mencari senbon torii atau koridor dari ratusan gerbang. Jika kita ingin berjalan, gerbang ini panjangnya lumayan juga. Ada 10.000 torii atau gerbang dan 12.000 anak tangga. Ending-nya adalah Gunung Inari. 

Senbon torii: awal dari rangkaian torii.

Selesai berfoto di torii, hujan benar-benar menyapa tempat ini. Kami berteduh di tempat cindera mata. Untungnya hujan tidaklah lama. Kami pun mencari oma opa kembali. Kali ini kami kembali dengan menggunakan Nara Line menuju stasiun. 

Hujan yang sudah mulai turun membuat orang berkerumun di tempat suvenir.

Bye Fushimi Inari

Next: Sore hari di Nishiki Market

PS: artikel lengkap kami selama di Jepang bisa dilihat di sini ya.

Sekilas Info

Fushimi Inari

Alamat: 68 Fukakusa Yabunouchicho, Fushimi Ward, Kyoto, 612-0882, Jepang (Google map)

Jam Operasional: 24 jam