Showing posts with label money changer. Show all posts
Showing posts with label money changer. Show all posts

Friday, November 30, 2018

Short Trip di Kuala Lumpur: Jalan-Jalan di Bukit Bintang

KL Tower yang tertutup kabut.
Berawal dari kunjungan kami ke Legoland satu setengah tahun yang lalu, kami menjadi penasaran dengan tempat-tempat yang ada di Kuala Lumpur. Namun kalau hanya bertujuan mengunjungi KL saja, rasanya kami belum seniat itu. Akhirnya kesempatan itu datang juga.

Tahun ini kami berencana untuk mengikuti Family Conference bagi para homeschooler. Biasanya kegiatan ini dilakukan di Melaka, yang berarti kami harus naik pesawat ke KL, baru naik bus ke Melaka. Tiba-tiba di bulan Februari kemarin, Airasia mengadakan promo kursi gratis (yang biasanya tidak pernah dilakukan sebelum GATF fase 1. Dan tiba-tiba juga ada wacana ada kemungkinan konferensi dilakukan di KL dengan tanggal maju satu hari daripada di Melaka. Berhubung promo tiket murah, maka kami pun mengambil tanggal yang aman sehingga dimanapun konferensi dilakasanakan, kami dapat mengikuti tepat waktu.

Singkat cerita, diputuskan konferensi tetap diadakan di Melaka. Yang berarti kami punya waktu bebas satu hari untuk bermain di KL. Kami pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kami mengatur jadwal supaya kami dapat menikmati jalan-jalan tanpa harus membuat kami kecapekan sebelum konferensi dimulai. Karena memang tujuan utama kami kan mengikuti konferensi.

Walaupun terjadi perubahan jam keberangkatan dari siang menjadi subuh dan menjadi jalan jam 8 pagi, kami tetap bersemangat tingkat tinggi. Maklum, pertama kalinya kami jalan-jalan ke sana. Begitu tiba di KLIA2, terminal untuk budget airline, kami pun segera menuju bagian imigrasi. Sempat bingung juga karena kami tidak mendapatkan form apapun untuk diisi. Ternyata memang tidak ada form apapun yang harus diisi.
KLIA2 
Tujuan utama kami setelah mengambil bagasi adalah membeli simcard untuk telephone. Begitu keluar dari hall, ada banyak Kalau biasanya kami memang tidak pernah roaming atau membeli simcard, namun karena kami akan banyak menggunakan grab di sini, maka kami pun mencari simcard. Di Malaysia ini ada beberapa provider yang menawarkan paket untuk turis. Biasanya ada paket 7 hari dan 14 hari, tergantung kebutuhan dan penggunaannya. Berhubung kami akan berada selama 8 hari di Malaysia, maka kami pun memilih menggunakan U-Mobile yang mempunyai paket untuk 10 hari. Toh hanya untuk memesan grab. Sayangnya paket yang kami cari ini tidak ada di bandara. Maka kami pun melanjutkan kegiatan kami dengan mencari tempat untuk makan siang.
Outlet simcard di bagian kedatangan 
Di KLIA2 ini terdapat banyak tempat makan yang dapat dipilih. Pilihan kami pun jatuh kepada Subway. Pilihannya tidak sebanyak saat kami di Singapore, tetapi cukup mengobati kerinduan anak-anak akan makanan satu ini. Sayangnya acara makan kami kali ini tidak begitu tenang karena banyak lalat yang sibuk berkeliling di sekeliling tempat makan. Memang KLIA2 tidak sebersih Soekarno Hatta.

Agenda kami selanjutnya adalah menuju downtown. Untuk menuju KL, ada beberapa cara yang dapat dipilih. Yang pertama cara yang paling nyaman, yaitu naik taksi atau grab. Kita dapat langsung ke tempat tujuan. Tetapi tentu harganya juga lumayan. Cara kedua adalah naik public transport menuju KL Sentral. KL Sentral merupakan terminal atau stasiun yang melayani semua jenis transportasi yang ada di KL, yaitu monorail, LRT, dan bus.

Ada dua moda transportasi yang dapat dipilih. Yang pertama adalah kereta KLIA Ekspress. Dengan naik kereta, dalam waktu kurang lebih 40 menit. Harganya pun berasa di kantong, yaitu 55 RM. Yang kedua adalah dengan menaiki bus Aerobus atau Skybus menuju KL Sentral. Waktu yang ditempuh adalah 60 menit, namun harganya hanya 12 RM untuk dewasa dan 6 RM untuk anak-anak. Pilihan kami tentu jatuh ke bus.

Setelah tiba di KL Sentral, kami pun segera naik LRT menuju hotel tujuan kami, yaitu Ahyu Hotel. Saat kami tiba, hujan turun deras sekali. Berhubung anak-anak kelaparan lagi, apalagi semenjak tiba di KL adik menjadi batuk pilek, maka kami pun mampir ke supermarket di dalam stasiun, yaitu mynews.com. Dan ternyata di supermarket ini juga dijual simcard yang kami inginkan dengan harga 8.5 RM. Lumayan juga bukan?

Setelah selesai meletakkan barang-barang kami, petualangan kami di KL ini pun dimulai. Tujuan kami saat itu adalah menuju daerah Bukit Bintang. Bukit Bintang merupakan daerah yang cukup terkenal dikalangan turis. Bahkan tempat penginapan pun cukup banyak di kawasan ini. Di kawasan ini terdapat banyak tempat perbelanjaan dan tempat makan, dari yang budget sampai yang wah, seperti Pavilion, Lot 10, Alor Food Court, Sungei Wang, dan sebagainya. Tujuan kami adalah ke Sungei Wang. 

Untuk berkeliling di Kuala Lumpur, kami memanfaatkan GOKL. GOKL merupakan circular shuttle bus yang disediakan untuk para turis secara gratis. Cukup berdiri di tempat pemberhentian yang ditentukan, maka dalam jangka waktu 10 sampai 15 menit sekali bus tersebut akan datang. Dari Chinatown kami pun naik GOKL Purple menuju Bukit Bintang.

Nampaknya hujan masih bersemangat untuk turun sore itu. Saat kami masuk ke dalam bus, hujan turun dengan sangat deras. Kami pun turun di dekat Pavilion, dengan pertimbangan mencari pemberhentian yang dekat dengan gedung. Dan untungnya saat kami turun, hujan sudah sedikit mereda.

Sungei Wang Plaza terkenal sebagai tempat perbelanjaan seperti ITC. Di dalam plaza yang sudah beroperasi sejak dari tahun 1977 ini terdapat beberapa brand terkenal seperti Giordano, Daiso, dan tempat makan lainnya. Di sini juga ada supermarket Giant. Biasanya orang datang ke sini untuk berbelanja, karena harganya yang miring dan untuk menukarkan uang. 
Dekorasi Deepavali yang terbuat dari beras yang diwarnai. 
Money changer di sini sangatlah banyak dan terkenal mempunyai rate yang bagus, termasuk untuk rupiah. Kami berkeliling di sekitar tempat penukaran uang dan menemukan bahwa MaxMoney memberikan rate yang bagus. MaxMoney sendiri ada dua outlet dan rate-nya berbeda. Tetapi letaknya saling berdekatan. Jadi mudah untuk memeriksa mana yang memberikan rate yang bagus. Dan memang menukar Ringgit dari Rupiah jauh lebih bagus rate-nya saat di sana.

Setelah menukarkan uang di Max Money, kami pun berjalan menuju Alor Food Court. Tujuan kami adalah mencari makan malam. Alor Food Court sendiri merupakan jalanan yang terdiri dari banyak tempat makan. Dari makanan khas Nyonya, Chinese Food, India, Thailand, sampai makanan khas Indonesia juga ada. Di sepanjang jalan juga terdapat banyak coconut drink alias air kelapa. 
Duren bagi yang suka duren.
Makanan Kamboja.
Pilihan kami jatuh ke Chinese Food yang menjual nasi dan lamian atau mie. Rasanya makan makanan berkuah setelah hujan akan enak. Anak-anak memilih untuk makan mie dan kami memilih untuk makan nasi. Pesanan kami pun datang dengan cepat dan ludes dengan cepat juga.
Wantan Noodle pilihan kakak.
Fishball Noodle pilihan adik.
Setelah makan, kami pun berjalan menyusuri Jalan Alor. Semakin menyusuri Jalan Alor, semakin hijau mata kami. Pilihan makanan yang bermacam-macam membuat kami ingin makan kembali. Apa daya kami sudah kekenyangan. Kata kakak, di sini seperti di Myeongdong, banyak street food. Memang kalau dipikir-pikir, agak mirip dengan street food di sana. 
Air Kelapa hanya 5RM.
Jalanan yang mulai padat dengan turis dan warga setempat yang mencari makan.
Kami pun memutuskan kembali ke hotel tempat kami menginap. Berhubung rasanya sudah lelah, maka kami pun memilih untuk menggunakan Grab. Dan ajaibnya, harga Grab dengan naik public transport lebih murah naik Grab :)
Suasana malam hari di Bukit Bintang

Monday, June 20, 2016

Namsangol Hanok Village dan Myeongdong

Setelah melepaskan lelah semalam, anak-anak dibalur minyak tawon semalam, kami siap berpetualang kembali di Seoul. Hari ketiga kami di Seoul berisikan agenda mengunjungi Namsangol Hanok Village, Hello Kitty Cafe di Hongdae, lalu menjelajah Myeongdong (termasuk foto hanbok gratis di MDTIC), dan mengunjungi Lotte Mart di stasiun seoul. Berhubung oma sudah tepar berjalan-jalan kemarin, maka hari ini oma memutuskan untuk diam di guesthouse. Akhirnya kami menjelajah berempat saja. 

Tujuan kami yang pertama adalah Namsangol Hanok Village. Namsangol Hanok Village merupakan perkampungan buatan yang terdiri dari lima hanok, rumah tradisional Korea, dari zaman dinasti Joseon. Posisi village ini berada di bawah kaki Namsan (Nam = nan = selatan, san = gunung). Village ini sengaja dibuat untuk membantu turis, lokal atau domestik, mengenal kebudayaan orang Korea. Lima rumah yang ada di sini merepresentasikan lima rumah atau hanok dari lima golongan masyarakat dari golongan menengah sampai pejabat pemerintahan, orang yang dihormati dan aristokrat. 

Biasanya turis suka bingung mau ke Namsangol atau ke Bukchon. Perbedaannya, Namsangol merupakan hanok buatan (re-model) dari hanok orang-orang tertentu di tempat lain. Karena re-model, maka semuanya sama seperti hanok yang asli tetapi semuanya berada di situ dalam jarak yang dekat-dekat. Kalau Bukchon seperti perumahan yang masih tradisional di belakang istana Gyeongbokgung. Berkunjung ke Bukchon tentu kelihatan lebih alami, dengan jalan yang naik turun, tetapi jangan terlalu berisik karena masih ada yang meninggali rumah-rumah tersebut. Tetapi susah untuk mengenal kebudayaan masyarakat Korea di Bukchon. Untuk foto-foto akan sangat bagus sih, seperti di film Personal Taste-nya Lee Min Ho oppa. Kalau bawa anak-anak sih saya lebih menyarankan ke Namsangol. Selain jalannya tidak terlalu naik turun, ada hal-hal tertentu yang dapat dilihat oleh mereka. Bahkan kalau waktunya tempat, mereka bisa ikut memainkan permainan tradisional ataupun melihat pertunjukan.


Untuk masuk ke tempat ini, kita tidak ditarik biaya apa-apa alias gratis. Namun untuk mengikuti kegiatan kebudayaan yang ada di sana, tidak semuanya gratis. Ada beberapa kegiatan yang harus dibayar oleh pengunjung. Karena kami datang saat winter, maka kegiatannya tidak banyak. Biasanya hari Sabtu siang suka ada orang yang menikah di tempat ini, dan turis dapat berfoto bersama pengantin yang mengenakan pakaian tradisional mereka.

Selain hanok, di area ini terdapat taman yang indah dan time capsule. Time capsule ini dibuat dalam rangka memeringati ulang tahun Seoul ke 600. Pemerintah Seoul memasukkan benda-benda yang dianggap penting, berbau budaya, ke dalam suatu capsule pada tahun 1994, dan menutupnya. Capsule tersebut tidak akan dibuka sampai dengan tahun 2394. Tujuannya adalah supaya generasi mendatang mengetahui sejarah dan budaya mereka dan tetap melestarikannya. Pemikiran yang jauh ke depan. 

Namsangol Hanok Village terletak di depan Mago guesthouse. Dan untuk berjalan ke sana, tidaklah jauh. Hanya saja memang harus melewati perumahan warga dan jalannya naik turun. Suhu pagi ini memang lebih turun daripada kemarin, sekitar 5 celcius, tetapi karena faktor angin tertulisnya seperti 2 celcius. Tetapi lucunya anak-anak malah lebih senang, mereka menikmati meniup udara dan melihat ada asap (atau uap?) dari mulut mereka. Norak bukan? Mamanya juga kok:P

Kami berjalan mengikuti peta yang sudah saya cari sebelum jalan ke Korea. Karena kami berjalan dari belakang Namsangol Hanok Village, maka kami akan masuk dari taman di bagian belakangnya. Kami berjalan dan melewati time capsule. Di taman itu, karena musim dingin hanya terlihat pohon-pohon yang tidak adak daunnya. Tetapi karena banyak, malah terlihat begitu indah. Hebatnya Tuhan, bahkan dalam keadaan tak ada daun pun dahan-dahan terlihat indah. Sambil kami berjalan, kami melihat pasangan yang sedang foto pre-wedding


Akhirnya kami sampai ke depan pelataran perkampungan hanok. Di pelataran tersebut terdapat panggung yang besar. Panggung tersebut terletak di depan kolam. Biasanya panggung ini digunakan untuk pertunjukan seni. Di depannya terdapat tangga-tangga untuk duduk dan menonton. Anak-anak tidak tahan melihatnya. Mereka langsung menari dan bernyanyi sementara papa sibuk memfoto.

Atas: undakan untuk duduk yang digunakan sebagai tempat show oleh Duo Lynns
Bawah kiri: Panggung untuk pertunjukan. Bawah kanan: Pose di depan hanok dengan background N Seoul Tower
Atas: Pintu masuk Village. Bawah: denah lima buah hanok dan tour guide-nya
Peta Namsangol Hanok Village beserta time capsule dan taman. Bentuknya seperti beruang. 
Kami masuk dari bagian kepala. Sumber foto: wikipedia
Kami masuk ke dalam sebentar, dan melihat-lihat hanok dari dalam. Biasanya turis yang mengunjungi Namsangol Hanok Village melanjutkan jalan-jalannya menuju N-Seoul Tower. Tapi karena jalannya yang menanjak dan anak-anak rasanya belum mengerti juga, maka kami menghilangkan N-Seoul Tower dalam itinerary kami dan menggantinya dengan Hello Kitty Cafe di Hongdae. 

Untuk menuju Hello Kitty Cafe di Hongdae, kami berjalan kembali ke stasiun Chungmuro. Untuk ulasan yang lebih banyak tentang HK Cafe, dapat dibuka link ini.


Setelah dari HK Cafe, kami berjalan menyusuri Hongtong Street menuju stasiun Hongik. Di sepanjang jalan dipenuhi dengan orang-orang yang berjualan pakaian dan accesories yang katanya murah-murah. Jalan ke depan pun susah karena penuh dengan anak-anak muda yang memenuhi jalan-jalan ini.

Tujuan kami berikutnya adalah Myeongdong. Myeongdong merupakan salah satu daerah yang ramai di Seoul. Bahkan bagi turis yang suka berbelanja, Myeongdong adalah salah satu tujuan utama. Namun bukan hanya berbelanja, di Myeongdong banyak juga makanan enak, pertunjukan seperti Nanta, dan cafe-cafe yang tematik. Saat kami di Indonesia pun, Visit Korea di Indonesia menyarankan bagi short term visitor untuk mencari tempat tinggal di daerah Myeongdong atau Namsan.

Berjalan menyusuri Myeongdong memang seperti berjalan di Beijing. Hampir semua sales akan menyapa kami dalam bahasa Mandarin. Menurut artikel visitseoul.net yang saya baca sebelumnya, dua daerah di Seoul yang seperti berada di luar negeri yaitu Myeongdong dan Itaewon. Myeongdong seperti little China dan Itaewon seperti dunia kecil yang berada di Seoul. Pada tahun 1882 terjadi bentrokan antara tentara yang menerima pelatihan baru dengan orang-orang yang memilih pelatihan tradisional di Korea. China mengirimkan pasukan untuk membantu menundukkan konflik, yang disebut insiden Imo. Saat itulah tentara dan para pedagang datang ke Korea dan beberapa dari mereka menetap di Soul dan membuka toko menjual sutra dan barang-barang lainnya. Myeongdong pun menjadi distrik pusat untuk pedagang China. Maka tak heranlah di sayap kiri Myeongdong sudah seperti China Town, dipenuhi dengan rumah makan Chinese food ala Korea, kedutaan besar China, sekolah dasar Seoul Chinese, dan overseas association

Peta daerah Myeongdong, sumber foto: cavinteo.blogspot.com

Karena tujuan pertama kami adalah menuju MDTIC untuk foto hanbok gratis, maka dari stasiun Hongik kami naik MRT menuju Euljiro 1-ga. Kedua stasiun ini sama-sama di line 2 (line hijau). Kami keluar dari exit 6 dan berjalan lurus mengikuti peta. MDTIC terletak di gedung KEB, dan mudah untuk dikenali. Bagian pariwisata di Seoul membuat standard dengan memberikan lambang huruf i dalam lingkaran sebagai lambang tourist information center. Dan andaikan bingung, jika bertemu mas atau mbak oppa atau unnie dengan rompi merah berlambang i, tanya saja tanpa malu-malu. Mereka memang orang-orang yang bertugas membantu turis. Hebat bukan?
Tampak depan MDTIC. Sumber foto: MDTIC homepage
Berdasarkan review yang saya baca, MDTIC biasanya sangat ramai pada hari Sabtu. Dan karena sedang merayakan ulang tahun ke-2, MDTIC menawarkan banyak program dan dari yang saya baca, biasanya antri untuk foto hanbok. Bahkan saya sempat mengirim email (kebiasaan untuk memastikan langsung dari sumbernya) dan dijawab biasanya memang ramai. Tapi hari itu sepi sekali. Tidak ada antrian untuk foto. Kami langsung diantar ke ruang untuk foto hanbok. 

Petugas di sana sangat ramah, apalagi melihat kakak yang matanya besar dan adik yang mungil seperti anak Korea. Mereka membantu memilihkan baju dan memberi tahu cara untuk melakukan foto. Sistemnya adalah self service. Kita dapat memilih background yang kita inginkan, lalu tekan tombol untuk foto. Setelah itu beberapa detik kemudian kamera akan otomatis memfoto kita. Jika kita suka hasilnya, foto tersebut dapat langsung dikirim melalui email kita, kita yang masukin sendiri, dan jika tidak suka kita bisa ambil ulang. Waktu yang diberikan adalah 10 menit. Tetapi karena tidak ada antrian, kami diijinkan lebih dari 10 menit. 

Selesai berfoto, kami diminta untuk mengisi ucapan selamat ulang tahun yang dapat ditukarkan dengan souvenir. Kakak mendapatkan postcard dan adik mendapatkan pop up card. Saat saya mau mengambil undian, petugas disana kasak kusuk dan mengarahkan tangan saya mengambil undian yang mereka inginkan. Ternyata hadiahnya adalah moisturizer chia seed dari Faceshop. Dan mereka yang kesenangan saat saya mendapatkan itu. Hm...apa karena muka saya kalah mulus dari mereka ya, jadi mereka kepingin sekali saya mendapatkan hadiah itu =)). Anyway, gamsahamnida :)
Duo Lynns dengan hanbok. Sudah seperti anak Korea
Agenda kami berikutnya adalah bertemu teman SMA saya yang sedang menyelesaikan kuliah di sini. Dulu kami satu kelas saat kelas dua dan sudah lama sekali tidak bertemu. Jadi saat saya tahu mau ke Seoul, kepingin rasanya bertemu. Teman saya mendapatkan suami orang Korea. Kami janjian bertemu di MDTIC. Tak lama kemudian mereka datang. Lisa dan Daewoo, teman SMA saya dan suaminya, mengajak kami makan patjuk di salah satu tempat dessert di Myeongdong.

Patjuk (팥죽), atau bubur kacang merah, merupakan makanan ciri khas orang Korea yang biasanya dimakan saat musim dingin. Jika masyarakat Tiong Hoa merayakan winter solstice (hari terpendek dan malam terpanjang saat musim dingin) dengan makan onde atau ronde, makan masyarakat Korea mempunyai adat yang menyerupai. Pada hari raya Dongjinal, yang bertepatan dengan winter solstice (sekitar tanggal 22 Desember), masyarakat Korea memakan Donji patjuk yang berisikan onde kecil yang melambangkan telur burung yang kecil(seperti burung puyuh). Saat memakannya, jumlah onde yang dimakan harus sesuai umurnya. Bisa dibayangkan orang yang umur 70 tahun harus makan 70 onde. Sama seperti hari onde dalam tradisi orang Chinese, ada cerita tersendiri dibalik patjuk ini. Tetapi ceritanya lebih menyerupai cerita tentang latar belakang munculnya angpao (berhubungan dengan warna merah yang dapat mengusir roh jahat). 

Patjuk dipercaya dapat membuat roh jahat pergi. Merah merupakan simbol warna dari energi positif yang dapat mengalahkan energi negatif. Diceritakan pada zaman dahulu kala ada seorang yang sangat jahat meninggal karena sakit dan setelah itu ia menjadi roh jahat yang menebarkan penyakit epidemik. Masyarakat sangat takut pada monster ini. Lalu mereka teringat semasa hidupnya, roh jahat ini tidak suka sup kacang merah. Lalu mereka membuat sup kacang merah dan menebarkannya di sekitar rumah mereka. Penyakit tersebut menghilang. Sejak saat itu patjuk dipercaya sebagai makanan yang dibenci oleh roh-roh.

Namanya teman lama bertemu, ada sukacita tersendiri dan keseruan tersendiri. Berbicara dari A sampai Z, membahas segalanya. Sayangnya karena waktu yang terbatas, kami tidak dapat berlama-lama bercengkrama. Kami menyempatkan diri wefie sebelum berpisah. Agak nge-blur sih, maklum belum jago pake tongsis =)) Thank you for the dessert, Lisa and Daewoo.
Berpose bersama Lisa dan Daewoo.
감사함니다 리사 &  대우
Setelah itu kami berjalan menuju money changer. Berdasarkan hasil googling, money changer dengan rate yang bagus berada di dekat kedutaan besar China. Maka kami berjalan melalui myeongdong 4-gil. Sepanjang jalan dipenuhi dengan toko-toko kosmetik, suvenir, dan baju-baju. Bagi yang suka belanja, mungkin melalui jalan ini bisa tergoda untuk berhenti. Kami berbelok ke daerah kedutaan. Ternyata banyak kios-kios kecil yang menjual obat-obatan China. Betul-betul seperti China Town.

Untuk menukar uang, kami mencoba membandingkan rate antara satu money changer dengan money changer lainnya. Kami mendapatkan satu money changer dengan rate yang paling bagus di dekat rumah makan Chinese food. Tempatnya sih kecil, tetapi ternyata penuh dengan orang.

Kami melanjutkan perjalanan kami menuju Uniqlo flagship store. Uniqlo flagship store terletak di satu tempat dengan CGV, dekat dengan exit 7 stasiun Myeongong. Dan karena flagship store, maka barangnya lengkap. Tujuan utama adalah mencari baju untuk keponakan yang besar di negeri Paman Sam. Duo Lynns sibuk memilih kaos berkerah lengan panjang untuk kakak-kakaknya. Duo Lynns pun tak mau ketinggalan untuk mencari baju bergambar Minnie Mouse. Akhirnya ditemukan juga semi dress Minnie Mouse yang lucu dan sedang diskon :D

Berhubung sudah mulai gelap, maka kami memutuskan untuk segera makan malam. Kebiasaan kami kalau pergi-pergi adalah makan malam lebih awal supaya bisa dapat tempat, apalagi kalau tempat makannya termasuk tempat makan favorit. Tujuan kami adalah Myeongdong Kyoja. Myeongdong Kyoja adalah tempat makan mie dan kyoja atau pangsit rebus. Myeongdong Kyoja sangat terkenal dengan handmade kalguksu (mi yang dipotong dengan pisau, dibuat seperti lamien). Dingin-dingin makan mi kuah pasti enak kan.


Cara menuju Myeongdong Kyoja. Sumber: mdkj.co.kr
Saat kami datang, kami langsung disuruh ke atas. Dan sampai di atas, tempat makan penuh sekali. Tetapi kami segera mendapatkan tempat duduk. Menu di sini sangat sederhana, memudahkan pengunjung untuk memesan. Mereka menyediakan kyoja, kalguksu (mie kuah), bibimguksu (mie pedas). Kami memesan dua kalguksu dan satu porsi kyoja. Setelah seorang imo mencatat pesanan kami, kami diminta langsung membayar. Senangnya makan di Korea, tax sudah temasuk di dalam harga makanan. Dan mie-nya boleh free refill. Sambil menunggu mie mereka memberikan kimchi kepada kami. Kimchi-nya pun mantap. Tak lama kemudian, makanan yang kami pesan datang. Wah, tak perlu menambah mie juga pasti kenyang ini sih, porsinya besar sekali. Anak-anak makan dengan penuh semangat.
Menu yang kami pesan di Myeongdong Kyoja. Sumber foto: mdkj.co.kr
Selesai makan, dan setelah ke toilet, kami siap melanjutkan perjalanan kami selanjutnya menuju Lotte Mart. 
Atas: patjuk dan banana milk.
Bawah: wafel dan green tea latte di HK Cafe
Next: Lotte Mart dan Arex All Stop


Sekilas Informasi
Namsangol Hanok Village
Website: http://www.hanokmaeul.or.kr/ (dalam bahasa Korea, tetapi bisa diterjemahkan oleh Chrome)
Jam operasi:
April - Oktober: 09.00 - 21.00
November - Maret: 09.00-20.00
Tutup pada hari Selasa.
HTM: free
Cara menuju ke sana: stasiun Chungmuro exit 3 atau 4

Myeongdong Tourist Information Center (MDTIC)

Homepage: https://www.facebook.com/MyeongdongTouristInformationCenter
Jam operasi: 09.00 - 20.00
 HTM : free
Cara menuju ke sana:
Stasiun Euljiro 1-ga exit 6, jalan lurus sampai terlihat gedung KEB.

Myeongdong Kyoja: 
Website: http://www.mdkj.co.kr/en/
Jam operasi: 10.30 - 21.30
Harga makanan: semua 8.000 won, kecuali dumpling 10.000 won
Cara menuju ke sana:
stasiun Myeongdong exit 8, jalan 200m mengikuti peta
stasiun Euljiro 1-ga exit 5, jalan mengikuti peta

Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami di Seoul, silakan klik link berikut ini.