Tuesday, February 26, 2019

Kuliner di Chinatown Kuala Lumpur


Kalau mendengar kata Chinatown, pasti yang terbayang adalah tempat penginapan, kuliner, baik halal maupun non halal dan juga belanja. Hal ini sangat wajar karena memang yang namanya Chinatown selalu penuh dengan tempat makan dan barang-barang yang dapat dibeli. Tidak heran banyak orang yang suka menginap di daerah Chinatown supaya puas belanja dan juga kulineran.

Saat kami mengunjungi Kuala Lumpur kemarin, kami tinggal di daerah Chinatown. Chinatown di Kuala Lumpur tidaklah jauh berbeda dengan Chinatown pada umumnya, penuh dengan orang-orang yang ingin berbelanja dan kulineran. Berhubung kami tidak terlalu suka belanja, maka kami pun menjelajah Chinatown untuk berburu makanan. Ada dua tempat yang sempat kami kunjungi saat berada di Chinatown.

1. Shin Kee Beef Noodle
Shin Kee Beef Noodle
Tempat makan ini tidaklah sebesar yang kami bayangkan. Namun tempat ini terlihat sudah tua dan rasanya cukup terkenal. Tidak seperti tempat makan mie lainnya, Shin Kee Beef Noodle terkenal dengan mie berisi topping sapi dan olahannya seperti baso atau daging sapi. Saat kami datang, auntie yang ada memberikan menu dan kotak berisi pilihan mie. Nampaknya mie dapat diganti dengan mie lebar, kuetiau, ataupun bihun.
Shin Kee di masa dulu.
Bayar dulu baru makan ya ;)
Dari pilihan yang ada, nampaknya pemesan dapat memesan mie dengan kuah atau mie tanpa kuah. Kami memesan mie dengan kuah. Harganya cukup murah yaitu 8 RM untuk ukuran regular atau 10 RM untuk ukuran besar. Sedangkan untuk minumannya, Saat mie datang, kami pun segera menyantapnya. Dan Memang tidak heran jika review tempat makan ini begitu bagus. Baksonya begitu lembut dan terasa dagingnya. Sedangkan daging sapinya pun empuk. Kalau kata adik, lain kali harus ke sini lagi untuk makan noodle.
Mie dengan bakso sapi. 
Mie dengan daging cincang dan irisan daging sapi 

Shin Kee Beef Noodle
Alamat: Jalan Tun Tan Cheng Lock City Centre, Kuala Lumpur
Jam operasional: 10.30 – 19.00

2. Café Old Market Square
Cafe Old Market Square
Café yang sudah ada sejak tahun 1928 ini dulunya dikenal sebagai Kedai Kopi Sin Seng Nam. Kedai kopi ini dibuka oleh imigran dari Hainan, Chung Yu Ying dan saudara-saudaranya. Walau kedai kopi ini sangat terkenal, setelah beroperasi selama 85 tahun, kedai ini tutup di tahun 2003. namun di tahun 2014 kedai ini kembali dibuka dan dikenal sebagai Old Market Square, karena bangunan yang digunakan ini dulunya berada di wilayah pasar, sebelum Central Market dibangun.

Seperti layaknya kedai kopi, maka kafe ini beroperasi dari pagi. Kebanyakan yang makan adalah para karyawan yang akan pergi ke kantor. Menunya pun bervariasi dari menu sarapan seperti toast, telur setengah matang, nasi lemak, yong tau foo, chi chong fan, hingga makanan untuk makan siang seperti nasi hainan, steak, mee rojak, mee rebus, dan buah-buahan. Karena kami datang di pagi hari, maka kami pun memesan nasi lemak dan toast serta breakfast set.
Toast pesanan kami.
Breakfast set. Sayang nasi lemaknya sudah habis sebelum difoto. 
Untuk rasa, menurut kami rasanya cukup standard seperti Ya Kun Kaya Toast. Bahkan nasi lemaknya menurut kami lebih enak daripada nasi lemak yang kami makan saat di hotel ataupun di Malaka. Mungkin karena rasanya mirip kayak nasi lemak yang ada di Indonesia. Namun yang cukup mengejutkan adalah harganya yang cukup murah. Bahkan rasanya lebih murah daripada di Indonesia.

Café Old Market Square
Alamat: 2, Medan Pasar, City Centre, Kuala Lumpur
Jam Operasional: 07.00 – 18.00 (Hari Sabtu dan Minggu tutup)

Dari dua tempat yang sempat kami kunjungi, sebetulnya masih banyak daftar tempat kuliner lain yang belum sempat kami coba (karena hujan yang mendadak turun begitu deras). Mungkin di lain waktu kami akan kembali berkeliling untuk kulineran di Chinatown.

Wednesday, February 20, 2019

KLCC Suria dan Twin Tower


Jika kita berbicara tentang negara tetangga, maka rasanya semua orang sepakat bahwa saat mendengar kata Singapore yang terbayang adalah Merlion. Sedangkan saat mendengar kata Malaysia, apakah yang terbayang? Ada begitu banyak yang dapat menjadi icon dari negara yang satu ini, dari Dataran Merdeka, KL Tower, Sultan Abdul Samad, hingga Twin Tower dan KLCC Suria. Dan tentunya bagi yang baru pertama kali datang ke KL, seperti saya dan anak-anak, haruslah mengunjungi tempat-tempat ini.

Setelah konferensi di Malaka selesai, kami pun menyempatkan diri untuk main-main di KL lagi. Alasan awalnya sih karena pesawat dari KL ke Jakarta di hari Minggu lumayan mahal dan selisih tiket hari Minggu dan hari Senin bisa digunakan untuk menginap di hotel sebanyak 3 hari. Jadi akhirnya kami pun memutuskan untuk menginap di KL semalam di hari Minggu sehingga dapat melihat-lihat dua icon diatas.

Kami berencana untuk mampir ke Twin Tower dari sore hari. Tujuannya supaya kami dapat berfoto dengan dua view, saat matahari masih ada dan saat matahari mulai terbenam. Namun manusia hanya dapat berencana, Tuhan yang menentukan. Minggu sore itu hujan turun dengan lebatnya, pake banget, sampai kami pun basah terkena tampiasan hujan (yang ternyata setelah kami pulang ke Jakarta, kami membaca berita bahwa hujan yang sama ini membuat underpass di dekat KLCC terendam air). Kami pun akhirnya manis-manis di hotel sambil menunggu hujan reda.

Setelah hujan mereda, kami pun akhirnya pergi ke KLCC Suria. Untuk menuju KLCC Suria, sebetulnya kami dapat saja menaiki GOKL. Namun karena malas berputar-putar, kami pun memilih naik LRT dari Masjid Jamek ke KLCC Suria. Cukup sekali naik dan tidak usah berganti jalur.
Performance di LRT KLCC 
KLCC Suria merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang terdiri dari enam lantai. Lokasinya yang berada di bawah Petronas membuat mall ini membuat orang yang mengunjungi mall ini sekalian berfoto di Twin Tower. Di dalam mall yang sudah ada sejak tahun 1999 ini terdapat Aquaria KLCC dan Petrosains atau science center. Alternative tempat hiburan untuk anak-anak jika mengunjungi KLCC Suria. Mall ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Ampang Mall, Park Mall, dan Ramlee Mall. Jadi kalau masuk ke dalam dan melihat nama-nama tersebut, jangan berpikir kalau kita salah masuk mall (seperti saya) =D

Selain itu, di bagian luarnya terdapat taman KLCC yang cukup luas. Biasanya pukul delapan malam akan ada pertunjukan lampu dan laser di danau di taman ini. Kalau kata papa, spot yang paling bagus untuk berfoto dengan latar belakang Twin Tower adalah dari taman ini. Saat kami tiba, banyak orang yang berdiri di pelataran mall yang mengarah ke taman ini. Ternyata hujan masih turun sehingga mereka menunggu hujan berhenti untuk kembali jalan-jalan di taman ini.

Kami pun memutuskan untuk makan malam dahulu. Siapa tahu setelah makan, hujan sudah reda. Sebagai mall besar, pastinya ada banyak pilihan makan di KLCC Suria, dari western hingga eastern, bahkan masakan Indonesia pun juga ada. Pilihan kami adalah Signatures Food Court yang berada di lantai 2. Katanya sih di salah satu sudut lantai ini, ada spot untuk melihat ke taman dan dapat melihat pertunjukan lampu.
Ipoh Noodle
Fish Ball and Wanton Noodle
Suasana di Food Court
Saat kami selesai makan, ternyata hujan di KL mirip dengan hujan di Jakarta, suka awet. Akhirnya kami berputar-putar di dalam mall dan supermarket. Kami pun menyerah dan kembali ke hotel. Sambil berharap siapa tahu besok cerah.

Keesokan harinya cuaca jauh lebih cerah daripada kemarin. Setelah makan pagi di daerah Chinatown, kami pun kembali naik LRT menuju KLCC. Tujuan kami jelas, yaitu untuk berfoto dengan background Twin Tower.

Twin Tower yang disebut juga Petronas Twin Tower ini sebenarnya adalah dua gedung perkantoran yang identik bentuknya. Oleh karena itu dua gedung ini disebut Twin Tower. Gedung ini terdiri dari 88 lantai mempunyai ketinggian 452 meter dan dihubungkan dengan sky bridge yang panjangnya 58 meter. Gedung pertama digunakan oleh perusahaan minyak Petronas dan perusahaan-perusahaan Malaysia yang berasosiasi dengan Petronas. Sedangkan gedung kedua digunakan oleh perusahaan multinasional.

Twin Tower yang diresmikan pada tahun 1998 terkenal sebagai gedung tertinggi mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh Willis Tower di Chicago yang panjangnya 442 meter. Tetapi pada tahun 2004, Twin Tower tidak dikenal lagi sebagai gedung tertinggi di dunia karena adanya Taipei 101 yang tingginya 508 meter.
Twin Tower dari sisi depan. 
Kami pun berfoto dari depan gedung perkantoran ini. Namun hasilnya memang tidak begitu bagus. Akhirnya kami pun masuk kembali ke dalam mall untuk menuju Taman KLCC. Ternyata jam buka Taman KLCC ini lebih awal dari jam buka KLCC Suria. Dan saat kami tiba, ada banyak mahasiswa IPB yang berada di dalam taman ini. Mungkin ada karya wisata.
Akhirnya dapat berfoto juga di sini. Terima kasih kakak mahasiswa :)
Karena waktu yang terbatas, kami pun segera kembali ke hotel untuk segera menuju bandara. Mungkin lain kali kami sempat untuk berfoto di taman ini saat malam hari. :) 
Taman KLCC

Friday, February 8, 2019

Review Ibis Hotel Malaka

Masih mengenai penginapan di Malaka, saat di Malaka kemarin, selain menginap di SGI Vacation Club, kami pun menginap di hotel Ibis Malaka. Mengapa? Alasan sederhananya adalah karena Family Conference yang kami ikuti diselenggarakan di hotel tersebut. Melihat jadwal yang padat, ditambah lagi banyaknya kegiatan di malam hari, kami pun memutuskan untuk mengikuti keluarga yang lain tinggal di hotel tersebut. Keputusan kami tepat dan kami pun sangat menyukainya.
Lobby hotel yang langit-langitnya mirip dengan Venesian 
Ibis Malaka terletak di Little India, tepatnya di Jalan Bendahara. Hotel ini berjarak kurang lebih 800 meter dari pusat historical site dan Jonker Street. Walaupun terkesan lumayan jauh, namun ternyata tidak sejauh yang dibayangkan. Apalagi kami berjalan melalui riverside. Dapat dikatakan Ibis Melaka termasuk strategis.

Hotel ini memiliki 6 tipe kamar. Kami memilih standard room dengan 2 ranjang berukuran single. Kamar ini berukuran 22 meter persegi, yang menurut kami cukup luas (akibat terbiasa menginap di guesthouse). Di dalam kamar disediakan kulkas mini yang lumayan untuk menyimpan minuman-minuman. Kamar yang kami tempati pun bersih dan menyenangkan.
Kamar mandi yang unik dengan lantai dari 'bata'
Kamar Standard dengan 2 ranjang. 
Bagaimana untuk makanan? Ibis Malaka mempunyai restoran yang bernama Ibis Kitchen. Di pagi hari restoran ini menyediakan berbagai macam makanan. Dari ala Chinese Food seperti dimsum, ala western, hingga ala Melayu pun ada. Sayangnya untuk anak-anak yang berusia diatas 5 tahun sudah dikenakan biaya setengah harga dari harga yang orang dewasa.
Ibis Kitchen di pagi hari. Masih sepi 
Selain itu, karena lokasinya yang strategis, kami pun dapat mencari makan di sekitar tempat ini. Di samping hotel terdapat kedai Chinese food yang makanannya enak dan harganya murah. Beberapa toko di sebelah hotel pun terdapat Saravanna yang menual makanan India. Sedangkan di ujung jalan Bendahara terdapat Chicken Rice Ball Famosa. Dan dua blok setelah itu terdapat food court yang menjual banyak makanan seperti laksa, wanton noodle, dan coconut shake. Intinya, banyak sekali makanan di sekitar hotel ini.
Restoran India, agak mirip dengan Restoran Padang
Selain tempat makan, di sekitar hotel pun terdapat banyak toko. Di seberang hotel terdapat bakery dengan kue-kue yang enak dan murah. Masih di deretan yang sama juga terdapat klinik dan toko obat. Di deretan itu juga terdapat minimarket 7-11. Jika ingin mencari oleh-oleh, ternyata di dekat sini juga terdapat Tan Kim Hock, tempat snack dengan harga yang murah.
Kedai di dekat hotel Ibis  
Selain lokasi dan kebersihan, kami juga menyukai keramahan staf yang ada. Salah satu staf di sini adalah orang Indonesia asal Medan. Ternyata banyak orang Medan yang bekerja di Malaka. Hal ini wajar karena jarak dari Medan ke sini cukup dekat.

Pengalaman kami tinggal di sana selama empat hari cukup menyenangkan. Nampaknya hotel ini pun dapat menjadi alternatif bagi para traveler yang menginap di Malaka.
Ibis Malaka