Friday, November 30, 2018

Short Trip di Kuala Lumpur: Jalan-Jalan di Bukit Bintang

KL Tower yang tertutup kabut.
Berawal dari kunjungan kami ke Legoland satu setengah tahun yang lalu, kami menjadi penasaran dengan tempat-tempat yang ada di Kuala Lumpur. Namun kalau hanya bertujuan mengunjungi KL saja, rasanya kami belum seniat itu. Akhirnya kesempatan itu datang juga.

Tahun ini kami berencana untuk mengikuti Family Conference bagi para homeschooler. Biasanya kegiatan ini dilakukan di Melaka, yang berarti kami harus naik pesawat ke KL, baru naik bus ke Melaka. Tiba-tiba di bulan Februari kemarin, Airasia mengadakan promo kursi gratis (yang biasanya tidak pernah dilakukan sebelum GATF fase 1. Dan tiba-tiba juga ada wacana ada kemungkinan konferensi dilakukan di KL dengan tanggal maju satu hari daripada di Melaka. Berhubung promo tiket murah, maka kami pun mengambil tanggal yang aman sehingga dimanapun konferensi dilakasanakan, kami dapat mengikuti tepat waktu.

Singkat cerita, diputuskan konferensi tetap diadakan di Melaka. Yang berarti kami punya waktu bebas satu hari untuk bermain di KL. Kami pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kami mengatur jadwal supaya kami dapat menikmati jalan-jalan tanpa harus membuat kami kecapekan sebelum konferensi dimulai. Karena memang tujuan utama kami kan mengikuti konferensi.

Walaupun terjadi perubahan jam keberangkatan dari siang menjadi subuh dan menjadi jalan jam 8 pagi, kami tetap bersemangat tingkat tinggi. Maklum, pertama kalinya kami jalan-jalan ke sana. Begitu tiba di KLIA2, terminal untuk budget airline, kami pun segera menuju bagian imigrasi. Sempat bingung juga karena kami tidak mendapatkan form apapun untuk diisi. Ternyata memang tidak ada form apapun yang harus diisi.
KLIA2 
Tujuan utama kami setelah mengambil bagasi adalah membeli simcard untuk telephone. Begitu keluar dari hall, ada banyak Kalau biasanya kami memang tidak pernah roaming atau membeli simcard, namun karena kami akan banyak menggunakan grab di sini, maka kami pun mencari simcard. Di Malaysia ini ada beberapa provider yang menawarkan paket untuk turis. Biasanya ada paket 7 hari dan 14 hari, tergantung kebutuhan dan penggunaannya. Berhubung kami akan berada selama 8 hari di Malaysia, maka kami pun memilih menggunakan U-Mobile yang mempunyai paket untuk 10 hari. Toh hanya untuk memesan grab. Sayangnya paket yang kami cari ini tidak ada di bandara. Maka kami pun melanjutkan kegiatan kami dengan mencari tempat untuk makan siang.
Outlet simcard di bagian kedatangan 
Di KLIA2 ini terdapat banyak tempat makan yang dapat dipilih. Pilihan kami pun jatuh kepada Subway. Pilihannya tidak sebanyak saat kami di Singapore, tetapi cukup mengobati kerinduan anak-anak akan makanan satu ini. Sayangnya acara makan kami kali ini tidak begitu tenang karena banyak lalat yang sibuk berkeliling di sekeliling tempat makan. Memang KLIA2 tidak sebersih Soekarno Hatta.

Agenda kami selanjutnya adalah menuju downtown. Untuk menuju KL, ada beberapa cara yang dapat dipilih. Yang pertama cara yang paling nyaman, yaitu naik taksi atau grab. Kita dapat langsung ke tempat tujuan. Tetapi tentu harganya juga lumayan. Cara kedua adalah naik public transport menuju KL Sentral. KL Sentral merupakan terminal atau stasiun yang melayani semua jenis transportasi yang ada di KL, yaitu monorail, LRT, dan bus.

Ada dua moda transportasi yang dapat dipilih. Yang pertama adalah kereta KLIA Ekspress. Dengan naik kereta, dalam waktu kurang lebih 40 menit. Harganya pun berasa di kantong, yaitu 55 RM. Yang kedua adalah dengan menaiki bus Aerobus atau Skybus menuju KL Sentral. Waktu yang ditempuh adalah 60 menit, namun harganya hanya 12 RM untuk dewasa dan 6 RM untuk anak-anak. Pilihan kami tentu jatuh ke bus.

Setelah tiba di KL Sentral, kami pun segera naik LRT menuju hotel tujuan kami, yaitu Ahyu Hotel. Saat kami tiba, hujan turun deras sekali. Berhubung anak-anak kelaparan lagi, apalagi semenjak tiba di KL adik menjadi batuk pilek, maka kami pun mampir ke supermarket di dalam stasiun, yaitu mynews.com. Dan ternyata di supermarket ini juga dijual simcard yang kami inginkan dengan harga 8.5 RM. Lumayan juga bukan?

Setelah selesai meletakkan barang-barang kami, petualangan kami di KL ini pun dimulai. Tujuan kami saat itu adalah menuju daerah Bukit Bintang. Bukit Bintang merupakan daerah yang cukup terkenal dikalangan turis. Bahkan tempat penginapan pun cukup banyak di kawasan ini. Di kawasan ini terdapat banyak tempat perbelanjaan dan tempat makan, dari yang budget sampai yang wah, seperti Pavilion, Lot 10, Alor Food Court, Sungei Wang, dan sebagainya. Tujuan kami adalah ke Sungei Wang. 

Untuk berkeliling di Kuala Lumpur, kami memanfaatkan GOKL. GOKL merupakan circular shuttle bus yang disediakan untuk para turis secara gratis. Cukup berdiri di tempat pemberhentian yang ditentukan, maka dalam jangka waktu 10 sampai 15 menit sekali bus tersebut akan datang. Dari Chinatown kami pun naik GOKL Purple menuju Bukit Bintang.

Nampaknya hujan masih bersemangat untuk turun sore itu. Saat kami masuk ke dalam bus, hujan turun dengan sangat deras. Kami pun turun di dekat Pavilion, dengan pertimbangan mencari pemberhentian yang dekat dengan gedung. Dan untungnya saat kami turun, hujan sudah sedikit mereda.

Sungei Wang Plaza terkenal sebagai tempat perbelanjaan seperti ITC. Di dalam plaza yang sudah beroperasi sejak dari tahun 1977 ini terdapat beberapa brand terkenal seperti Giordano, Daiso, dan tempat makan lainnya. Di sini juga ada supermarket Giant. Biasanya orang datang ke sini untuk berbelanja, karena harganya yang miring dan untuk menukarkan uang. 
Dekorasi Deepavali yang terbuat dari beras yang diwarnai. 
Money changer di sini sangatlah banyak dan terkenal mempunyai rate yang bagus, termasuk untuk rupiah. Kami berkeliling di sekitar tempat penukaran uang dan menemukan bahwa MaxMoney memberikan rate yang bagus. MaxMoney sendiri ada dua outlet dan rate-nya berbeda. Tetapi letaknya saling berdekatan. Jadi mudah untuk memeriksa mana yang memberikan rate yang bagus. Dan memang menukar Ringgit dari Rupiah jauh lebih bagus rate-nya saat di sana.

Setelah menukarkan uang di Max Money, kami pun berjalan menuju Alor Food Court. Tujuan kami adalah mencari makan malam. Alor Food Court sendiri merupakan jalanan yang terdiri dari banyak tempat makan. Dari makanan khas Nyonya, Chinese Food, India, Thailand, sampai makanan khas Indonesia juga ada. Di sepanjang jalan juga terdapat banyak coconut drink alias air kelapa. 
Duren bagi yang suka duren.
Makanan Kamboja.
Pilihan kami jatuh ke Chinese Food yang menjual nasi dan lamian atau mie. Rasanya makan makanan berkuah setelah hujan akan enak. Anak-anak memilih untuk makan mie dan kami memilih untuk makan nasi. Pesanan kami pun datang dengan cepat dan ludes dengan cepat juga.
Wantan Noodle pilihan kakak.
Fishball Noodle pilihan adik.
Setelah makan, kami pun berjalan menyusuri Jalan Alor. Semakin menyusuri Jalan Alor, semakin hijau mata kami. Pilihan makanan yang bermacam-macam membuat kami ingin makan kembali. Apa daya kami sudah kekenyangan. Kata kakak, di sini seperti di Myeongdong, banyak street food. Memang kalau dipikir-pikir, agak mirip dengan street food di sana. 
Air Kelapa hanya 5RM.
Jalanan yang mulai padat dengan turis dan warga setempat yang mencari makan.
Kami pun memutuskan kembali ke hotel tempat kami menginap. Berhubung rasanya sudah lelah, maka kami pun memilih untuk menggunakan Grab. Dan ajaibnya, harga Grab dengan naik public transport lebih murah naik Grab :)
Suasana malam hari di Bukit Bintang

Sunday, November 25, 2018

Review Ahyu Hotel Kuala Lumpur


Awal bulan ini kami mengikuti Family Conference di Melaka. Melaka sendiri merupakan salah satu negara bagian di Malaysia. Sayangnya tidak ada pesawat yang langsung menuju Melaka dari Jakarta. Untuk menuju negara bagian ini, kami harus terbang dulu ke Kuala Lumpur, baru melanjutkan perjalanan menuju  Melaka dengan menggunakan bus. 

Berhubung kami mendapatkan tiket murah saat ada promo kursi gratis, maka kami mempunyai waktu lebih lama sebelum Family Conference dimulai. Dan karena ini adalah pertama kalinya bagi saya dan anak-anak menginjakkan kaki di KL, maka kami pun membuat agenda untuk berjalan-jalan terlebih dahulu. Akhirnya kami menjadwalkan untuk menginap satu malam di KL, baru melanjutkan perjalanan ke Melaka.

Tempat mana sih yang enak untuk menginap di Kuala Lumpur? Pasti banyak orang menjawab daerah Bukit Bintang. Hal ini wajar, karena di daerah Bukit Bintang banyak sekali tempat-tempat wisata dan kuliner yang gampang dicari. Namun kami mempunyai opsi lain.

Karena kami akan ke Melaka dengan menggunakan bus, maka kami mencari penginapan yang aksesnya mudah alias tidak jauh dari stasiun LRT. Kenapa LRT? Karena stasiun bus menuju Melaka yaitu Terminal Bersepadu Selatan (TBS) terhubung dengan stasiun LRT Bandar Tasik Selatan (BTS). Jadi akan lebih mudah jika kami tidak menyeberang antara LRT, monorail, dan komuter. 

Pilihan kami saat itu pun jatuh ke Ahyu Hotel. Di Agoda, Ahyu Hotel termasuk hotel yang ada di kawasan Chinatown. Walau Ahyu Hotel termasuk hotel bintang dua, namun review Ahyu Hotel pun bagus, yaitu 8.8 dari 10 (kami sengaja mencari hotel yang review diatas 8 karena banyak yang mereview walau hotelnya bagus dan score diatas 8, bisa jadi bermasalah dalam hal kebersihan). Jaraknya yang hanya berkisar 100 meter dari stasiun LRT membuat kami pun memilih hotel ini.

Walaupun termasuk dalam kawasan Chinatown, lokasi Ahyu Hotel lebih berada di perbatasan Chinatown dan Little India. Jadi toko di sekelilingnya adalah toko-toko yang menjual pernak-pernik dan cemilan khas India. Apalagi saat kami datang adalah malam Deepavali. Sepanjang jalan dipenuhi dengan persiapan menyambut Deepavali.
Persiapan menyambut Deepavali 
Saat kami masuk ke dalam hotel, kami pun disambut dengan ramah dengan petugas yang ada. Mereka menerangkan bahwa ada deposit 50 RM dan pajak wisata sebesar 10 RM per malam (yang keduanya sudah kami ketahui saat membaca kebijakan yang mereka cantumkan di Agoda). Namun ternyata ada tambahan 6% service tax yang belum termasuk. Semua pajak tersebut dibayarkan saat kami check in.
Kebijakan Ahyu Hotel dan Pemerintah.
Internet station yang disediakan oleh Ahyu Hotel. 
Seperti biasa, kami memilih kamar windowless atau tanpa jendela. Dengan pertimbangan toh hanya untuk dipakai tidur, dan selama ini saat kami menginap di Mago, Step Inn, ataupun The Fragrance, kamar tanpa jendela pun tetap bersih. Dan kami pun mendapatkan bahwa kamar yang kami tempati bersih.
Twin room without window. Bersih dan tidak sumpek. 
Perlengkapan di kamar.
Yang kami suka dari kamar kami adalah walaupun tidak luas, namun mereka menatanya dengan baik. Jadi kamar tidak terasa sumpek. AC di Ahyu Hotel luar biasa dingin, mungkin juga karena hari itu hujan deras sekali. Belum lagi kamar mandi yang bersih dan tersedia air panas. Peralatan mandipun disediakan dengan lengkap.
Kamar mandi dengan sekat.
Yang menjadi kekurangan dari hotel ini adalah Ahyu Hotel tidak menyediakan sarapan. Walaupun demikian, di sekitar hotel banyak tempat makan yang buka dari pagi, baik restoran cepat saji ataupun makanan lokal. Selain itu mungkin karena lokasinya, di sepanjang jalan dari stasiun menuju hotel terdapat beberapa pengemis yang tidur dan mengemis di pinggir jalan. Kami cukup kaget juga karena ternyata di kota besar seperti Kuala Lumpur masih ada juga pengemis.
Malam Deepavali yang ramai di kawasan ini.  
Bagaimana saat kami check out? Proses check out berlangsung cepat. Setelah kami turun dan petugas memeriksa kamar yang kami tinggalkan, dalam waktu kurang dari 5 menit deposit kami dikembalikan utuh. Secara keseluruhan, kami tidak keberatan untuk menginap di sini lagi karena lokasinya yang dekat dengan stasiun LRT dan dekat dengan daerah gedung tua alias Colonial Walk
Koridor hotel yang unik.