Monday, October 23, 2017

Birthday Treat at Holycow Sabang


Kalau ditanya pernah dengar nama Holycow, kami pasti menjawab pernah. Tetapi jika ditanya pernah makan di sana? Jawaban kami selalu belum. Ada rencana? Belum juga. Namun akhirnya bulan lalu kami mencoba untuk makan di sana.

Diawali oleh teman baik kami di gereja yang menceritakan bahwa Holy Cow mempunyai promo free menu untuk pengunjung yang berulang tahun, kami jadi penasaran. Apalagi Duo D, teman baik Duo Lynns, selalu bercerita bahwa saat ulang tahun, mereka akan pergi ke Holycow. Akhirnya kami pun mencoba untuk pergi ke sana. Awalnya kami mau mencoba saat ulang tahun kakak, namun karena satu dan lain hal kami tidak jadi pergi. Akhirnya kami kesampaian juga ke sana saat ulang tahun papa. 

Holycow sudah ada sejak tahun 2010, dengan bentuk warung tenda di daerah Radio Dalam. Karena penggemarnya yang banyak, akhirnya berkembang menjadi tempat makan. Bagi yang belum pernah ke Holycow, seperti kami, pasti tidak tahu kalau Holycow itu ada dua jenis. Yang pertama Steakhouse by Chef Afit dan yang kedua Steak Hotel. Apa sih perbedaannya? Seperti rumah makan Nyonya Suharti yang satu logonya ayam dan yang satu logonya nyonya karena pecah kongsi, Holycow juga mengalami hal yang sama. Pecah kongsi ini terjadi di tahun 2012 dan  menjadi Steakhouse by Chef Afit dengan logo kepala sapi yang dipegang oleh pasangan suami istri Afit-Lucy dan steak hotel Holycow dengan logo sapi secara utuh yang dipegang oleh pasangan suami istri Wanda-Wynda .
Kiri: logo steak hotel Holycow. Kanan: Logo steak house Holycow
Apa saja yang disajikan di situ? Namanya juga steak, ya berarti jualannya tidak jauh-jauh dari western food seperti steak, burger, dan side dish ala western seperti onion ring, fries, wedges, sautee, sosis dan sebagainya. Saat kami melihat menu, pilihan daging yang ada adalah sapi, ayam, dan domba. Kebanyakan memang menu sapi, baik lokal maupun nonlokal. Katanya sih di sini yang paling terkenal adalah wagyu-nya. Sedangkan bagi yang berulang tahun, Holycow memberikan free menu holychicken burger.
Atas: fried mushroom with cheese sauce. Bahwa: plater.
Beef steak, wagyu dan sirloin
Kami mengunjungi Holycow TKP Sabang. TKP di sini bukanlah Tempat Kejadian Perkara, melainkan Tempat Karnivora Pesta. Kreatif juga sih menggunakan istilah TKP dan bukannya cabang. Holycow di Sabang terletak di lantai 5 gedung Seremanis. Di lantai 5 ini ada dua section yang tersedia, indoor dan outdoor. Yang outdoor lebih seperti rooftop garden. Rasanya seru sih makan di luar, tetapi ternyata di luar itu pengunjung boleh merokok. Kami membatalkan niat kami untuk makan diluar dan memilih untuk makan di dalam.
Suasana rooftop garden Holycow Sabang
Menurut bocoran dari Duo D, walau namanya burger, namun porsinya lumayan besar. Berhubung pudding ulang tahun papa masih menanti kami di rumah, kami hanya memesan satu tambahan menu yaitu chicken steak. Toh kalau ternyata kurang kenyang, kami masih mendapatkan dessert sebagai freebies kami. Untuk kentangnya, kami mencoba mashed potato dan french fries. Kami tidak perlu menunggu terlalu lama dan datanglah chicken steak kami. Tidak lama setelah itu, burger chicken datang juga.
Chicken Steak, agak pucat tanpa wortel
Burger yang datang lumayan besar, dan kentangnya yang banyak merupakan nilai tambah untuk anak-anak. Bagaimana rasanya? Duo Lynns langsung bilang enak. Dan memang ayamnya ada rasa alias tidak hambar, tanpa saosnya pun tetap enak. Saos yang kami pilih adalah mushroom sauce, supaya anak-anak bisa makan. Jarang-jarang kakak suka saos yang creamy, namun kali ini dia suka saosnya. Bagi saya, tampilannya memang agak pucat, namun rasa bayamnya mantap dan enak sekali. Walau ditumis, tetapi bayamnya empuk. Mashed potatonya pun lumayan rasanya.
Holychicken burger dengan hujaman pisau =D
Untuk dessert, Holycow menyediakan ice cream dan cake. Berhubung cake sudah habis, makanan di sini cepat habisnya, maka kami memilih ice cream vanilla. Ice cream vanillanya cukup lembut dan diakhiri dengan permintaan anak-anak untuk nambah lagi.
Dessert dan pilihan minuman yang ada
Ada juga Kids meal 
Pengalaman pertama kami dengan Holycow cukup menyenangkan. Kami pulang dengan hati senang karena dapat free menu dan perut yang kenyang. Mungkin lain kali kami akan mencoba menu sapinya, di TKP lainnya yang mudah parkir. ;)
Mickey Mouse Matcha Pudding buatan Duo Lynns yang menanti kami di rumah
Sumber foto: Steak Hotel by Holycow.

Steak Hotel by Holycow TKP Sabang
Website: www.holycowsteak.com
Alamat: Gedung Sere Manis lantai 5
Jl. K.H. Agus Salim no 16, Kebon Sirih. Jakarta Pusat. 10340
No telp: 021-31906420
Jam buka: 11.00 - 22.00

Friday, October 13, 2017

Galeri Indonesia Kaya

Apa sih yang biasa kita lakukan saat berkunjung ke mall? Biasanya tidak jauh dari makan, ke cafe, window shopping (baca: hanya jalan-jalan di dalam mall, seperti kami), dan juga belanja. Namun ada kegiatan lain yang dapat dilakukan di Mall Grand Indonesia. Tidak banyak yang tahu bahwa di Grand Indonesia ada suatu ruangan yang disebut Galeri Indonesia Kaya (GIK). Apakah GIK? Galeri Indonesia Kaya berada di West Mall lantai 8, satu lantai dengan CGV. GIK merupakan ruang edutainment budaya persembahan Bakti Budaya Djarum Foundation, yang sebagian besar display-nyaseperti alat musik tradisional, mainan tradisional, baju adat, dan semua informasi lainnya, dikemas secara digital dan interaktif. Kami sempat mengunjunginya bersama teman-teman.

Saat masuk, setiap makanan dan minuman dititipkan terlebih dahulu. Mungkin supaya tidak ada yang makan dan minum di dalam sana. Masuk ke sini pun gratis alias tidak dikenakan biaya. Cukup menarik, bukan? Saat masuk, kami seakan memasuki bioskop, gelap soalnya. Kami disambut oleh putra-putri Indonesia dalam pakaian daerah dari tiap-tiap daerah, namun secara digital. Kakak sibuk mencari yang mana Jawa Tengah. Sedangkan adik, karena sempat manortor di pentas baletnya, sibuk menunggu sampai Ucok dan Butet muncul di layar. Setelah itu kami melangkah menuju area video mapping. Area ini berisi bentuk wayang kulit dengan tokoh-tokoh dalam Mahabarata, baik Pandawa maupun Kurawa. Siapa yang seru kali ini? Bukan anaknya, tetapi mamanya (mamanya penggemar cerita Mahabarata).
Putra-putri Indonesia dengan baju adat daerah yang menyambut kami. 
Sumber foto: allaboutlynns.blogspot.com
Video Mapping mengenai Pandawa dan Kurawa
Masuk lebih dalam lagi, kami dihadapkan dengan banyaknya monitor touch screen. Yang pertama adalah Melodi Alunan Daerah. Monitor ini menampilkan gambar alat musik tradisional Indonesia. Anak-anak pun seru dengan acara menyentuh, membuat aransemen sendiri dan mendengarkan bunyinya. Di sebelah Melodi Alunan Daerah, terdapat monitor touch screen yang berjudul Kaca Pintar Indonesia. Di sini terdapat kumpulan objek budaya di seluruh nusantara, mulai dari pariwisata, kuliner, kesenian, dan tradisi. Saat disentuh, muncullah papeda, makanan khas orang Maluku yang terbuat dari sagu. Di sebelah Kaca Pintar Indonesia terdapat Jelajah Indonesia. Jika tadi kita mengenal Indonesia dari segi budaya, maka monitor yang satu ini membahas seluk beluk budaya Indonesia dari banyak sisi, seperti dari sisi geografis, kebiasaan, dan asal usul. 
Searah jarum jam dari kiri atas: Pakaian adat interaktif, Jelajah Indonesia,
Melodi Alunan Daerah dan Kaca Pintar Indonesia.
Sumber foto: allaboutlynns.blogspot.com
Setelah puas melihat segala hal yang berhubungan dengan kekayaan Indonesia melalui monitor, anak-anak diperkenalkan dengan tokoh-tokoh perwayangan. Cara memperkenalkannya pun cukup menarik, melalui media interaktif mengenai pakaian yang dipakai mereka. Anak-anak bergerak maju dan mundur untuk menyesuaikan kostum dengan badan mereka. Agak susah memang karena badan mereka kecil, namun mereka tetap berusaha agar pas di badan mereka. 

Sementara sebagian anak mengantri, sebagian anak lagi menikmati virtual reality di Selasar Santai. Di sini terdapat beberapa tablet yang bebas dipakai, dan juga sofa, lumayan mama-mamanya dapat mengamati anak-anak sambil duduk manis. Beberapa anak-anak yang sudah besar mencoba permainan interaktif di Jelajah Indonesia. 

Di dalam galeri ini terdapat satu auditorium. Auditorium ini memang tidak begitu luas, tapi dapat menampung 150 orang. Auditorium ini sering digunakan untuk tontonan budaya, mulai dari senin panggung, musik, pemutaran film, diskusi budaya, seminar dan workshop. Itu semuanya gratis. Saat kami datang kemarin, pihak GIK mengadakan workshop tentang pembuatan ondel-ondel dari kertas.
Ondel-ondel yang kami buat.
Di bagian akhir di GIK terapat kerajinan-kerajinan yang dapat dibeli. Tetapi yang menarik perhatian kami adalah buku besar dengan tulisan honocoroko dan artinya dalam bahasa Jawa. Tulisannya adalah seperti ini.
ngelmu iku kalakone kanthi laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setya budya pangekese durangkara. 
Ini merupakan bahasa Jawa yang halus. Saya bertanya ke teman-teman yang lumayan jago bahasa Jawa. Ada dua arti yang dapat menggambarkan kalimat diatas. Jika diterjemahkan, artinya kurang lebih seperti ini: "Ilmu itu hanya dapat dicapai dengan laku, dimulai dengan niat yang teguh, arti kas menjadikan sentosa. Iman yang teguh untuk dapat mengatasi segala godaan rintangan kejahatan". Terjemahan berikutnya yang saya dapatkan adalah: "Untuk dapat memahami ilmu harus dengan cara, cara penyampaiannya dengan cara yang khas, artinya khas berusaha keras memperkokoh karakter, kokohnya budi (karakter) akan menjauhkan diri dari watak angkara".
Buku besar dengan tulisan Jawa
Bagi kami, kalimat yang penuh dengan hikmat tersebut berarti tanpa adanya iman dan karakter, maka ilmu yang didapat bisa disalahgunakan. Dan memang betul, tanpa adanya iman dan karakter, ilmu yang ada dapat menjadi boomerang bagi kita. Itulah sebabnya iman dan karakter harus mendahului pengetahuan bukan?
Kerajinan-kerajinan yang dapat dibeli 
Target Duo Lynns selanjutnya adalah mengajak sepupu-sepupunya untuk mengunjungi tempat ini bersama-sama.Ya, kapan lagi dapat melihat kebudayaan Indonesia disajikan dengan cara yang berbeda dan interaktif.

Galeri Indonesia Kaya
http://www.indonesiakaya.com
Grand Indonesia, West Mall lantai 8
Telepon: 021-23580701
Jam buka: 10.00 - 22.00

Wednesday, October 4, 2017

Berkeliling Ibu Kota dengan Mpok Siti, City Tour Bus Jakarta

Pertama kali kami mendengar tentang mpok Siti alias Jakarta City Tour Bus, sekitar Februari 2014, kami penasaran banget. Rasanya seperti mimpi City Tour Bus ada di Jakarta. Belum lagi ternyata bus tersebut gratis. Bus wisata ini dikelola oleh PT Transportasi Jakarta. Bus yang beroperasi dengan menelusuri ikon dan landmark yang ada di kota Jakarta ini dilengkapi dengan audio yang menjelaskan latar belakang dari setiap lokasi yang disinggahi dan petugas yang ada di dalam bus juga dapat memberikan penjelasan mengenai setiap ikon yang dilalui. Wah, too good to be true. Sudah bus tingkat, pakai AC, bisa hop on hop off di tempat-tempat yang sudah disediakan, dan ada penjelasannya pula. Padahal City Tour Bus atau Hop On Hop Off Bus di negara lain harus bayar. 

Kami pun berencana mencoba. Karena katanya bus akan berhenti di setiap halte yang ada tulisan bus wisata, maka kami memilih untuk mencoba dari Sarinah, dengan asumsi bisa parkir mobil di situ. Namun setelah hampir 1 jam menanti dan tidak ada bus yang berhenti, hanya numpang lewat, maka kami pun membatalkan naik bus ini dan menggantikannya dengan menikmati es krim di Mc Donald's untuk menghibur dua anak kecil dan satu oma.
Penampakan bus wisata. Sumber foto: metrotvnews.com
Masih dalam rangka penasaran, saat libur lebaran kami mencoba lagi untuk naik bus ini. Kali ini kami menunggu di halte Bundaran HI dekat Plaza Indonesia. Katanya sih bus wisata lebih banyak yang berhenti di situ. Antriannya lumayan, namun tidak diberi jalur. Kebayang dong semrawutnya, apalagi budaya antri masih sekedar slogan saja. Kami pun membatalkan lagi untuk naik bus wisata setelah 1 jam mengantri. Acara  naik bus digantikan dengan melihat-lihat Plaza Indonesia (hanya melihat, tidak bermain apalagi berbelanja =D). 

Apakah kami masih penasaran untuk naik bus ini? Tentu saja. Akhirnya beberapa bulan lalu, saat kami main ke kantor pos Pasar Baru, kami berencana untuk mewujudkan keinginan anak-anak naik bus wisata. Saat itu mobil kami diparkir di kantor pos. Setelah itu kami menyeberang melalui jembatan penyeberangan dan menunggu di bawah jembatan tersebut. 10 menit kemudian, bus wisata pun datang. Petugas yang ada memberikan 4 tiket kepada kami. Kami pun segera naik ke bagian atas. 
Tiket bus wisata, gratis :)
Awalnya ada tiga rute yang dapat dinikmati. Namun sekarang sudah berkembang menjadi enam rute: History of Jakarta, Jakarta Modern, Jakarta culinary, Jakarta Skyscraper, Jakarta Open Space, dan Cagar Budaya. 5 rute dimulai dari Masjid Istiqlal, yaitu History of Jakarta (Museum BI), Jakarta Modern (Bundaran HI), Jakarta culinary (Kota Tua), Jakarta Skyscraper (Bundaran Senayan), dan Cagar Budaya (Tanjung Priok). Hanya Jakarta Open Space yang dimulai dari Balai Kota menuju Kalijodo.
Rute yang ada. Sumber foto: transjakarta.co.id
Rute Balaikota -Kalijodo. Sumber foto: Jakarta.go.id
Bus yang kami naiki berhenti di Masjid Istiqlal, depan halte Juanda. Banyak orang turun dan kami duduk manis di bagian paling depan di atas. Karena Istiqlal merupakan titik awal, maka bus yang ada berhenti dan menunggu penumpang agak lama, kurang lebih 15 menit. Sambil menunggu, kakak jadi teringat bacaan yang pernah dia baca mengenai perancang masjid Istiqlal, yaitu Frederich Silaban. Kami pun menggunakan kesempatan untuk mengingatkan kakak tentang tenggang rasa.
Melalui katedral yang seperti kastil 
Halte Juanda, tempat pemberhentian pertama.
Rute apakah yang kami naiki? Berhubung tujuan kami adalah berkeliling Jakarta dengan bis tingkat yang nyaman, maka kami tidak ada tujuan tertentu, sedapatnya bus saja. Kami baru mengetahui rute yang kami naiki adalah Jakarta Modern setelah bus yang kami naiki mengarah ke Monas dan Bundaran HI. Enaknya duduk diatas, kami dapat melihat pemandangan dengan lebih  jelas, bukan hanya pemandangan yang bagus, tetapi juga saat ada sampah yang berserakan. 
Monas dari kejauhan
Apakah ada audio yang menjelaskan ikon-ikon yang kami lewati? Melihat speaker yang ada, rasanya audio tersebut sudah tidak ada lagi. Sayang juga sih, apalagi ada turis asing yang naik bus ini juga. Kalau ada penjelasan, turis tersebut pasti senang. Petugas yang ada juga hanya memberi tahu pemberhentian selanjutnya, tanpa menjelaskan ada apa saja di situ. 
Bundaran HI dengan count down menuju Asean Games 2018
Sisi lain Bundaran HI, masih dengan hiasan untuk Asean Games.
Apa sih enaknya naik bus wisata di hari biasa? Tidak ada antrian yang mengular tentunya. Yang naik rata-rata mahasiswa yang sedang liburan dan sedang pacaran. Ada juga sih anak-anak yang baru pulang sekolah dan jalan-jalan dengan ibunya. 
Patung Kuda.
Perjalanan kami berakhir di halte kantor Pos lagi. Duo Lynns senang karena dapat naik bus tingkat dan melihat-lihat pemandangan dengan jelas. Secara keseluruhan, bus wisata ini lebih seperti bus hop on hop off di tempat-tempat yang menjadi ikon dan landmark kota Jakarta. Namun ini merupakan kemajuan yang patut diapresiasi. Lain kali kami mau naik tetapi dengan jurusan berbeda dan mampir ke salah satu tempat ah. Namun memang paling enak naik dari tempat kami naik atau dari Istiqlal. Biar dapat spot duduk yang enak diatas ;)
Persimpangan Harmoni, perpaduan antara bangunan modern dan bangunan tua.