Wednesday, October 4, 2017

Berkeliling Ibu Kota dengan Mpok Siti, City Tour Bus Jakarta

Pertama kali kami mendengar tentang mpok Siti alias Jakarta City Tour Bus, sekitar Februari 2014, kami penasaran banget. Rasanya seperti mimpi City Tour Bus ada di Jakarta. Belum lagi ternyata bus tersebut gratis. Bus wisata ini dikelola oleh PT Transportasi Jakarta. Bus yang beroperasi dengan menelusuri ikon dan landmark yang ada di kota Jakarta ini dilengkapi dengan audio yang menjelaskan latar belakang dari setiap lokasi yang disinggahi dan petugas yang ada di dalam bus juga dapat memberikan penjelasan mengenai setiap ikon yang dilalui. Wah, too good to be true. Sudah bus tingkat, pakai AC, bisa hop on hop off di tempat-tempat yang sudah disediakan, dan ada penjelasannya pula. Padahal City Tour Bus atau Hop On Hop Off Bus di negara lain harus bayar. 

Kami pun berencana mencoba. Karena katanya bus akan berhenti di setiap halte yang ada tulisan bus wisata, maka kami memilih untuk mencoba dari Sarinah, dengan asumsi bisa parkir mobil di situ. Namun setelah hampir 1 jam menanti dan tidak ada bus yang berhenti, hanya numpang lewat, maka kami pun membatalkan naik bus ini dan menggantikannya dengan menikmati es krim di Mc Donald's untuk menghibur dua anak kecil dan satu oma.
Penampakan bus wisata. Sumber foto: metrotvnews.com
Masih dalam rangka penasaran, saat libur lebaran kami mencoba lagi untuk naik bus ini. Kali ini kami menunggu di halte Bundaran HI dekat Plaza Indonesia. Katanya sih bus wisata lebih banyak yang berhenti di situ. Antriannya lumayan, namun tidak diberi jalur. Kebayang dong semrawutnya, apalagi budaya antri masih sekedar slogan saja. Kami pun membatalkan lagi untuk naik bus wisata setelah 1 jam mengantri. Acara  naik bus digantikan dengan melihat-lihat Plaza Indonesia (hanya melihat, tidak bermain apalagi berbelanja =D). 

Apakah kami masih penasaran untuk naik bus ini? Tentu saja. Akhirnya beberapa bulan lalu, saat kami main ke kantor pos Pasar Baru, kami berencana untuk mewujudkan keinginan anak-anak naik bus wisata. Saat itu mobil kami diparkir di kantor pos. Setelah itu kami menyeberang melalui jembatan penyeberangan dan menunggu di bawah jembatan tersebut. 10 menit kemudian, bus wisata pun datang. Petugas yang ada memberikan 4 tiket kepada kami. Kami pun segera naik ke bagian atas. 
Tiket bus wisata, gratis :)
Awalnya ada tiga rute yang dapat dinikmati. Namun sekarang sudah berkembang menjadi enam rute: History of Jakarta, Jakarta Modern, Jakarta culinary, Jakarta Skyscraper, Jakarta Open Space, dan Cagar Budaya. 5 rute dimulai dari Masjid Istiqlal, yaitu History of Jakarta (Museum BI), Jakarta Modern (Bundaran HI), Jakarta culinary (Kota Tua), Jakarta Skyscraper (Bundaran Senayan), dan Cagar Budaya (Tanjung Priok). Hanya Jakarta Open Space yang dimulai dari Balai Kota menuju Kalijodo.
Rute yang ada. Sumber foto: transjakarta.co.id
Rute Balaikota -Kalijodo. Sumber foto: Jakarta.go.id
Bus yang kami naiki berhenti di Masjid Istiqlal, depan halte Juanda. Banyak orang turun dan kami duduk manis di bagian paling depan di atas. Karena Istiqlal merupakan titik awal, maka bus yang ada berhenti dan menunggu penumpang agak lama, kurang lebih 15 menit. Sambil menunggu, kakak jadi teringat bacaan yang pernah dia baca mengenai perancang masjid Istiqlal, yaitu Frederich Silaban. Kami pun menggunakan kesempatan untuk mengingatkan kakak tentang tenggang rasa.
Melalui katedral yang seperti kastil 
Halte Juanda, tempat pemberhentian pertama.
Rute apakah yang kami naiki? Berhubung tujuan kami adalah berkeliling Jakarta dengan bis tingkat yang nyaman, maka kami tidak ada tujuan tertentu, sedapatnya bus saja. Kami baru mengetahui rute yang kami naiki adalah Jakarta Modern setelah bus yang kami naiki mengarah ke Monas dan Bundaran HI. Enaknya duduk diatas, kami dapat melihat pemandangan dengan lebih  jelas, bukan hanya pemandangan yang bagus, tetapi juga saat ada sampah yang berserakan. 
Monas dari kejauhan
Apakah ada audio yang menjelaskan ikon-ikon yang kami lewati? Melihat speaker yang ada, rasanya audio tersebut sudah tidak ada lagi. Sayang juga sih, apalagi ada turis asing yang naik bus ini juga. Kalau ada penjelasan, turis tersebut pasti senang. Petugas yang ada juga hanya memberi tahu pemberhentian selanjutnya, tanpa menjelaskan ada apa saja di situ. 
Bundaran HI dengan count down menuju Asean Games 2018
Sisi lain Bundaran HI, masih dengan hiasan untuk Asean Games.
Apa sih enaknya naik bus wisata di hari biasa? Tidak ada antrian yang mengular tentunya. Yang naik rata-rata mahasiswa yang sedang liburan dan sedang pacaran. Ada juga sih anak-anak yang baru pulang sekolah dan jalan-jalan dengan ibunya. 
Patung Kuda.
Perjalanan kami berakhir di halte kantor Pos lagi. Duo Lynns senang karena dapat naik bus tingkat dan melihat-lihat pemandangan dengan jelas. Secara keseluruhan, bus wisata ini lebih seperti bus hop on hop off di tempat-tempat yang menjadi ikon dan landmark kota Jakarta. Namun ini merupakan kemajuan yang patut diapresiasi. Lain kali kami mau naik tetapi dengan jurusan berbeda dan mampir ke salah satu tempat ah. Namun memang paling enak naik dari tempat kami naik atau dari Istiqlal. Biar dapat spot duduk yang enak diatas ;)
Persimpangan Harmoni, perpaduan antara bangunan modern dan bangunan tua.


4 comments:

  1. Setuju, kalau naik bus ini paling nyaman pas weekdays. Kalau weekend mesti antri lumayan panjang, apalagi yang rute Kota - Istiqlal. Masih penasaran mau nyobain yang rute ke Kalijodo.Makasih infonya ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama... Ke Kalijodo lebih jauh jaraknya. Saran sih jangan siang, karena panas sekali.

      Delete