Saturday, March 18, 2023

Bertemu Ah Meng di Singapore Zoo

Kalau ada survei mengenai tempat wisata apakah yang selalu bisa dinikmati oleh semua kalangan usia, kira-kira apa ya jawabnya? Setiap orang pasti punya jawaban berbeda-beda. Tetapi pastinya kebun binatang akan masuk dalam list tempat yang dapat dikunjungi semua golongan umur.

Memang benar sih. Dari anak kecil sampai para sepuh juga suka melihat ciptaan Tuhan yang satu ini. Dengan alasan inilah kami memasukkan jadwal main Ke Singapore Zoo dalam itinerary kami. Tentunya yang paling senang adalah si opa. Bukan karena si opa belum pernah ke sana. Tetapi opa ingin sekali ajak tiga cucunya ini melihat kebun binatang. Moment melihat si cucu Bahagia melihat binatang membuat opa juga bahagia. 

Replika badak dari kawat

Di hari yang dinantikan, setelah mengisi perut di pagi hari, kami pun memulai perjalanan kami. Singapore Zoological Gardens atau Mandai Zoo terletak di sebelah barat laut dari Singapore. Memang jauh dari pusat kota. Walaupun jauh, tetapi SG Zoo menyediakan shuttle bus di stasiun Khatib. Jika memang ingin menggunakan kendaraan umum, bisa lihat cara detil dan jadwal shuttle bus di link ini ya.


Pernah pakai recycle paper dari p*p gajah?

Mungkin banyak yang bertanya kenapa Singapore Zoo diminati banyak orang? Padahal kan namanya juga kebun binatang. Ya hewannya itu lagi itu lagi. Kebun binatang yang dibuka sejak tahun 1973 ini digadang-gadang sebagai world-leading free-ranging orangutan exihibit. Yang artinya orang utan di sini seakan tinggal di alam aslinya. Di sini orang utan berada di ruang terbuka. Disediakan pohon-pohon dan tali temali yang membuat seakan mereka berada di habitatnya. Mereka bebas melompat dari sana ke sini, sesuka hati mereka.

Informasi perkembangan orang utan

Orang utan yang bebas beraktivitas seperti di hutan

Karena letaknya yang cukup jauh, maka area yang digunakan untuk kebun binatang cukup luas. Kalau jalan sih memang bisa. Tetapi jangan kuatir, karena pihak SG Zoo menyediakan tram yang akan berhenti di empat titik. Mereka juga menyewakan electric scooter, wagon, dan stroller. Untuk si kecil, kami memang membawa stroller sendiri. Tetapi karena saat tiba di Singapore si opa kakinya sakit, maka kami meminjam kursi roda yang dapat dipinjam dengan gratis. 

Si kecil yang ingin berfoto dengan hippo
Foto sambil menunggu papa di kamar mandi
Karena luasnya SG Zoo ini, maka dari saat merencanakan perjalanan, kami sudah merencanakan itinerary kami saat berada di SG Zoo. Maklum, yang dibawa anak-anak dan sepuh. Harus sudah matang. Apalagi di sini ada banyak show yang sayang kalau dilewatkan. Jadi rute perjalanan, kapan naik tram dan turun dimana, mau lunch dimana, mau snacking dimana (jadwal mengisi perut itu penting kalau bawa orang tua, bapak ibu), semua sudah disiapkan.

Tujuan pertama kami adalah melihat hewan-hewan yang ada dalam perjalanan menuju Shaw Foundation Amphitheatre. Mengapa? Karena jam 10.30 akan ada pertunjukan Splash Safari. Kalau melihat peta, untuk menuju ke sana, kita akan melalui Ah Meng Restaurant, African Penguin, baru akan tiba di Shaw Foundation Amphitheatre. Sudah seperti Dora The Explorer bukan? 

What's that, mama?

Informasi tentang African Penguin

Namanya juga splash, berarti ada unsur air dan basah. Kami pun memilih duduk agak belakang. Biar tidak basah dan gampang keluarnya. Dan seperti tebakan anak-anak, pertunjukan yang pertama pastinya anjing laut.

Nampaknya hari ini banyak rombongan TK yang jalan-jalan ke zoo.

Anjing lautnya besar.

Selesai melihat Splash Safari, tujuan kedua kami adalah Reptile Garden. Di Reptile Garden ini ada buaya, gharial, komodo dan reptile lainnya. Bahkan kita bisa memberi makan giant tortoise di jam 13.15 (bayar $S 8 ya).  

Buaya atau gharial nih?
Adik langsung heboh karena sama seperti di buku Science dia.

Orah aka komodo
two giant turtoises

Tujuan ketiga kami adalah Rainforest Kidzworld. Area SG Zoo yang ini lebih children friendly. Ada beberapa area permainan, yang berbayar tentunya, dan juga hewan-hewan imut-imut, beberapa seperti yang ada di SQP. Di sini juga ada wet park. Jadi anak-anak bisa main air sepuas-puasnya. Karena dari awal kami memang tidak berniat untuk main air, biar fokus lihat hewan-hewan saja, maka kami harus mengingatkan si kecil bahwa dia tidak akan bermain air.

Mana bebek, mana angsa?

A piglet, mama....

Di area ini juga ada KFC. Perlu diketahui dua tempat makan yang buka di dalam SG Zoo hanyalah Ah Meng Restaurant dan KFC. Ah Meng resto ada di bagian depan, dan KFC di bagian belakang. KFC di sini beda dengan KFC yang ada di Indonesia. Tidak ada nasi, tetapi ada mashed potato dan French fries. Jadi bagi teman-teman yang tidak bisa jika tidak ketemu nasi, disarankan makan di Ah Meng Restaurant.

Si kecil yang bahagia bertemu french fries

Show berikutnya yang kami tunggu-tunggu adalah Animal Friends di Rainforest Kidzworld Amphiteathre. Berbagai hewan peliharaan yang diabaikan oleh pemiliknya dan dapat kembali dilatih oleh pihak Mandai. Pesan yang sangat jelas dari mereka adalah, ‘don’t buy, just adopt’. 

Animal Friends Show
Cute pets kata si kecil

Makan sudah, lihat show sudah. Berarti waktunya naik tram. Kami berjalan menuju tram stop nomer empat. Di dalam tram, setiap pengunjung wajib menggunakan masker karena naik public transportation. Selain tidak usah lelah berjalan, asyiknya naik tram adalah ada audio yang akan menjelaskan setiap area yang dilewati, hewan apa yang bisa kita lihat, dan pemberhentian selanjutnya. 

Selfie by kakak

It's Pumba
White tiger
Can you spot the animal?
Saat melalui patung orang utan, audio di tram menginfokan bahwa kita melalui Ah Meng Memorial. Ah Meng, seekor orang utan Sumatra, merupakan mascot dari SG Zoo. Ah Meng aslinya dari Indonesia dan dipelihara sebagai binatang peliharaan di Singapore. Saat di usianya yang ke sebelas Ah Meng diserahkan dan tinggal di  SG Zoo. 
Ah Meng saat muda. Sumber: wikipedia

Ah Meng menjadi hewan primata pertama di SG Zoo yang cukup dapat didekati manusia, mungkin karena pernah menjadi hewan peliharaan. Pihak SG Zoo pun mengadakan acara Breakfast with Ah Meng, sehingga pengunjung bisa makan bersama Ah Meng. 

Ah Meng dan keluarganya. Sumber foto: Wikipedia

Ah Meng meninggal tahun 2008 di usia 47 tahun, setara dengan 95 tahun umur manusia, dengan meninggalkan dua belas cucu dan lima cicit.  Karena pemerintah Singapore sangat menghargai Ah Meng, maka sebagai penghormatan kepada Ah Meng dibuatlah patung perunggu yang serupa dengan Ah Meng. 

Ah Meng Memorial. Sumber foto: wikipedia

Tiba-tiba hujan kembali turun. Kami tetap duduk di tram hingga tram melalui setiap area yang ada. Karena hujan tidak berhenti, maka kami membatalkan rencana untuk turun di tram stop nomer dua dan melihat area Australasia. Kami kembali ke tram stop nomor satu dan duduk di area terbuka sambil menunggu hujan berhenti.

Alat musik suku yang terbuat dari kayu eucalyptus

Setelah hujan berhenti, kami kembali mencoba ke area Australasia. Adik belum rela pulang kalau belum melihat hewan berkantong yang lucu itu. Area ini merupakan tempat kumpulan hewan-hewan marsupial dan juga kasuari.

Kasuari
Kangaroo...

Selesai melihat hewan-hewan berkantung ini, kami berjalan memutar dan melihat pygmy hippo. Berbeda dengan hippo atau kuda nil pada umumnya, pygmy hippo ini lebih kecil daripada kuda nil. Jika dilihat, pygmy hippo ini suka sekali berada di dalam air dan seakan dia berenang. Tetapi kenyataannya adalah dia tidak berenang tetapi berjalan di dalam air. Jadi, pygmy hippo berjalan jinjit seperti balerina. 

Perbandingan berat hippo and pygmy hippo

Pygmy hippo

Petualangan kami hari ini selesai sudah. Kami pun memutuskan untuk kembali pulang ke hotel untuk beristirahat. Walaupun hewannya sudah berkurang jika dibandingkan dengan kunjungan kami saat kakak masih umur 3 tahun dan adik umur satu tahun, namun kunjungan ke sini masih seru. Semua rasa lelah, lelah harus berkeliling sambil mendorong stroller, kadang si kecil minta digendong karena kepanasan di stroller, lelah berlari menemani si kecil, dan lelah mendorong kursi roda; terbayar saat melihat muka penuh senyum anak-anak dan oma opa. 

Lingsang alias otter yang akhirnya muncul saat kami pulang.

Burung merak yang sibuk jalan-jalan di pintu exit.

Sekilas Info

Singapore Zoo

Website: https://www.mandai.com/en/singapore-zoo.html

Alamat: 80 Mandai Lake Rd, Singapore 729826

Jam operasional: 08.30 – 18.00

 

Next: Menjelajahi Kehidupan Laut di S.E.A Aquarium Sentosa


 

Thursday, March 9, 2023

Short Culture Day: Merlion Park and Orchard

Merlion Park

Salah satu kebahagiaan anak-anak saat berjalan-jalan adalah berkenalan langsung dengan kebudayaan tempat-tempat yang dikunjungi. Sebelum pandemi, kami sempat melakukan Culture Day saat di Singapore. Dan kali ini, saat kami pertama kali datang kembali ke Singapore, kami kembali melakukan Short Culture Day.

Kenapa short? Karena kami tidak mengunjungi semua tempat yang dulu kami kunjungi. Usia si kecil yang masih toddler ini membuat kami berpikir hanya mengunjungi yang penting-penting saja. Bagaimana sisanya? Menunggu saat si kecil besaran lagi saja. Jadi ada something to look forward.

MBS yang seperti kapal

Kunjungan kami dimulai dari Merlion Park. Merlion Park terletak di One Fullerton. Untuk menuju tempat ini, kami menggunakan MRT. Stasiun terdekat adalah Raffles Place. Dari sana kami berjalan menuju One Fullerton. 

Reka ulang foto saat Culture Day dulu ah...plus si kecil

Saat kami sampai, ternyata sudah ramai pengunjung. Sama seperti waktu kami pertama kali datang, banyak sekali turis dari India yang datang ke Merlion Park. Memang patung yang tingginya 8,6 meter dan berat 70 ton ini menarik hati banyak pengunjung. Tubuhnya yang seperti ikan melambangkan awal Singapore yang sederhana sebagai sebuah desa nelayan yang disebut Temasek atau kota laut (bahasa Jawa Kuno). Sedangkan kepalanya yang berbentuk singa melambangkan nama dari Singapore yaitu kota Singa (bahasa Melayu). 

Merlion kecil yang colorful

Cuaca yang panas membuat kami memutuskan untuk cepat berfoto dan mencari makan siang. Awalnya kami ingin makan siang di MOS Burger. Mengobati rasa kangen kami. Namun ternyata MOS Burger mulai menerapkan pemesanan di luar outlet dan pembayaran cashless. Jadi daripada lama, karena para turis itu tak terbiasa dengan screen pemesanan, kami memutuskan melanjutkan perjalanan kami ke Orchard.

Sebagai salah satu tempat touristy di Singapore, Orchard selalu menjadi tempat yang kami kunjungi. Walau mungkin hanya window shopping, tapi pasti kunjungan ke sini selalu menarik hati. Tidak ada yang menyangka kawasan yang identik dengan kompleks mall di sepanjang jalannya ini adalah perkebunan pala, lada, dan buah-buahan di tahun 1800an. 

Perkebunan ini terbentang cukup luas di area ini. Namun karena semakin padatnya penduduk di Singapore, maka di akhir tahun 1840an perkebunan ini berubah menjadi pemukiman dan pemakaman dari beberapa etnis, seperti Tionghoa, Sumatera, dan Yahudi. Bahkan karena letaknya yang berbukit, maka di jalan Orchard ini banyak bungalow-bungalow dan rumah-rumah warga negara asing ataupun orang-orang papan atas di Jalan Orchard ini. 

Istana presiden di Orchard Road.

Sekitar tahun 1903, muncullah pertokoan di daerah ini. Salah satu toko serba ada yang besar saat itu adalah Centerpoint. Toko yang dibangun oleh saudagar C.K. Tang pada tahun 1958 ini akhirnya berganti nama menjadi Tang Plaza. Nah, mulai merasa kenal dengan nama ini kan?

Akhirnya di tahun 1984 semua pemakaman tersebut dipindah. Dan Jalan Orchard menjadi mulai berkembang menjadi seperti sekarang ini. Bukan hanya turis yang suka jalan ke sana. Warga setempat pun juga suka menghabiskan hari libur atau jalan-jalan ke sini.

Karena Jalan Orchard terkenal dengan kompleks mall-mall yang cukup elit, maka harga makanan di restoran yang ada di mall-mall ini tentunya cukup menguras kantong. Maka biasanya kami makan di foodcourt. Harga makanan di foodcourt jauh lebih murah daripada makanan di resto atau kafe. Tapi ya jangan dibandingkan dengan hawker centre ataupun foodcourt di mall yang di daerah lain. Maklum, harga sewa mahal.

Karena sudah ramai, tujuan makan kami adalah Food Opera. Menurut kami, Food Opera ini merupakan mix antara food court biasa dan juga resto-resto kecil yang berjualan di dalam Food Opera. Kalau kita duduk di bangku yang di area resto terbuka tersebut, maka kita wajib memesan menu yang ada di resto tersebut. Jadi biasanya kami memilih untuk duduk di area tengah, supaya bebas membeli makanan dari berbagai macam stall.

Tapi sayangnya semua bangku sudah terisi. Satu-satunya tempat yang masih free di situ adalah resto terbuka di Nam Heong Ipoh Heritage Cuisine. Akhirnya mau tidak mau kami makan di situ. Batal sudah rencana anak-anak untuk memesan homemade noodle kesukaan mereka. 

Hor fun. Sumber foto: Nam Heong

Kalau dilihat sepintas, menu Nam Heong ini cukup unik. Mereka menjual dimsum (goreng dan kukus), hor fun, bubur, mie, nasi lemak dan bakery. Kalau kata papa sih makanan khas peranakan. Kami pun memesan nasi lemak, assam laksa, dan cheong fun. Cukup terkaget-kaget juga karena makanannya enak. 

Assam Laksa. Sumber foto: Nam Heong
Nasi Lemak with Chicken Katsu. Cuma ada di Ion Orchard. Sumber foto: Nam Heong

Salah satu tujuan anak-anak setiap ke Orchard adalah mengunjungi Daiso di Ion Orchard. Anak-anak merasa Daiso di Ion Orchard ini sangat lengkap. Namanya juga anak perempuan, tidak boleh melihat yang imut-imut. 

Si kecil yang tidak mau ketinggalan bawa keranjang.

Perbedaan mencolok bagi kami setelah 4 tahun tidak berkunjung ke Daiso di Singapore adalah harga barang. Maaf, Namanya juga mamak, pasti ingat soal harga. Biasanya barang-barang di Daiso Singapore, Malaysia, dan Indonesia mempunyai satu harga yang sama. Namun sekarang, pengelompokan harga di Daiso Singapore sama dengan saat kami ke Daiso di  Myeongdong. Jadi, saat berbelanja, harus lebih hati-hati melihat label harga yang ada ya.

Sekarang semua tidak $2 lagi...

Kegiatan Short Culture Day kami pun selesai di Orchard Road ini. Walaupun sebentar dan tidak banyak, namun anak-anak menikmati acara jalan-jalan ini. Si kecil pun mau bekerja sama untuk duduk di stroller selama harus jalan cepat-cepat dan jauh.

Ada beberapa perubahan yang dapat kami lihat. Tempat-tempat makan yang ada mulai menerapkan cashless alias pakai kartu, baik kartu debit maupun kartu kredit. Nampaknya meminimalkan sentuhan dan juga jumlah pekerja. Bahkan beberapa restoran di situ meletakkan info loker. Nampaknya pandemi segera akan berakhir. Semoga….

 

Next: One Day at Singapore Zoo