Tuesday, August 9, 2016

Berkunjung ke Istana Es

ICE Gaylord Harbor. Sumber foto: www.nationalharbor.com
Masih dalam rangka melihat kumpulan foto-foto liburan kami akhir tahun lalu, ada beberapa foto yang membuat saya ingin mendokumentasikan cerita perjalanan kami saat ke sana. Diawali karena salju yang tidak turun-turun, dan si tante menanyakan apakah kami mau untuk jalan-jalan ke National Harbor. Kami bertanya ada apakah di sana. Si tante berkata bahwa National Harbor merupakan salah satu pusat hiburan Maryland yang terletak di sepanjang tepi sungai Potomac. Di sana ada tempat makan, playground, Capital Wheel, dan atraksi lainnya. Dan saat natal ini di hotel Marriot diadakan pameran ukiran es, ICE.

Pameran ICE ini berada dalam suatu ruangan yang dijaga suhunya 9 Fahrenheit, yang kurang lebih sama dengan minus12.7 Celcius. Di dalam ruangan tersebut terdapat lebih dari 2 juta pound (lebih dari 907.184 kg) patung-patung es yang diukir dengan tangan dan 5 perosotan yang terbuat dari es. Tema dari pameran ini adalah serial televisi klasik, Santa Claus is Coming to Town, yang dibuat tahun 1970, yang sedang merayakan anniversary ke-45 nya. 

Setelah dipikir-pikir, akhirnya si papa berpikir boleh juga deh, sekalian jalan-jalan ke National Harbor. Kami memilih satu hari sebelum akhir tahun supaya tidak terlalu penuh, karena pameran berada di hotel Marriot dan kalau akhir tahun banyak yang menginap di sana. Menurut review yang ada, tetap googling dulu sebelum pergi, tempat di sana dingin sekali. Memang sih disediakan jaket winter, tetapi lebih baik membawa sarung tangan dan tutup kepala ataupun syal untuk menutupi hidung dan leher. Maka pergilah kami ke Costco, berburu sarung tangan yang waterproof untuk anak-anak. 

Keesokan harinya, kami pergi pagi-pagi supaya tidak terlalu siang sampai di Harbor. Saat kami pergi, cuaca saat itu sedang berkabut. Di sini, yang namanya berkabut itu betul-betul penuh kabut. Apalagi kami tinggal di kaki gunung. Untungnya si tante sudah ahli menyetir saat berkabut. Perjalanan pun terlihat gloomy. Saat itu suhu tidak terlalu dingin dan tidak terlalu berangin. Si oma juga ikut, tetapi tidak mau masuk ke dalam ICE. Alasannya dulu juga pernah lihat ukiran es buatan seniman dari Harbin. Pasti semua ukiran es pasti sama saja :D Jadi nanti si oma, bersama tante, akan jalan-jalan di dalam hotel saja katanya. 

Pagi yang berkabut.
Sepanjang perjalanan kami melalui suatu sungai, yaitu sungai Potomac. Sungai ini panjang sekali. Dan dari kejauhan kami melihat capital wheel. Yang berarti kami semakin mendekati National harbor. Dan begitu kami sampai di National Harbor, di sana cuaca sudah cerah dan berawan. Saya berkata kepada si tante Potomac ini kayak laut ya, besar banget. Pantaslah dijadikan pusat hiburan. Kami berjalan menuju hotel Marriot, dan mobil diparkir di tempat parkiran.

Capital Wheel dan refleksinya. So beautiful...
Big Christmas tree.
Hotel Marriot sudah dihias dengan aksesoris berbau natal. Ada playground juga untuk anak-anak. Dan katanya pada jam-jam tertentu akan ada salju buatan yang diturunkan dari atas. Kami segera menuju loket untuk membeli tiket. Saat membeli tiket, petugas yang ada memberitahukan bahwa berdasarkan jam yang ada, dalam 15 menit lagi, kloter pertama akan ditutup. Kami segera mencari kamar mandi, menambahkan lapisan baju yang ada. Kali ini anak-anak menggunakan enam lapis baju dan 4 lapis celana. Takut mereka kedinginan dan jadi masuk angin. Si oma sampai tertawa dan berkata kalau kami lebay. Untungnya si tante bilang memang harus begitu. Kami segera masuk ke area pemakaian jaket dan oma serta tante berputar-putar melihat sana sini. Petugas yang ada memberikan kami jaket dan meminta kami untuk keluar dari ruangan yang ada. Jaket yang diberikan cukup tebal dan besar. Bahkan untuk yang ukuran anak-anak pun, masih terlihat begitu besar saat dipakai adik.

Pameran es ternyata berada di luar gedung, tetapi di dalam container yang begitu besar. Kami cepat-cepat menggunakan topi dan sarung tangan. Syal diletakkan di leher anak-anak supaya tidak kedinginan. Saat kami masuk, anginnya sudah begitu dingin, tetapi masih dapat ditahan. Banyak sekali orang-orang lokal sana yang berpakaian lebih lengkap dari kami, termasuk menggunakan penutup hidung. Berarti kami tidak berlebihan, hehehe. Kami menyempatkan diri berfoto di depan, dan kali ini bisa berfoto dengan lengkap karena ada pengunjung lain yang dengan senang hati menawarkan diri untuk memfoto kami.
Masih bisa berfoto walaupun dinginnya luar biasa.
Mr. Postman, the narrator.
Cerita Santa Claus Is Coming to town berlokasi di Sombertown, kota yang gloomy di Jerman. Kota ini diperintah oleh Burgermeister yang jahat. Suatu hari, di depan pintu rumahnya ditemukan bayi dengan tag "Claus" dan ada tulisan bahwa Burgermeister diminta untuk membesarkan bayi ini. Burgermeister tidak mau dan menyuruh asistennya untuk memindahkan bayi ini ke rumah yatim piatu. Tetapi akhirnya angin meniupkan bayi ini dan meletakkan di rumah keluarga elf yang memberinya nama Kris. Setelah Kris tumbuh dewasa, Kris akhirnya membuat banyak mainan dan membagi-bagikannya kepada anak-anak. Burgermeister tidak suka dan menangkap Kris. Akhirnya Kris dibebaskan dan Kris memanjangkan jenggot untuk menyamarkan dirinya (inilah alasan Santa Claus punya jenggot) dan ia pergi ke North Pole untuk membuat mainan.
Burgermeister menyuruh prajurit membuang bayi Claus.
Keluarga Elf, pembuat mainan, membesarkan Kris.
Kris saat dewasa, mengantarkan mainan-mainan.
Patung Burgermeister.
Semua orang bermain dengan mainan buatan Kris.
Pengunjung di sini sangat banyak, dan rata-rata turis Asia dengan senang hati berfoto di depan patung-patung es yang berwarna-warni. Tentunya ini membuat macet. Kami memutuskan untuk memfoto yang ada, tanpa berfoto di depannya. Selain untuk mengurangi kemacetan, makin lama makin dingin. Hidung kakak dan adik keluar air karena dinginnya, dan pipi mereka sudah seperti kepiting rebus.
Lucu kan tupainya.
The reindeers. 
Kami menyempatkan diri untuk bermain perosotan yang terbuat dari es. Ada lima perosotan. Tiga untuk orang dewasa dan dua untuk anak-anak kecil dan orang tuanya. Antriannya lumayan panjang, tetapi bergerak dengan cepat. Saat tiba giliran kami, kami segera mencoba perosotan yang dingin ini. Untungnya jaket yang dipinjami panjang dan kami memakai celana waterproof, jadi tidak basah. Rasanya ingin mencoba sekali lagi, tetapi melihat antrian yang panjang dan adik yang semakin kedinginan, kami segera beranjak untuk masuk ke bagian pabrik mainannya Santa Claus.
Antrian menuju perosotan.
Adik saat bermain perosotan, seperti tenggelam di antara es. 
Kakak yang sudah sampai di bawah.
Di pabrik mainan ini banyak sekali ukiran-ukiran es yang berbentuk mainan. Sungguh hebat seniman-seniman dari Harbin ini, mereka bisa mengukir dengan begitu halus. Setelah melewati pabrik mainan, kami melihat ukiran crystal es yang seakan menceritakan kisah tiga orang Majus.
Kris menjadi Santa Claus dan pindah ke North Pole untuk membuat mainan.
Pabrik mainan Santa Claus
Si om sedang mengukir es.


Sang malaikat.
Tiga orang Majus.
Berfoto sebelum keluar, kembali ada oma bule yang mau memfoto kami. Pipi kami sudah memerah.
Mainan yang dibuat Kris, ukiran es di dekat pintu keluar.
Setelah ukiran kristal ini, kami akan sampai ke pintu keluar. Saat keluar dari area ini, rasanya udara di luar begitu hangat. Perbedaan suhu yang begitu tinggi membuat kacamata papa buram. Akhirnya kami berjalan pelan-pelan masuk ke dalam ruangan dan mengembalikan jaket. Sambil menunggu papa mengelap kacamatanya, kakak dan adik segera minum air. Sambil minum, kami mencoba membuat kesimpulan dari kunjungan kami di dalam dan mengingatkan Duo Lynns bahwa yang di dalam itu sebuah cerita dan tidak nyata. Christmas is not about Santa. Setelah itu kami berjalan ke luar melihat pameran gingerbread house dan carousel. 
Bahkan lensa kamera pun jadi buram saat keluar.
Lantai yang terkena lampu snowflakes.
Berfoto dengan kereta Santa.
Saat kami keluar, kami sempat berputar-putar di dalam hotel untuk melihat dekorasinya. Ternyata, terlalu lama di dalam membuat kami kelaparan. Akhirnya kami membeli french fries di salah satu toko yang ada. Lumayan deh untuk mengganjal lapar kami dalam perjalanan menuju tempat kami makan siang. Hmm....pengalaman yang tak terlupakan bagi kami.

Hang-on Christmas Tree.

No comments:

Post a Comment