|
Zoolights |
Kebun binatang merupakan tempat favorit semua anak. Padahal kalau dipikir-pikir, kebun binatang ya isinya kurang lebih sama, ada singa, gajah, ada burung, dan sebagainya. Yang membedakan adalah kondisi hewan dan hewan spesial yang dijadikan atraksi di kebun binatang tersebut.
Sebelum pergi ke negeri Paman Sam, saya iseng mengecek apa saja sih yang dapat dikunjungi di sana bersama dengan anak-anak dan saat musim dingin. Untuk yang mau jalan sendiri ke daerah DC, bisa melihat ke
washington.org. Ini adalah website resmi dari pemerintah Washington DC untuk para turis yang datang ke pusat pemerintahan Paman Sam ini. Saat saya mengecek, mereka merekomendasikan zoolights. Hmm.... Hal yang baru saya dengar.
Zoolights adalah event yang diadakan oleh National Zoo pada saat musim dingin. Selama 34 hari, mulai dari tanggal 27 November sampai 2 Januari (kecuali tanggal 24, 25, 31 Desember), National Zoo akan menyalakan lebih dari 500.000 lampu LED yang ramah lingkungan di dalam kebun binatang. Lampu-lampu ini akan mengubah kebun binatang menjadi winter wonderland. Selain lampu, akan ada live music performance, jajanan-jajanan musim dingin, dan pameran-pameran. Terdengar menarik bukan? Apalagi anak-anak biasanya suka melihat lampu warna-warni. Dan yang lebih menariknya, terutama bagi telinga emak-emak, masuk National Zoo itu free of charge alias gratis. Mana ada di Indonesia masuk ke kebun binatang gratis dan hewannya pun bagus-bagus. Jadi kami berpikir untuk melihat seperti apakah kebun binatang yang gratis ini.
Saat kami tiba di rumah kakak saya, cuaca di sana terasa tidak dingin (apalagi kalau dibandingkan saat kami di Seoul). Keponakan saya bilang kali ini adalah winter terhangat yang mereka alami. Tantenya Duo Lynns bilang kalau suhunya seperti ini, mau aktivitas outdoor mungkin tidak akan kedinginan. Kami bertanya jika kami ke kebun binatang, bisa atau tidak. Kami jalan sendiri saja. Si Tante melihat ramalan cuaca dan berkata bahwa dalam dua hari ini cuaca masih hangat setelah itu dingin lagi. Jadi kami memutuskan pergi besok.
Keesokan harinya, kami jalan jam 1 siang, supaya sampai di sana sekitar jam 3 siang. Maklum, rumah tantenya di kaki gunung. Si Om mengantar kami ke stasiun terdekat, yang waktu tempuhnya hampir 1 jam tanpa macet, dan setelah itu kami naik kereta menuju National Zoo. National Zoo terletak di antara dua stasiun, yaitu Cleveland dan Woodley Park Zoo. Jarak dari dua stasiun sama dekatnya, tetapi jalanan dari Cleveland ke National Zoo menanjak. Jadi lebih baik turun di Woodley Park Zoo, satu stasiun setelah Cleveland, dan berjalan menuju National Zoo dengan jalanan yang tidak menanjak. Saat kami tiba di stasiun Woodley Park Zoo matahari masih bersinar dengan terik, lensa kacamata kami langsung menghitam karena kena sinar matahari, tetapi anginnya begitu kencang sehingga rasanya dingin sekali. Dibanding kemarin, hari ini jauh lebih dingin. Hm...definisi hangat kami dengan definisi hangat orang yang tinggal di negara empat musim memang berbeda =D
Kurang lebih kami berjalan 10 menit dan kami tiba di pintu gerbang National Zoo. Kami memulai kunjungan kami dengan mampir ke dalam
visitor center. Tujuannya adalah mencari toilet sebelum beredar di kebun binatang. Anak-anak pun masih semangat. Setelah itu kami berkunjung ke area terdekat dengan visitor center. Dimulai dari Cheetah conservation center, melihat bison yang hidup (bukan motor) dan elephant trail. Ini pertama kalinya anak-anak melihat bison yang besarnya minta ampun. Setelah ini kami beranjak ke area Asia trail. Untuk kebun binatang yang gratis, hewan-hewan di National Zoo dijaga dengan baik. Area untuk gajahnya pun diberikan tempat yang luas. Sementara kami berjalan, udara sudah semakin dingin dan kakak mulai ribut ngantuk. Angin yang kencang dan balutan baju yang tidak tebal membuat udara terasa dingin dan menusuk. Kami memberikan cemilan supaya tidak masuk angin, tetapi ternyata tidak berhasil mengusir rasa dingin dan ngantuk. Untuk menghibur kakak, kami segera beranjak untuk melihat panda.
|
Peta National Zoo. Sumber: nationalzoo.si.edu |
Panda merupakan salah satu daya tarik utama dari National Zoo. Karena si panda betina baru saja melahirkan bayi panda, maka panda tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi kita bisa melihatnya melalui web cam. Yang menarik perhatian kami adalah bayi panda sangat kecil, bahkan disebutkan bahwa bayi panda merupakan mamalia terkecil saat baru lahir, terutama jika dibandingkan dengan badan ibunya. Warna bayi panda saat lahir adalah pink, tak berbulu, dan buta, ukurannya 1/1700 ukuran induknya. Tetapi saat dewasa, badannya bisa besar sekali.
Setelah itu kami beranjak menuju bird house. Angin semakin kencang, dan kakak semakin teler. Tangannya pun dingin. Akhirnya kami mengeluarkan
heat pack. Berguna sekali untuk membuat tangan menjadi hangat. Kami memutuskan untuk segera masuk ke
bird house dan mencari spot untuk duduk. Kakak pun tidur sebentar, dan bukan hanya kakak, saya dan papanya pun mulai mengantuk. Setelah kedinginan lalu kena udara hangat kan enak sekali. Rasanya hanya adik yang masih on, secara sepanjang jalan dia minta gendong dan dipeluk supaya tidak dingin.
Kurang lebih sekitar 30 menit kami duduk, dan setelah itu kami melanjutkan kembali mengunjungi hewan-hewan yang lain, biar mereka tidak iri. Saat kami berjalan, ada beberapa tupai yang sibuk jalan sana sini. Kami mengelilingi melihat burung-burung lain yang tidak berada di dalam
bird house. Kakak mulai on, dan si adik mulai ribut minta ke toilet. Karena sudah ada yang minta ke toilet, maka sekalian saja semuanya ke toilet, supaya nanti tidak repot cari toilet. Di dekat toilet ada yang menjual minuman. Kami berpikir minuman hangat rasanya enak juga nih. Tetapi sayangnya yang ada hanya
soft drink dan dingin. Rasanya di sini, apapun musimnya,
soft drink adalah minumannya. Setelah dari toilet, kami memutuskan untuk melihat hewan-hewan yang ada di dalam ruangan, supaya tidak terlalu dingin.
|
Flamingo yang berkumpul. Warnanya bagus kan, terawat pula. |
|
Burung yang saya lupa namanya :D |
Yang terdekat adalah small mammal house. Small mammal house ini dimaksudkan untuk mamalia-mamalia yang tidak besar seperti gajah, harimau, dan singa. Jadi isinya adalah mamalia-mamalia yang mungil seperti golongan pengerat atau rodentia, primata seperti lemur dan golden tamarin, dan hewan-hewan kecil lainnya. Dari situ kami masuk gedung-gedung di sebelahnya, yaitu
great apes o-line dan
reptilian discovery center. Untuk reptil, tentu saja hanya dilihat sekilas, merinding kalau kelamaan di sana. Tapi bangganya kami karena di sana ada komodo. Hewan asli Indonesia loh.
Yang menarik adalah
great ape o-line. Ape, bukan ape dalam bahasa betawi, dikenal juga sebagai kera di Indonesia. Dulu saya tidak ambil pusing dengan kera dan monyet. Buat saya biasa saja, intinya ya mukanya seperti itu. Tidak cakep-cakep amat. Ternyata ada bedanya loh. Kalau di lagunya veggietales dikatakan seperti ini:
"if it doesn't have a tail it's not a monkey. If it doesn't have a tail it is an ape." Jadi cara gampangnya, kalau punya ekor itu namanya monyet. Kalau tidak punya ekor, namanya kera atau ape. Ada juga yang bilang kalau ape itu besar, monyet itu kecil. Tetapi ternyata tidak selalu seperti itu. Ada monyet yang ekornya pendek, dan ada monyet yang besar. Gibbon, salah satu jenis
ape, badannya terkadang lebih kecil dari monyet.
Ape lebih cenderung mengandalkan penglihatan daripada penciuman, dan hidung
ape itu pendek dan lebar.
Ape mampu menciptakan tools dan menggunakan bahasa. Mereka mempunyai kehidupan sosial yang lebih kompleks dibanding monyet dan mereka dapat dikategorikan cerdas juga karena dapat menyelesaikan masalah. Hm....baru tahu saya. Contoh
ape yang besar adalah gorila, simpanse, orang utan dan bonobo, yang tinggal di Afrika dan Asia.
Ape yang kecil badannya adalah gibbon dan siamang dari Asia. Sedang babon, macaque, colobus, tamarin, capuchin, dan marmoset dikategorikan sebagai monyet. Kakak saya sempat berkata selain panda, orang utan merupakan hewan lain yang banyak dilihat orang. Dan ternyata benar. Orang utan sibuk bergelantungan sana-sini. Wah, tambah bangga saya, karena orang utan adalah hewan khas Indonesia. Dikarenakan penularan penyakit dari gorilla dan manusia sangat gampang, dan juga sebaliknya, maka antara hewan-hewan primata ini dengan pengunjung dibatasi dengan kaca. Supaya lebih aman katanya.
Saat kami keluar dari gedung, lampu-lampu di taman mulai dinyalakan walau masih ada sedikit matahari. Seketika lupalah kami akan dinginnya angin. Kami bersemangat kembali untuk berjalan melihat raja hutan, singa.
|
Lampu sudah mulai dinyalakan walau belum pukul 17.00 |
|
Gajah dan pawangnya :D |
|
Kesukaan adik, melihat kodok yang melompat ke dalam air. |
Di dekat kandang singa, ada restoran fast food The Mane Grill. Rasanya ini adalah satu-satunya restoran yang buka di musim dingin. Dan lucunya, di website National Zoo disebutkan pengunjung boleh membawa makanan sendiri. Jadi banyak juga yang membawa makanan, tetapi tidak ada sampah bekas makanan yang berserakan. Kami mampir sebentar untuk mencari minuman hangat dan cemilan. Anak-anak memang sudah dibawakan cheerios, sereal untuk cemilan mereka. Jadinya sementara menunggu papa membeli
hot chocolate dan
french fries, mereka makan cemilan mereka.
No comments:
Post a Comment