Friday, April 7, 2017

Pushy Day di Taman Pintar

Taman Pintar
Bulan Maret yang lalu kami berkesempatan melakukan perjalanan ke Jogjakarta. Liburan di bulan Maret? Hmm...bukan sih. Ada sesuatu yang harus dikerjakan. Kami sekeluarga mendapatkan kepercayaan untuk terlibat dalam suatu project, lanjutan dari project yang dilakukan anak-anak kemarin. Oleh sebab itu, di benak kami pun tidak ada rencana untuk kelayapan kemana-mana. Bahkan impian saya untuk sowan ke kampus tercinta dan bertemu dengan teman-teman kuliah pun tidak mungkin dilaksanakan karena jadwal yang padat. Memang sih sore agak luang waktunya, tetapi cuaca Jogja yang selalu hujan deras setiap di atas jam dua siang membuat kami duduk manis di hotel. 

Setelah semua urusan selesai, di hari terakhir kunjungan kami di Jogjakarta, kami menyempatkan diri untuk berkunjung ke Taman Pintar. Duo Lynns dan Duo A semangat untuk menuju ke sana. Apalagi setelah menyampaikan ke kakak bahwa Taman Pintar akan lebih seru daripada Bandung Science Center (berdasarkan website-nya), kakak semangat sekali menunggu kedatangan Duo A ke hotel. Setelah Duo A datang, maka kami bersama-sama pergi menuju Taman Pintar.

Seingat saya, zaman saya masih kuliah, saya belum pernah mendengar nama Taman ini. Ternyata memang Taman yang berada di lahan bekas kawasan perbelanjaan ini baru diresmikan pada 16 Desember 2008. Taman ini sendiri terletak berdekatan dengan kawasan Malioboro dan benteng Vredeburg.

Taman Pintar terbagi menjadi 5 tempat kunjungan, yaitu gedung oval, gedung kotak, gedung planetarium, gedung PAUD, dan gedung kerajinan. Gedung PAUD, sesuai namanya, berisi alat peraga pendidikan interaktif (sains, religi, budaya, profesi, flora dan fauna, puzzle, ruang pertunjukan) untuk anak-anak usia 2 hingga 5 tahun. Gedung kerajinan menawarkan program kreativitas seperti membatik, kreasi gerabah, lukis kaos, lukis gerabah, hand on science, presenter TV, dan pelatihan robotik. Masing-masing kegiatan memiliki tarif yang berbeda, antara Rp 10.000,00 sampai dengan Rp 50.000,00.

Saat kami sampai di sana, ternyata rombongan dari sekolah-sekolah sudah banyak. Ada yang anak TK, SD, SMP, dan SMA (baik dari Jogja maupun luar Jogja). Kami tidak menyangka akan sebanyak ini orang yang datang di hari biasa. Segera kami menuju loket tiket. Untuk pembelian tiket, setiap gedung mempunyai harga sendiri-sendiri. Kami memilih tiket untuk masuk ke gedung oval dan kotak (1 tiket untuk dua gedung ini), dan tiket untuk wisata bahari. Sedangkan untuk planetarium, sudah pasti tidak akan terkejar melihat banyaknya pengunjung yang datang.

Petualangan kami di Taman Pintar dimulai dari wisata bahari. Gambar yang ada di loket begitu meyakinkan sehingga kami membeli tiket wisata bahari. Tetapi....wisata bahari hanyalah aktivitas anak-anak untuk naik perahu dan mengendarai perahu mengelilingi kolam ikan mas =D Anak-anak dapat duduk sendiri-sendiri di perahu kecil dan mencoba mengendarainya. Kalau di gambar depan sih anak-anak akan memakai pelampung dan helm, walau kenyataannya saat mereka naik tidak ada yang dipakaikan kepada mereka. Untungnya anak-anak senang.
Wisata Bahari dan mainan di dekatnya
Setelah selesai menaiki perahu mini tadi, kami pun bergegas memasuki gedung oval. Kami disambut dengan akuarium besar dan ikan-ikan air tawar yang besar yang terbang berenang di atas kepala kami. Melihat banyaknya orang, kami pun sibuk mewanti-wanti anak-anak untuk berpegangan tangan dengan orang tua dan tidak sibuk jalan sendiri. Andaikan terpisah pun, kami meminta mereka untuk diam di tempat mereka dan biarkan kami yang mencarinya.

Setelah melalui akuarium air tawar tadi, kami masuk ke zona kehidupan purba. Di sini berisi dinosaurus dan orang-orang prasejarah. Tidak ketinggalan juga ada film Dinosaur Train kesukaan Duo Lynns. Setelah itu kami memasuki dome area. Di area ini terdapat zona tata surya, dan berbagai aktivitas fisika seperti air track, spektrum warna, mesin whimshurt, dan sebagainya.
Atas: spektrum warna yang akan menjadi putih jika diputar, mesin whimshurt pembangkit listrik elektrostatis.
Bawah: ilusi mata yang bisa melebar dan mengecil dan Eddy's current
Setelah puas melihat-lihat, kami berpindah ke bagian zona iklim dan gempa. Yang keren di bagian ini adalah pengunjung dapat mencoba merasakan gempa. Apa tanggapan mereka? Tidak enak, jawab mereka. Kami berjalan ke atas. Sepanjang perjalanan keatas, terdapat banyak foto tokoh-tokoh yang berjasa dalam bidang ilmu pengetahuan, seperti Phytagoras, Tim Barnes Lee, B.J. Habibie, dan sebagainya. Siapa yang norak? Tentu bukan anaknya, tetapi mama papanya.
Tokoh Indonesia yang mengharumkan nama bangsa. 
Setelah sampai di atas, keadaan mulai sesak dan panas. Seakan tidak ada udara karena jumlah pengunjung yang begitu banyak. Dan pengunjung yang banyak ini rata-rata anak SD kelas 4 ke hingga anak SMA. Dan saat diatas, acara pendorongan pun dimulai. Kakak beberapa kali terdorong oleh anak-anak yang besar. Di bagian atas dimulai dengan mengenal bagian-bagian tubuh dan metamorfosis dari katak. Yang menarik di sini adalah kerangka manusia yang dapat naik sepeda. Jika disampingnya ada orang yang mengayuh pedal, maka kerangka ini juga akan bergerak. 
Atas: Pencerminan, panca indera, kerangka yang bergerak.
Bawah: Baterai tangan, metamorfosis katak, dan sensor.
Masih dibagian atas dari gedung oval, zona berikutnya adalah zona energi. Di sana disediakan pedal sepeda yang dapat dikayuh. Semakin besar daya kayuhnya, maka lampunya akan menyala. Ini menggambarkan perubahan dari energi kinetik menjadi energi listrik (kalau saya tidak salah ingat). Di sini juga ada bagian favorit ibu-ibu, yaitu simulasi pemakaian listrik pada beberapa alat rumah tangga. Selain itu juga ada bola ajaib yang membuat listrik statis atau yang dikenal sebagai Generator Van de Graaf. Big A memegang bola dan dengan adanya listrik statis, maka rambut big A pun berdiri. Berhubung kakak pernah mengalami hal seperti ini saat di Habibie Festival, maka kakak tidak mau mengulanginya kembali. Tetapi sayangnya kakak sempat tersengat listrik statis karena berada di area medan listrik tersebut. Dibanding dengan bola ajaib saat di Festival Habibie, sengatan yang di sini lebih besar sehingga lebih sakit tentunya jika tersengat. Dan sedang merasa kaget karena tersengat, serombongan anak SMP dengan cueknya menyerbu bola ajaib. Maka anak-anak pun terdorong sedikit lagi. Hujan lokal pun terjadi. 

Akhirnya kami mengalihkan mereka untuk melihat bagian lainnya. Kami tertarik dengan dua tiang yang lurus.Yang satu berbentuk tegak dan yang satunya tiang lurus yang miring. Kedua tiang itu akan diayunkan dan masuk melalui lintasan yang lengkung (untuk tiang yang miring) dan lintasan yang lurus (untuk tiang yang lurus). Dengan semangat kakak mengayunkan tiang lurus tersebut, tetapi kakak lupa menarik kepalanya. Dan....kepala kakak pun terkena tiang lurus tersebut. Aduh nak....Belum hilang rasa sakit akibat kesetrum, eh kepalanya terkena tiang sampai benjol. (dan mamanya ketawa dulu lagi....maafkan mama ya, nak). 

Kembali ke tiang tersebut, ternyata tiang yang lurus dapat melalui lintasan yang melengkung. Mengapa? Karena saat tiang lurus diputar, tiang tersebut akan membentuk 3D yang disebut hyperboloid. Bentuk yang tercipta dari hyperboloid itu adalah bagian dari hyperbola (terbayang sudah rumus hyperbola, elips, dan teman-temannya). Lintasan lengkung yang terlihat adalah bagian dari hyperbola yang menyebabkan tiang lurus dapat masuk melalui lintasan yang melengkung ini.  
Atas: hologram dan hyperboloid
Bawah: papan listrik dan mengubah energi kinetik menjadi cahaya
Setelah itu kami memasuki area gedung kotak. Ada apa saja di gedung kotak? Diawali dengan patung sapi perah yang melambangkan zona pengolahan susu. Anak-anak dapat mencoba memerah susu dari sapi perah bohongan tersebut. Saat kami mencoba untuk memerah, tercium bau hangus. Mungkin mesih di dalam sapi perah tersebut sudah panas karena sapinya diperah terus =D Setelah itu kami melalui zona pengolahan air bersih, lorong ilusi, zona teknologi otomotif roda dua, zona sumber daya air, dan zona nuklir. Karena ramainya minta ampun, kami pun seakan dikebut untuk segera berjalan.

Setelah berkutat dengan Sains dan teknologi, maka kami memasuki gedung memorabilia. Di gedung ini terdapat tiga bagian yang bertujuan untuk mengenang sejarah dari bangsa kita, yaitu sejarah Kasultanan Kraton, Tokoh Pendidikan, dan Kepustakaan Kepresidenan. Tempat ini kurang banyak dikunjungi saat itu, sehingga kami bisa ngadem sebentar di sini.
Gedung Memorabilia dan Sahabat Pemberani
Kami mulai memasuki zona yang lebih menonjolkan kebudayaan. Di zona Indonesiaku ini terdapat miniatur Borobudur dan juga bermacam-macam keris. Selain itu di sini juga ada alat musik gamelan yang dapat dimainkan oleh pengunjung. Dan bagian yang menarik minat saya adalah bagian wayang.
Miniatur Borobudur.
Keris dan jenisnya.
Wayang biasanya dibuat dari kulit kerbau karena daya tahan kulit kerbau yang baik dan tidak mudah melengkung. Dan untuk menghasilkan wayang yang bagus, kulit ini harus melewati proses bahan dan nyorek. Maksudnya adalah kulit ini harus ditarik dan direntangkan semaksimal mungkin, kemudian dibersihkan sehingga tidak ada lapisan bulu dan lemak. Setelah itu kulit harus dikeringkan. Dan proses pengeringan ini pun dilakukan diatas perapian selama 1 tahun. Setelah kulit kering, proses berikutnya adalah proses natah. Pada proses ini baru dilakukan pembuatan sketsa diatas kulit tersebut dengan alat khusus yang disebut tatah corekan. Setelah sketsa jadi maka masih dengan alat yang sama mulai dibuat detil pada muka dan bagian lainnya.

Setelah proses natah selesai, proses selanjutnya adalah proses Andasari dan nyungging. Tujuan proses ini adalah memberi warna dasar pada wayang. Dengan menyungging, pori-pori kulit akan tertutupi dan nantinya warna yang akan diberikan terlihat lebih matang. Pada umumnya diberikan warna putih yang dicampur dengan warna kuning yang didapatkan dari bubuk tulang. Tetapi sebelum menyungging, kulit yang sudah ditatah tadi dihaluskan dengan kulit kerang yang disebut kuwuk.

Setelah menghaluskan dan menyungging, dimulailah proses pewarnaan yang disebut proses amerna, isen-isen, angedus, dan gapit. Amerna merupakan proses memberi warna pada bidang sungging, terutama busana. Setelah busana diberi warna, dilakukan proses isen-isen, yaitu memberi motif atau dekorasi pada kulit yang sesuai dengan tokohnya. Setelah semua warna sudah diberi dengan lengkap dan sempurna, maka wayang tersebut akan masuk proses angedus atau ambabar, yaitu pelapisan (coating) wayang agar warnanya lebih tahan lama. Bahan pelapisnya dibuat dari campuran ancur lempeng dan putih telur. Setelah itu baru diberikan rangka penegak tubuh dan pegangan wayang kulit atau gapit. Bahan dari gapit sendiri biasanya dari tanduk kerbau.
Searah jarum jam: proses pembuatan wayang.
Karena sudah hampir jam 12.00, kami segera turun ke bawah dan sampailah kami di area food court. Waktunya anak-anak nyemil sebentar, sebelum kami kembali ke hotel untuk check out. Saya bertanya kepada Duo Lynns apakah mereka menyukai berada di Taman Pintar. Kakak dengan cepat menjawab dia lebih menyukai saat berada di Bandung Science Center  karena ada staf yang menerangkan berbagai alat di sana dan tidak ada dorong-mendorong. Memang hari ini kakak banyak mengalami didorong anak besar yang ingin melihat benda juga. Bahkan kakak berkata "today is my pushy day".

Secara keseluruhan, tempat ini sangat baik. Anak-anak dapat mengetahui banyak ilmu pengetahuan, mulai dari sains, sejarah, budaya, dan kesenian. Hanya saja permasalahan yang selalu dihadapi oleh fasilitas publik di negara tercinta kita adalah kurangnya perawatan pada alat-alat yang ada dan pengunjung yang semaunya. Mungkin lain kali, kami akan coba untuk mengunjungi saat tidak begitu ramai :)
Playground dan Taman Lalu Lintas. 

Taman Pintar
Alamat: Jl. Panembahan Senopati no 1 - 3 Jogjakarta.
email: info@tamanpintar.com
Telp: 0274 - 583631
Jam operasional: 08.30 - 16.00
Harga tiket:
Gedung oval dan kotak: Rp 10.000,00 (Pelajar) dan Rp 18.000,00 (dewasa)
Wisata Bahari : Rp 4.000,00
Gedung Paud: Rp 3.000,00
Planetarium: Rp 15.000,00
Wahana 3D: Rp 15.000,00 (Pelajar) dan Rp 20.000,00 (dewasa)

3 comments:

  1. Wah, senang sekali ternyata ada tempat seseru ini di Yogyakarta. Saya yang sudah tua saja tertarik buat main2 di sana, hehehe. :)
    Ulasan yang menarik! Thanks and keep on writing! :)

    Cheers,
    http://www.novreica.blog

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi...thank you sudah mampir:)
      Mungkin karena zaman kita masih kecil belum ada tempat seperti ini ya:)
      Silakan dikunjungi kalau begitu @Claudia Novreica Sutrisno...
      Tapi jangan lagi peak season ya, biar bisa menikmati.
      Salam :)

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete