Siapa yang tidak tahu TMII? Sepertinya semua orang tahu TMII. Taman
Mini Indonesia Indah atau TMII memang terkenal sebagai tempat wisata, baik
keluarga, sekolah maupun individu.TMII memang tempat wisata yang edukatif dan
sangat luas dan sering sekali menjadi tempat tujuan karya wisata
sekolah-sekolah. Di sini bukan hanya terdapat replika pulau-pulau di Indonesia,
tetapi juga banyak museum yang dapat dikunjungi. Salah satunya adalah Museum
Hakka.
Museum Hakka yang terletak di bagian dalam TMII ini merupakan museum yang
berisi kebudayaan Tionghoa yang ada di Indonesia, dan juga sejarah suku Hakka.
Dengan adanya museum ini, maka masyarakat pun dapat mengetahui sejarah warga
keturunan Tionghoa dan sumbangsih mereka di Indonesia.
|
Aula Budi Luhur. |
Untuk menuju ke museum ini, kami melalui Taman Budaya Tionghoa. Taman ini
merupakan taman yang dibangun dengan menyuguhkan konsep bernuansa khas etnis
Tionghoa. Di taman ini terdapat gazebo, patung Dewi Bulan, jembatan batu Sampek
Eng Tay, dan Museum Laksamana Ceng Ho.
|
Taman Budaya Tionghoa |
|
Jembatan menuju danau. |
Di taman ini juga terdapat 12 macam shio dengan kisahnya. Konon Raja Langit
mengundang semua binatang untuk menghadap. Yang pertama datang adalah tikus. Selanjutnya
adalah kerbau, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing,
dan babi di urutan ke-12. Entah itu benar atau tidak, namun yang memudahkan
adalah setiap shio akan berulang setelah 12 tahun. Sehingga memudahkan
perhitungan umur orang.
|
Taman 12 Shio.
Babi mendapat pita karena tahun ini tahun babi. |
Yang paling menarik adalah Monumen Perjuangan Laskar Tionghoa dan Jawa
Melawan VOC. Dari monumen ini, maka terlihat jelas pada awalnya warga keturunan
dan warga setempat bahu-membahu membela Indonesia dari para penjajah.
|
Monumen Perjuangan Tionghoa dan Jawa melawan VOC |
Di samping Museum Laksamana
Ceng Ho, terdapat gedung yang cukup besar, yaitu Gedung Museum Hakka Indonesia.
Di gedung ini terdapat 3 lantai. Lantai pertama merupakan hall yang besar,
lengkap dengan panggung. Hall ini dapat digunakan untuk acara-acara besar.
|
Kapal Laksamana Cheng Ho. |
|
Peralatan dinasti Ching. |
Di lantai kedua gedung ini terdapat Museum Tionghoa Indonesia. Dimulai dari
saat orang-orang Tionghoa datang ke Indonesia dan berbaur dengan masyarakat
setempat, baik di pulau Jawa, Sumatra, Bangka Belitung, Kalimantan, Bali,dan
pulau-pulau lainnya.
|
Aktivitas orang Tionghoa di era kolonial. |
|
Orang Tionghoa di Bangka Belitung. |
|
Salah satu pekerjaan yang dilakoni warga keturunan pada masa Belanda: tukang cukur dan korek kuping. |
|
Macam-macam timbangan yang digunakan pada masa itu. |
|
Peralatan kantor, lengkap dengan sempoa. |
|
Alat rumah tangga. |
Yang tidak kalah menarik adalah Ruang Merah Putih. Diruangan ini terdapat
foto tokoh-tokoh Tionghoa yang berjasa terhadap bangsa Indonesia. Salah satunya
adalah John Lie.
|
John Lie, salah satu tokoh Tionghoa yang berjasa bagi Bangsa Indonesia. |
|
Para pahlawan. |
Di bagian akhir museum ini terdapat bagian kebudayaan Tionghoa yang juga
menjadi kebudayaan Indonesia, seperti wayang Potehi, wayang kulit, gambang
kromong. Bahkan batik pun mempunyai motif-motif yang bernuansa Tionghoa seperti
burung phoenix dan naga.
|
Wayang potehi yang colorful. |
|
Gambang kromong yang ternyata salah satu kebudayaan Tionghoa. |
|
Batik hasil asimilasi kebudayaan. |
|
Kereta jenazah zaman dahulu. |
Di lantai 3 gedung ini terdapat Museum Hakka Indonesia dan Museum Yongding
Hakka Indonesia. Hakka merupakan salah satu subsuku dari suku Han. Orang Hakka
terkenal sebagai subsuku yang sering menjelajah kemana-mana. Awalnya nenek
moyang orang Hakka berada di daerah Utara. Namun karena perang dan bencana
alam, maka mereka pun pindah ke daerah Selatan. Salah satunya adalah di Fujian.
Berdasarkan sejarah yang ada, leluhur orang Hakka sudah mengalami migrasi besar-besaran sebanyak 6 kali. Yang pertama adalah saat di akhir Dinasti Jin dimana terjadi pemberontakan lima suku barbar. Karena tidak tahan menghadapi penjajahan, terjadilah migrasi besar-besaran ke selatan. Yang kedua terjadi saat masa dinasti Tang. Saat itu terjadi bencana alam dan Pemberontakan Anshi, maka sebagian leluhur Hakka yang dipimpin oleh Huangchao melakukan migrasi besar-besaran ke selatan.
|
Meja abu dan tempat kumpul keluarga.
|
Yang ketiga terjadi saat kaisar dinasti Song bereksodus ke Selatan dan mendirikan dinasti nansong di kota Lingan. Karena suku Yuan menyerang ke dataran tengah, maka suku Han yang berdiam di aliran sungai Hoangho menyeberangi sungai untuk pergi ke Selatan dan sebagian ke Meizhou dan Huizhou. Pada masa inilah muncul istilah hakka atau Ke yang artinya tamu, karena suku Han yang bermigrasi merupakan pendatang di tempat baru.
|
Ranjang pengantin, lengkap dengan double happiness. |
Yang keempat terjadi saat masa kekuasaan Suku Man di Dataran Tengah. Para pejuang Hakka mengadakan perlawanan terhadap dinasti Qing di Fujian dan Guangdong. Karena kalah, maka mereka pun berpindah, ada yang ke Taiwan, Guangdong Utara, Barat, Tengah, Guangxi, Hunan, dan Sichuan.
Migrasi yang kelima terjadi setelah Perang Candu di tahun 1840. Pemberontakan Tai Ping Tian Guo mengalami kekalahan, sehingga mereka bermigrasi untuk menghindari pembalasan. Sebagian bermigrasi ke luar negeri.
|
Alat musik tradisional. |
Migrasi yang keenam di pertengahan abad 20, dengan tujuan untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Sebagian bermigrasi hingga ke Eropa dan Amerika. Pada saat ini orang Hakka telah menyebar di 5 benua dan 80 negara.
|
Peti kayu untuk digunakan sebagai koper atau menyimpan barang. |
Salah satu ciri khas yang dimiliki suku Hakka adalah tulou. Tulou, atau
bangunan tanah, adalah tempat pemukiman orang Hakka yang istimewa di pegunungan
Fujian. Tulou yang asli biasanya dibuat besar, tertutup dan bertingkat 3 sampai
5. Tulou dibangun dengan tanah yang ditumbuk tebal dan padat. Tulou yang besar
dapat dihuni hingga seratus keluarga. Pada tahun 2008, tulou di Fujian dicatat
sebagai salah satu cagar budaya oleh UNESCO.
|
Gambar tulou. |
Selain tulou, orang Hakka telah mendirikan berbagai macam bangunan, untuk
menyesuaikan situasi dan kondisi setempat. Dari rumah segi empat, rumah lima
sudut, dan rumah melingkar. Ciri khas semuanya adalah besar dan luas, mudah
dihuni oleh keluarga besar dan diturunkan ke generasi-generasi berikutnya.
Tidak heran bangunannya selalu kuat.
|
Peralatan pertanian yang dimiliki keluarga Hakka. |
|
Lion Dance Hakka. |
Di bagian luar ruangan Museum Hakka Indonesia terdapat Museum Yongding
Hakka Indonesia. Yongding merupakan salah satu kabupaten di provinsi Fujian. Di
sini diperkenalkan tentang tokoh-tokoh terkenal dan juga obat-obatan
tradisional Tionghoa.
|
Obat-obatan Tionghoa. |
|
Rempah-rempah dan hewan-hewan untuk obat. |
|
Kuliner Hakka yang juga digemari oleh orang-orang selain Hakka. |
Sesuai dengan tujuan pembuatan museum ini, kami pun semakin mengetahui
kontribusi warga keturunan Tionghoa atau etnis Tionghoa bagi bangsa Indonesia.
Dimulai dari zaman Belanda, partisipasi pemuda dalam Sumpah Pemuda maupun
dalam proses kemerdekaan bangsa Indonesia. Semuanya ini merupakan fakta bahwa
etnis Tionghoa merupakan bagian integral dari bangsa Indonesia, demi untuk
memperkuat proses pembangunan bangsa.
|
Pejuang Hakka melawan penjajah. |
Selain Museum Hakka, masih banyak museum yang dapat dikunjungi di TMII ini,
seperti PP IPTEK dan Dunia Air Tawar dan Dunia Serangga. Jadi, kalau
memang sudah bingung mau jalan-jalan kemana, TMII dapat menjadi pilihan loh.
|
Pancoran tempo dulu. |
Sekilas Info
Museum Hakka Indonesia
Alamat: Taman Budaya Tionghoa Indonesia, TMII, Jakarta Timur
Telephone: 0816728846/081380331338/02192363682
Jam Operasional Museum: 09.00 – 16.00 (Selasa –
Minggu), libur hari Senin.
HTM Museum: Gratis.
Jam Operasional TMII: 07.00 – 22.00
HTM Taman Mini:
Mobil: Rp 15.000,00
Motor: Rp 10.000,00
Bus/Truk: Rp 35.000,00
Tiket Pintu Masuk: Rp 20.000,00
(3 tahun sudah dikenakan biaya).
Buat edukasi cocok nih
ReplyDeleteBetul... Kita pun jadi semakin mensyukuri keragaman yang ada di Indonesia,Bhinneka Tunggal Ika.
DeleteWah kok keren museum ini. Saya terakhir ke TMII waktu masih sekolah, sudah belasan tahun yang lalu. Hehehe... Agaknya harus kembali jalan2 ke sini :)
ReplyDeleteTMII sudah jauh lebih keren. Harus dijadwal ulang lagi untuk main ke TMII, mbak :)
Delete2 kali ke Taman Mini tapi aku belum pernah masuk Museumnya.. Baca blogpost ini udah kayak masuk ke dalam.
ReplyDeleteWah, terima kasih. Tetapi akan lebih seru lagi masuk ke dalam museumnya dan melihat semuanya langsung. Jadi, silakan mengunjungi museumnya ya:)
Delete