Little India merupakan salah satu kawasan yang ramai. Dulunya, orang-orang
dari India didatangkan ke Singapore untuk dipekerjakan sebagai buruh
perkebunan. Beberapa
diantaranya ada yang menjadi peternak sapi atau kerbau dan bekerja di ladang
pertanian. Di tahun 1840an,
banyak orang Eropa yang tinggal di sini. Hal ini dikarenakan dahulu di daerah
ini ada pacuan kuda. Sehingga orang-orang Eropa ini tinggal disini untuk
bertemu dan berbaur. Dan bukan hanya orang Eropa yang tinggal di sini. Walaupun Little India terkenal
sebagai tempat dimana ternak diperjualbelikan, ternyata banyak pengusaha
Tionghoa yang membuka usaha, seperti rotan, pabrik nanas, dan pabrik
pengeringan karet. Memang tidak berhubungan dengan urusan ternak, namun
usaha-usaha ini saling menopang (simbiosis mutualisme).
Little India juga merupakan salah satu distrik yang ramai di Singapore. Selain
bangunan-bangunannya, wisata kuliner di kawasan ini menjadi alasan orang-orang
jalan-jalan ke daerah ini. Sedangkan
alasan kami berkunjung ke Little India adalah selain agar anak-anak melihat
gambaran tentang mini India dan kebudayaannya, adalah untuk melihat kediaman
Tan Teng Niah.
Tan Teng Niah adalah salah satu pengusaha keturunan Tionghoa. Dia membangun
rumah untuk istrinya di awal tahun 1900 di daerah Little India. Rumah ini terdiri dari 8 kamar. Salah
satu ciri dari rumah ini dimasa lampau adalah pintu pagar dan plat tulisan
kaligrafi Siew Song. Pintu Pagar (bahasa Melayu untuk "pintu kayu yang
berayun") dipahat dengan sangat luwes dan ruang depan rumah penuh dengan
gulungan dinding. Di atas pintu masuk adalah plat nama berlapis emas dengan
tulisan kaligrafi Siew Song ("pinus elegan" atau "pinus
halus" dalam bahasa Mandarin). Bagi orang Cina, pinus menunjukkan daya
tahan dan mengekspresikan aspirasi mereka. Pada tahun 1980, rumah ini dipugar dan menjadi cagar budaya. Pada tahun
1981, kediaman Tan Teng Niah ini mendapatkan penghargaan Singapore Institute of
Architects Honorable Mention.
Tidak banyak yang dapat kami lakukan selain berfoto di depan dan
berkeliling di sekitar tempat ini. Berbeda Chinatown yang terlihat ramai,
Little India terlihat tidak begitu ramai. Mungkin karena siang hari yang begitu
panas sehingga sepi orang yang berjalan-jalan di sini. Dan udara yang panas ini
juga yang membuat anak-anak meminta untuk segera kembali ke stasiun MRT. Kami
pun kembali ke stasiun MRT. Tujuan kami selanjutnya adalah Haji Lane yang
berada di daerah Bugis. Hanya satu pemberhentian saja dari Little India dan
kami pun sampai di stasiun Bugis.
Stasiun Bugis merupakan salah satu stasiun yang ramai dikunjungi. Dibandingkan tadi saat berjalan-jalan di Little India, daerah Bugis jauh lebih ramai dan modern. Bahkan
Bugis merupakan tujuan turis dari Indonesia. Apalagi bagi para turis yang mau
sekalian ke daerah Johor Baru. Karena saat kami datang adalah hari Jumat, kami
mendengarkan suara khotbah Jumat di masjid terdekat. Memang tidak seramai di Jakarta, namun cukup mewakili kemajemukan yang ada di Singapore.
Haji Lane sebetulnya hanya gang kecil nan panjang di Kampong Glam. Dulunya
di tempat ini banyak orang-orang keturunan Arab yang membuka usaha semacam
umroh dan naik haji di shophouse mereka (Haji Lane dekat dengan Arab Street). Namun lama-lama usaha
ini tidak berkembang. Di tahun 1960an gang ini menjadi tempat tinggal bagi
keluarga Melayu yang kurang mampu. Namun sejalan dengan berkembangnya perekonomian
Singapore, semakin meningkat tingkat ekonomi masyarakatnya, di tahun 1970an shophouse di Haji
Lane mulai kosong dan gang ini mulai seperti tidak ada kehidupan. Namun di tahun
2000an, Haji Lane mulai hidup kembali dan dikenal sebagai kawasan anak muda. Gang ini kini diisi dengan kafe,
tempat makan, dan toko-toko unik. Yang membuat jalanan ini menjadi happening
adalah lukisan yang ada di dinding-dinding di sepanjang gang ini.
Es kepal Milo pun lagi booming di Singapore =) |
Entah bagaimana cara melukisnya ...semua penuh warna dan gambar. |
Awalnya Duo Lynns merasa tidak nyaman karena gambarnya agak gelap gimana
gitu. Apalagi mereka kepanasan. Kami pun berhenti sebentar untuk membeli minum
di hawker centre terdekat, yaitu Blanco
Court. Di depan Blanco Court terdapat restoran makanan khas Meksiko, Piedra
Negra.
Blanco Court. Walau sudah siang, tetap saja ramai pengunjung. |
Dan ternyata di belakang resto ini, yang menghadap ke Ophir Road, terdapat hidden gem, yaitu spot cantik yang dihiasi dengan lukisan yang lebih indah dan futuristik. Dengan warna yang cantik dan menarik, bagian belakang Piedra Negra ini menjadi tempat kesukaan anak-anak untuk berfoto.
Gambar dibagian Haji Lane. |
Our hidden gem. Futuristik dan cerah warnanya. |
Perjalanan budaya kami pun selesai sudah. Dalam waktu kurang dari empat
jam, anak-anak mendapatkan pengalaman untuk melihat bermacam-macam kebudayaan
dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka namun semuanya dapat hidup bersama. Seperti
di tengah-tengah daerah Chinatown ada kuil Hindu, lalu di derah Little India
adalah rumah peranakan yang dilestarikan. Saat ditanya apakah mereka menikmati
acara jalan (yang betul-betul jalan seperti biasanya), Duo Lynns berkata mereka
menikmatinya, walaupun kuyup dan kepanasan =D
Gaya si kakak |
Gaya favorit adik =D |
Sekilas Informasi
Little India
Cara menuju ke sana: stasiun Little India
Tan Teng Niah
Alamat: 37 Kerbau Road, Singapore
Cara menuju ke sana: stasiun Little India exit E.
Haji Lane
Cara menuju ke sana: stasiun Bugis exit D, jalan menuju North Bridge Road.
Note: untuk mengetahui cerita perjalanan kami saat liburan di Singapore , silakan klik link berikut ini.
Haji lane merupakan salah satu magnet wisata di singapore dan saya salah satu yang selalu mampir ke haji lane tiap kali ke singapore hehehe, salam kenal :)
ReplyDeleteHi, mbak. Salam kenal :)
DeleteBetul, tempatnya cantik untuk foto-foto ya. Hebatnya pemerintah sana mengubah kota mati menjadi salah satu magnet bagi para wisatawan.