Friday, September 20, 2024

Jepang Day 8: Afternoon Walk at Fushimi Inari

Setelah menikmati pagi di Kiyomizumichi dan kenyang makan siang diDaikoku Ramen (arigatou uncle), kami melanjutkan perjalanan kami menuju Fushimi Inari. Konon kabarnya, berkunjung ke Kyoto tidaklah lengkap jika tidak berfoto di gerbang Orange Fushimi Inari Taisha. 

Pose mutlak di depan Fushimi Inari

Apa sih sebenarnya Fushimi Inari Taisha ? Fushimi Inari Taisha merupakan salah kuil Shinto yang khusus menyembah dewa Inari di Fushimi, yang juga merupakan induk dari seluruh kuil Inari di Jepang. Inari berasal dari kata ine nari atau ine naru, yang berarti menuai padi. Jadi dewa Inari dianggap sebagai dewa keberhasilan panen dan kesuksesan bisnis.

Untaian harapan dan doa yang dinaikkan.

Sebelum saya lanjut cerita, jangan tertukar antara Fushimi Inari dengan sushi inari ya. Disebutkan bahwa kuil Shinto ini dibangun pada 711 sebelum Kyoto menjadi ibu kota Jepang. Jalan menanjak ke Gunung Inari setinggi 233 meter ini dipenuhi oleh banyak altar batu (otsuka) dan ditandai dengan gerbang.       

Gate pertama yang menyambut para pengunjung.
Ciri khas dari Fushimi Inari Taisha ini adalah gerbang atau torii-nya. Gerbang ini melambangkan ambang batas antara dunia manusia dan ruang suci. Setiap torii yang ada merupakan donasi dari para donatur. Nama-nama donatur tertulis di bagian belakang setiap gerbang beserta tanggal pemasangannya. 
Setelah foto, baru sadar kalau ini bagian belakangnya.

Dari stasiun Tokufuji ini ada dua operator kereta berbeda yang akan membawa kita ke stasiun Fushimi. Yang pertama adalah kereta dari Nara Line yang akan berhenti di Stasiun Inari dan Keihan Main Line yang akan berhenti di Stasiun Fushimi Inari Idealnya sih mengambil Nara Line karena akan berhenti tepat di depan Fushimi Inari. Tetapi karena kami salah masuk gerbang, maka kami naik Keihan Main Line.

Nuansa torii di Stasiun Fushimi Inari.

Perjalanan dari Stasiun Fushimi Inari ke Fushimi Inari tidaklah jauh. Hanya sekitar 350 meter. Tetapi karena banyak yang dilihat, dan speed jalan tidak mungkin terlalu cepat, maka jadi lebih lama. Bagi gatcha lovers, seperti Duo Lynns, di sepanjang jalanan penuh dengan mesin gatcha. 

Jembatan Fushimi yang menarik hati kami
Trio Lynns sibuk dengan momiji.
View cantik penghibur hati mama
Opa dengan lampu yang klasik.

Karena opa dan oma tidak mau masuk ke dalam untuk berfoto di gerbang, mereka Cuma mau foto dengan momiji aka maple leave saja, mereka pun menunggu di convenience store terdekat. Kami berlima pun segera masuk ke dalam, sebelum hujan. 

Pose dulu sebelum masuk
Berlima di depan torii kedua

Roumon (Large Tower Gate)

Adik sempat bertanya kenapa banyak icon anjing di dekat torii. Sebetulnya itu bukan anjing, tetapi rubah. Rubah dianggap sebagai utusan suci dari dewa Inari. Dalam mitologi Jepang, rubah disebut suka memakan tahu goreng. Nah, dari sini bisa mengerti dong kenapa nasi yang dimasukkan ke dalam kulit tahu disebut inari sushi. 

Rubah yang dikira anjing oleh anak-anak.
Dua rubah yang berjaga di gerbang.

Ada banyak bangunan yang dapat dilihat, tetapi karena sudah mulai ada sedikit rintik air, kami pun berpusat mencari senbon torii atau koridor dari ratusan gerbang. Jika kita ingin berjalan, gerbang ini panjangnya lumayan juga. Ada 10.000 torii atau gerbang dan 12.000 anak tangga. Ending-nya adalah Gunung Inari. 

Senbon torii: awal dari rangkaian torii.

Selesai berfoto di torii, hujan benar-benar menyapa tempat ini. Kami berteduh di tempat cindera mata. Untungnya hujan tidaklah lama. Kami pun mencari oma opa kembali. Kali ini kami kembali dengan menggunakan Nara Line menuju stasiun. 

Hujan yang sudah mulai turun membuat orang berkerumun di tempat suvenir.

Bye Fushimi Inari

Next: Sore hari di Nishiki Market

Sekilas Info

Fushimi Inari

Alamat: 68 Fukakusa Yabunouchicho, Fushimi Ward, Kyoto, 612-0882, Jepang (Google map)

Jam Operasional: 24 jam

 

Thursday, September 19, 2024

Jepang Day 8: Pagi Santai di Kiyomizumichi

Setelah kemarin kami puas melihat alam dan pemandangan musim gugur yang indah di Arashiyama, di hari ke delapan kami ini kami berencana berfoto di daerah Kiyomizumichi. Kiyomizumichi berarti jalanan menuju kuil Kiyomizu. Kuil Kiyomizu, yang berarti air suci, merupakan salah satu kuil yang dinobatkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Walau Kyoto dijuluki sebagai kota seribu kuil, tetapi Kiyomizu menjadi icon dari pemandangan Kyoto saat musim gugur.

Autumn in Kiyomizudera. Sumber foto: JNTO

Tetapi karena menuju kuil ini lumayan jauh, kasihan oma dan opa, jadi kami berpikir kami melihat-lihat sekeliling sini saja. Jadi kami berpikir cari spot foto yang bagus dengan view Kuil Hokanji saja, atau Ninenzaka Sannenzaka, yang mudah dicapai. 

Si kakak
Kuil Hokanji merupakan salah satu kuil yang terkenal dengan pagoda 5 tingkatnya. Ini juga menjadi icon dari foto-foto kota Kyoto. Intinya sih, karena bareng oma opa, kami lebih ke mencari tempat-tempat yang cakep untuk difoto (kalau kata oma sih biar samaan tempat fotonya dengan teman-temannya). 

Hokanji dari jauh. Terlihat teduh.

Di dekat Hokanji, ada jalanan bernama Ninenzaka dan Sannenzaka yang merupakan shopping street diantara Gion dan Kiyomizu. Di area tersebut terdapat banyak toko makanan, restoran, dan toko cendera mata. Yang menarik, berdasarkan foto-foto yang ada, bangunan-bangunan di sini sangatlah klasik. Tak heran daerah ini dilestarikan oleh pemerintah Kyoto. 

Ninenzaka. Seakan masuk ke zaman film Oshin.

Nama Ninenzaka berarti jalan tangga dua tahun. Sannenzaka sendiri awalnya bernama sainenzaka, yang berarti berdoa untuk kelancaran saat kelahiran. Konon katanya banyak orang menuju Kiyomizu untuk berdoa bagi kelancaran saat kelahiran. Namun belakangan jalan tersebut Bernama Sannenzaka yang berarti jalan tangga tiga tahun. 

Sannenzaka dengan tangga-tangganya. Sumber foto: JW- Web

Lalu muncullah mitos-mitos yang berkata jika seseorang terjatuh di Ninenzaka atau Sannenzaka, maka dalam hitungan dua atau tiga tahun mereka akan meninggal. Entah bagaimana kebenarannya, tetapi memang jalanan di sini sangat menanjak (dengan tangga-tangga). Jadi mungkin supaya tidak berlari di sini. 

Si adik

Perjalanan kami dari hotel ke sini dimulai dengan naik bis, biar tidak capek jalannya. Memang Lokasinya tidak jauh dari tempat kami menginap. Kami turun di halte Kiyomizumichi dan berjalan kaki. Tetapi karena opa tidak kuat berjalan, maka perjalanan kami pun berhenti di Iseya. 

Di Kyoto, banyak sepuh yang lebih tua dari oma opa dan masih kuat.

Iseya merupakan produsen pemasok acar dibeberapa restoran. Opa yang sejak di Jakarta sudah bertanya tentang rebung khas Kyoto, kepingin mampir. Sayangnya rebung memang biasanya ada di musim semi. Akhirnya kami mendapatkan acar gobo dan juga acar timun lagi.

Pilihan acar yang ada. Macam-macam variannya.
Acar timun. Yang ini lebih enak dari yang di Arashiyama.
Karena opa yang sudah tidak mau jalan lagi, dan oma juga jadinya memilih makan acar, kami pun berpikir untuk kembali ke halte terdekat. Kami berpikir untuk melanjutkan agenda kami untuk ke Fushimi Inari dan mencari makan siang di sekitar stasiun. 

Sudah ramai walau masih pagi.

Di tengah perjalanan, kami bertemu kafe Mamemono Taiyaki. Kafe yang buka sejak September 2020 ini menjual minuman dan juga pancake berbentuk ikan yang biasanya kami kenal sebagai bungeo-ppang. Tentunya anak-anak dan juga oma opa pun semangat untuk berhenti dan menghangatkan badan di dalam sini.

Dua ikan menyambut kami di pintu masuk.

Si ikan seakan memanggil kami untuk mampir.

Di café ini, ada tiga rasa untuk isian taiyaki yang ditawarkan. Ada green tea, pasta kacang merah, custard, dan butter plus pasta kacang merah. Yang paling terkenal di sini adalah taiyaki dengan isi butter dan pasta kacang merah. Katanya sih langsung expired dalam waktu 1 menit, alias butter sudah meleleh. 

Menu yang ditawarkan. Semua terlihat begitu menggoda.

Berhubung pertama kali mencoba, dan oma juga kurang suka butter, kami membeli yang paling pasti yaitu pasta kacang merah. Kurang lebih 10 menit kami menunggu. Ternyata penantian kami tidak sia-sia. Taiyakinya begitu lembut dan pasta kacang merahnya pun enak.

Selain Pancake ada juga biskuit.

Di Higashiyama ini juga terdapat banyak sekali tempat penyewaan kostum. Memang melihat orang lalu lalang dengan menggunakan kimono adalah hal yang wajar di Kyoto ini. Apalagi jika mereka ingin menuju kuil Kiyomizu. 

Salah satu rental kostum yang ada.

Kami pun naik bus menuju Stasiun Tokufuji. Tetapi nampaknya kami salah halte karena kami menyeberang. Akhirnya kami pun berhenti di distrik Gion. Gion adalah distrik geisha di Kyoto. Kabarnya di daerah sini akan banyak geisha yang berjalan-jalan. Biasanya sih sore hari. 

Kalau pagi, daerah ini masih sepi.

Selain bertemu geisha dengan kimono dan make up yang tebal, di distrik ini terkenal dengan pertunjukan seni kelas atas. Salah satunya adalah pertunjukan tari tradisional. Di Gion juga ada Kuil Kennin-ji, yang terkenal dengan Taman Zen dan juga Yashaka Shrine, salah satu kuil Shinto yang terkenal dengan cherry blossomnya.

Pose di depan Yasaka Shrine. Pengarah gaya: si kecil.

Jadi memang banyak tempat-tempat yang dapat dijelajahi di distrik ini. Sayangnya kami tidak berencana berpetualang di daerah sini (first thing first kalau membawa sepuh). Jadi kami kembali mencari halte terdekat untuk menuju stasiun.

Kerajinan tangan yang cantik. Hanya 200 yen.

Di sekitar Stasiun Tokufuji ini ternyata banyak makanan juga. Dari yang bergaya western hingga Jepang. Pilihan kami adalah Daikoku Ramen. Kedai ramen ini kecil dan antriannya lumayan. Kami sempat berdiskusi dan mau berganti tempat. Tetapi salah satu penduduk setempat tiba-tiba menghampiri kami dan berkata dalam bahasa Jepang bahwa resto yang di sampingnya itu tidak enak dan mahal. Akhirnya kami kembali mengantri di kedai ramen Daikoku.

Menu tersedia dalam Bahasa Inggris juga.
Karena tempatnya yang kecil, jadi kami tidak mungkin duduk bertujuh. Kami pun duduk di meja terpisah. Saat hendak memesan, petugas yang ada berkata bahwa satu orang harus pesan satu menu (mau minum selain air putih juga boleh). Akhirnya karena tidak mungkin kami semua memesan ramen, melihat porsinya yang besar, maka selain chasu ramen dan rice bowl, kami pun memesan gyoza, kimchi, dan juga menma. Menma adalah acar rebung khas Kyoto. Akhirnya si opa kesampaian juga makan acar rebung. 

Chasiu Ramen, Gyoza, dan Kimci. Menma di meja sebelah =D
Rice bowl. Tidak kalah enak dengan ramennya.

Bersambung….

Sekilas Info

Iseya

Alamat: Jepang, 605-0852 Kyoto, Higashiyama Ward, Uedacho, 81-5 81 (Google map)

Jam Operasional: 09.30 – 17.30

 

Mamemono and Taiyaki

Alamat: Jepang, 605-0854 Kyoto, Higashiyama Ward, Tsukinowacho, 94番地(Google map)

Jam Operasional: 10.00 – 17.00

 

Hokanji Temple

Alamat: Jepang, 605-0862 Kyoto, Higashiyama Ward, 清水八坂上町388 (Google map)

Jam Operasional: 10.00 – 15.00

 

Daikoku Ramen

Alamat: 13 Chome-246-1 Honmachi, Higashiyama Ward, Kyoto, 605-0981, Jepang (Google map)

Jam Operasional: 11.00 – 22.00

Saturday, September 7, 2024

Jepang Day 7 (part 2): Menikmati Musim Gugur di Arashiyama

 


Setelah duduk dengan manis dalam shinkansen selama 2 jam 7 menit, kami pun tiba di Kyoto. Kyoto merupakan salah satu kota besar di bagian Kansai, tepatnya kota terbesar ketiga di Jepang. Di masa lalu, Kyoto pernah menjadi ibu kota Jepang. Selain itu, Kyoto termasuk kota tertua di Jepang dengan Sejarah lebih dari 1.200 tahun. Tak heran jika Unesco menetapkan 17 situs bersejarah di Kyoto. 

Another road to remember

Dan karena hal ini, pemerintah kota Kyoto menerapkan kebijakan untuk mempertahankan ‘keklasikan’ kota tersebut. Misalkan untuk bangunan yang ada, tidak boleh lebih dari 15meter dan warna dari outdoor interior dibuat terlihat natural. Temperature Cahaya pun diatur supaya terkesan warm. Warna-warna dari reklame pun lebih ke arah monokrom.  Niat sekali bukan?


Hotel yang akan kami tinggali selama di Kyoto adalah Hotel Monday Karasumanijo. Hotel ini masih satu chain dengan hotel yang kami tempati di Tokyo. Karena kami tiba sebelum waktunya check in, maka kami hanya dapat menitipkan koper-koper kami. 

Artefak?

Tujuan kami sekarang adalah menuju Arashiyama Bamboo Forest. Arashiyama masuk ke dalam list kami karena oma berkata mau foto di hutan bambu ini, sama seperti teman-temannya. Tetapi sayangnya si opa males pergi ke sana. Jadinya opa menunggu di hotel sampai tiba waktunya untuk check in.

Anoher colorful leaves
Hanya berenam, karena opa gak mau ikut.

Berbeda dengan Tokyo, untuk menuju tempat-tempat wisata lebih mudah menggunakan bis. Bis di sini rata-rata tarifnya flat. Untuk yang memang jalan-jalannya banyak, kami sarankan untuk membeli 1-Day atau 2-Day pass. Kalau kami, karena tidak ada banyak yang akan kami datangi dalam satu hari, menggunakan suica lebih menguntungkan daripada membeli Day Pass.


Rickshaw

Hutan bambu Arashiyama terletak di desa Sagano, di sebelah barat kota Kyoto. Nama Arashiyama yang berarti gunung badai berasal dari angin yang disebut ‘Atago Oroshi’, yang bertiup dari Gunung Atago di sebelah barat Kyoto. Saat memasuki wilayah Arashiyama, memang terasa sekali keindahan alam yang ada. Perpaduan warna hijau, merah, kuning, dan jingga membuat kami merasakan kebesaran dan keajaiban Tuhan. 

Menenangkan jiwa...
Hanya di sini orang jalan dengan kimono ....
Hanya di sini juga =D

Walaupun Arashiyama terkenal dengan hutan bambunya, di sini juga ada kuil Shinto Nonomiya. Kuil ini terkenal sebagai tempat para anak Perempuan dari keluarga kekaisaran menyucikan diri mereka terlebih dahulu. 

Nonomiya
Lady and young ladies....
My Warrior Princesses

Selesai berfoto-foto, maka kami pun keluar dan mencari cemilan. Apalagi di sepanjang jalan menuju penuh dengan toko-toko cemilan. Dari Daifuku, acar timun, es krim, dan kafe-kafe pun banyak. Tujuan kami adalah Oimatsu Arashiyama. 

Daifukunya besar
Kafe bertema apakah ini?
Kafe Rilakuma
Beraneka pickle
Snoopy Chocolat

Oimatsu Arashiyama merupakan dessert and tea shop. Yang cukup menarik hati kami adalah pilihan dessert dan cemilan yang unik dan bermacam-macam. Karena kami adalah penggemar matcha, jadi matcha ice cream mereka terlihat menggoda bagi kami. 

Matcha Ice Cream
Acar timun khas Kyoto

Peta Arashiyama

Melihat hari yang semakin sore, kami memutuskan untuk naik kereta menuju hotel. Stasiun terdekat adalah Stasiun Arashiyama. Stasiun Arashiyama ini cukup unik karena dikelilingi tempat makan dan food court. Yang menarik di sini adalah Kimono Forest.

Kimono forest

Kimono Forest berisi 600 tiang yang didekorasi dengan cetakan Yuzen, seperti hutan, dirancang untuk memberikan pemandangan yang soft. Apalagi saat semakin sore, lampu-lampu yang ada membuat tiang-tiang ini terlihat cantik.

Oma dan tiga cucu
Edisi mau sama si kakak

Sebetulnya ada beberapa bagian, tetapi kami hanya melihat-lihat yang terdekat saja. Kami agak was-was karena si opa tidak membalas whatsapp kami. Kami pun segera pulang dan memutuskan untuk membeli makanan dan makan malam di hotel saja, supaya lebih santai.

Mesin order makanan di Sukiya

Sekilas Info

Arashiyama Bamboo Forest

Alamat: Sagaogurayama Tabuchiyamacho, Ukyo Ward, Kyoto, 616-8394, Japan (google map)

Oimatsu Arashiyama

Alamat: 20 Sagatenryuji Susukinobabacho, Ukyo Ward, Kyoto, 616-8385, Japan (google map)

Jam Operasional: 09.00 – 17.00

Kimono Forest

Alamat: 20-2 Sagatenryuji Tsukurimichicho, Ukyo Ward, Kyoto, 616-8384, Japan (google map)

Sukiya Karasuma Marutamachi

Alamat: Japan, 604-0861 Kyoto, Nakagyo Ward, Okuracho, 201 (google map)

Jam operasional: 24 hours

5 of us
 

Next: Jepang Day 8 (part 1): Ninenzaka, Sanenzaka