Friday, September 6, 2024

Jepang Day 7 (part 1): Berpetualang dengan Shinkansen ke Kyoto


Tidak terasa jalan-jalan kami di negara matahari terbit sudah memasuki hari ke tujuh. Yang berarti hari ini kami berpindah dari Tokyo ke Kyoto. Walau rasanya jalan-jalan di Tokyo belum cukup, tetapi memang sudah waktunya pindah ke Kyoto.

Sudah lazim bagi para pelancong pemula seperti kami mengambil golden route saat jalan-jalan ke Jepang. Biasanya dari Tokyo, maka akan menyeberang ke daerah Kansai dan mengunjungi Kyoto, Nara, dan Osaka. Maklum, sekalian jalan.

Pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana cara menuju Kyoto? Seperti banyak cara menuju Roma, untuk menuju Kyoto pun ada berbagai cara. Yang pertama, bisa menggunakan pesawat. Hah? Iya, anda tidak salah membaca. Dari Tokyo bisa naik pesawat ke Kyoto. Tetapi berhentinya di Osaka dan lama perjalanan 1 jam. Dari Osaka tinggal naik kereta ke Kyoto kurang lebih 80 menit. Bagaimana biayanya? Hasil googling kami, dimulai dari 6.800 yen atau sekitar 700 ribu rupiah saja.

Cara kedua, adalah dengan menggunakan bus malam. Enaknya naik bus malam ini, kita hemat biaya penginapan satu malam =D Jalan malam, sampainya pagi. Ada pilihan bus 4 kursi dalam 1 baris atau 3 kursi dalam 1 baris. Biayanya dimulai dari 8.000 yen atau sekitar 853 ribu rupiah. 

3-Seat in a row
4 seat in a row

Cara ketiga adalah dengan menggunakan shinkansen. Shinkansen atau yang lebih dikenal sebagai kereta peluru (bullet train) merupakan kereta cepat yang kecepatannya bisa mencapai 300 km/jam. Karena luar biasa cepat, maka kita dapat menghemat waktu saat naik kereta ini.

Berdasarkan kecepatan dan jumlah pemberhentian, shinkansen menuju Kyoto/Osaka terdiri dari 3 jenis, yaitu Nozomi, Hikari, dan Kodama. Dengan Nozomi, Tokyo – Kyoto hanya ditempuh dengan waktu 2 jam 8 menit. Dengan Hikari sekitar 2 jam 48 menit dan dengan Kodama sekitar 3 jam 37 menit. Jika kita menggunakan JR Pass, kita tidak dapat menggunakan Nozomi dalam paket JR Pass. Karena kami tidak menggunakan JR Pass, kami memilih menggunakan Nozomi.

Bagi yang awam, berdasarkan jenis kursi, ada tiga jenis kursi. Yang pertama non reserved seat. Namanya juga non reserved alias tidak reservasi, maka first come first serve. Jadi jika tidak dapat bangku, ya berarti berdiri sepanjang jalan hingga ada bangku yang kosong. Walaupun demikian, yang enak dari tiket ini, selain harganya yang murah, tiket tidak hangus di jam yang kita beli. Misal kita beli tiket di jam tujuh pagi, ternyata tidak dapat kursi. Kita bisa turun lagi, dan naik dengan tiket yang sama di jam delapan.

Yang kedua adalah reserved seat. Dengan reserved seat, tentunya sudah pasti mendapatkan kursi. Jadi apapun season-nya, pasti bisa duduk hingga tempat tujuan. Ada harga ya ada kepastian dong. Tetapi karena sudah pasti dapat kursi, tiket hanya berlaku di jam yang sudah dipilih.

Yang ketiga adalah green car seat. Ini seperti kursi kelas satu begitu. Jadi pasti dapat duduk, dapat kenyamanan juga, seperti ruang kaki yang lebih luas, dan kursi yang lebih nyaman. Tidak seperti di dua tipe sebelumnya yang mempunyai tiket anak (6 – 11 tahun) dan tiket dewasa, di kursi tipe ini, harga tiket anak sama dengan harga tiket dewasa. 

Karena ini pertama kalinya kami ke Jepang, kami memilih menggunakan shinkansen. Tujuannya supaya kami dapat merasakan naik bullet train. Kami pun memilih kursi non reserved bagi kami berlima dan kursi reserved bagi oma opa. 

Pertimbangannya adalah saat kami pergi bukan lagi peak season. Jadi pasti dapat kursi. Tetapi kami juga tidak berani mengambil resiko jika tidak ada kursi untuk oma dan opa. Kami kalau kepepet mungkin bisa berdiri, kan tidak mungkin meminta oma opa berdiri dua jam. 

Setelah bangun pagi dan check out, karena kaki opa yang tidak mungkin naik turun tangga ataupun rebutan masuk ke dalam kereta, kami pun membagi dua kelompok. Papa bersama oma opa dan koper-koper kami akan naik taksi. Sedangkan mamak dan tiga warrior princesses (yes, princess yang gagah perkasa) berencana untuk naik kereta.

Seperti di Jakarta yang terkenal dengan Monday is a busy day, di Tokyo pun juga sama. Kami sudah melihat kehebohan kereta di saat kami mau ke Disney. Tetapi yang tidak kami sangka, hari ini luaaar biasa. Kami mencoba untuk naik di dua gerbong berbeda, tetapi tidak bisa. 

Si kecil pun harus berjuang

Melihat keadaan yang luar biasa penuh, kami pun memutuskan kembali ke hotel dan meminta bantuan dari pihak hotel untuk memesankan taksi. Untungnya taksi dengan cepat datang dan kami pun segera menuju Stasiun Tokyo.

Stasiun Tokyo merupakan stasiun yang cukup besar. Di sana ada dua area pintu masuk/keluar utama ke Stasiun Tokyo. Di sisi timur terdapat exit Yaesu. Sedangkan di sisi barat terdapat exit Marunouchi. Karena kami mau menuju area shinkansen, maka kami memilih sisi Yaesu.

Untuk tiket, kami sudah membeli tiket sebelumnya secara online di Klook. Karena sudah membeli tiket secara online, maka kami pun tinggal menukarkan tiket di Stasiun Tokyo. Jadi sambil menunggu kami, papa tinggal memindai QR code yang didapatkan di mesin dan voila tiket pun keluar.

Scan di mesin ini ya. Sumber foto: Klook

Nah, untuk tiket, setiap penumpang mendapatkan dua tiket untuk sekali jalan. Jadi tiket pertama dianggap sebagai tiket dasar perjalanan dari Tokyo ke Kyoto. Tiket kedua merupakan tiket kereta ekspress terbatas. jadi dua tiket ini dianggap satu kesatuan dan tidak boleh hilang.

Tiket dasar. Sumber foto: Klook
Tiket express. Sumber foto: Klook

Kami pun bertemu dengan papa dan oma opa. Tiket sudah ada di tangan papa. Walaupun belum jamnya, kami memilih untuk bergegas masuk ke gate yang dituju. Maklum, ada berbagai kalangan umur dalam satu kelompok yang memerlukan toilet time. Selain itu karena kami tidak memesan kursi bagi kami berlima, maka kami harus antri lebih awal, supaya bisa mendapatkan kursi =D

Tiket kami

Hore... Bisa masuk pertama kali ke dalam gerbong.

Jika saat naik kereta biasa kita tidak diizinkan makan, kalau di shinkansen ini diizinkan untuk makan. Jadi kami pun mencari convenience store di dekat gerbong kami untuk membeli makanan. Tentunya harganya diatas bento di Sevel atau Family Mart.

Bagaimana untuk bagasi? Dari sebelum pergi, kami mencoba mencari tahu dimensi untuk bagasi. Selama jumlah panjang+lebar+tinggi dari koper yang kita bawa tidak lebih dari 160cm, maka bagasi kita bisa diletakkan di gerbong yang kita naiki. Tetapi jika dimensinya antara 160 – 250 cm, maka dianggap harus melakukan reservasi. Jika tidak, maka akan dikenai biaya 1.000 yen. Sedangkan jika lebih dari 251 cm maka tidak bisa dimasukkan ke dalam shinkansen (yang artinya harus dipaketkan ke tempat tujuan).

Silakan diukur di sini

Apa saja sih yang dapat dilakukan di Shinkansen? Yang pasti, kita bisa melihat pemandangan yang ada. Untuk shinkansen menuju Kyoto, jika cuaca sedang baik dan cerah, kita dapat melihat Gunung Fuji. Dan puji Tuhan, kami dapat melihat Gunung Fuji berkali-kali. 

Cakeuuup

Yang kedua, menikmati bento yang tadi sudah dibeli di ekiben. Ini menjadi pengalaman baru untuk Trio Lynns. Bento pun terasa nikmat karena pemandangan-pemandangan yang ada.

Itadakimasu

Perjalanan kami menggunakan shinkansen sungguh menyenangkan. Dalam waktu 2 jam lebih sedikit, kami sudah tiba di Kyoto. Waktunya berpetualang di Kyoto tiba =D

Next: Jepang Day 7 (part 2): Menikmati Musim Gugur di Arashiyama

No comments:

Post a Comment