Saturday, May 28, 2016

Mengenal Macau, warisan budaya UNESCO

Di hari keempat liburan kami, kami menjadwalkan untuk berkunjung ke Macau. Opa kepengen banget nostalgia ke Macau, mengenang masa-masa nyetel motor untuk balapan. Makanya kemarin opa bela-belain balik ke apartemen siang-siang untuk istirahat supaya hari ini sudah fit.

Saya sendiri hampir membatalkan rencana ini. Jam 1 pagi, tiba-tiba badan kakak panas. Untunglah saya selalu membawa tempra saat pergi. Bukan karena anak-anak sering sakit, wong tempra di rumah dulu selalu dibuang dalam keadaan 4/5 penuh karena sudah kadaluarsa, tetapi saya bawa untuk jaga-jaga. Dan ini pertama kalinya tempra terpakai saat dibawa jalan-jalan. Saya bilang ke si papa, jika pagi masih panas, lebih baik anak-anak tidak jadi ke Macau. Tapi kalau saya tidak ikut, rasanya tidak mungkin. Karena yang sudah berguru pada mbah google tentang Macau adalah saya, bukan si papa. Puji Tuhan setelah minum tempra panasnya sudah turun. Jadi semua tetap pergi, sambil mamanya membawa persiapan obat andalan untuk menurunkan panas dan juga termometer. 

Jika jalan-jalan ke Hong Kong, biasanya turis-turis suka memasukkan jadwal untuk day trip ke Macau atau Shenzhen. Kalau ke Shenzhen lebih mudah, karena cukup pakai kereta dari daerah Kowloon. Tetapi kalau ke Shenzhen, karena Shenzhen bagian dari RRT, harus memakai visa turis. Berbeda dengan Macau. Walau Macau sudah dikembalikan oleh Portugis ke RRT pada tahun 1999, sama seperti Hong Kong, Macau dianggap sebagai Special Administrative Region (SAR) atau Daerah Administrasi Khusus. Maka untuk masuk Macau tidak usah menggunakan visa. Dan karena bekas jajahan Portugis, maka banyak yang mengatakan bahwa Macau ini Eropa-nya Asia. Yang artinya gedung-gedungnya bergaya Eropa dan klasik.

Macau sendiri terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Peninsula, Coloane dan Taipa yang sering disebut Cotai. Penisula dan Cotai dihubungkan oleh jembatan yang luar biasa panjang. Di Peninsula banyak terdapat gedung-gedung tua dan bersejarah, seperti Ruin of St.Paul, Senado building, kantor pos tertua, gereja St. Dominic, grand prix circuit dan masih banyak lagi. Sedangkan di daerah Cotai terkenal dengan kasino-kasino yang wah dan pedesaannya. 

Macau memang identik dengan Las Vegas-nya Asia. Tetapi ternyata banyak tempat-tempat yang children friendly. Kalau menginap akan lebih banyak tempat yang children friendly yang dapat dikunjungi. Tetapi kami memilih untuk tidak menginap, hotel di sana tidak sopan harganya. Kunjungan kami ke Macau kali ini hanyalah untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah di daerah Senado Square dan sekitarnya, dan melihat Venetian dengan gondolanya. 

Sebelum bercerita lebih lanjut tentang perjalanan kami ke Macau, mari kita cari tahu dulu bagaimana caranya ke Macau. Untuk pergi ke Macau, kita dapat naik ferry dari Hong Kong. Ada dua terminal ferry (tiga sebetulnya dengan ferry langsung dari airport HK) yang dapat digunakan. Yang pertama adalah HK China Ferry Terminal di daerah Kowloon. Untuk menuju HK China Ferry Terminal, naiklah MTR ke Tsim Sha Tsui dan keluarlah dari exit A1. Kemudian dari situ berjalan ke arah mall HK China City Mall (ferry terminal ada di dalam mall tersebut) sekitar 10 menitnya orang dewasa. Yang berarti kalau bawa senior dan anak-anak harus dikalikan 2 menjadi 20 menit. Ferry dari HK ke Macau akan berangkat setiap 30 menit atau 1 jam sekali melalui terminal ini. Terminal ini hanya buka sampai malam.

Sedangkan yang kedua adalah HK Macau Ferry Terminal di daerah Sheung Wan di HK Island. Untuk menuju HK Macau Ferry Terminal, naiklah MTR ke Sheung Wan dan carilah exit D menuju Shun Tak Centre. Ferry terminal ini berada di dalam Shun Tak Centre. Jadi kita hanya perlu naik eskalator dan di dalam mall. Ferry dari HK ke Macau akan berangkat setiap 15 sampai 30 menit melalui terminal ini. Dan termnal ini buka 24 jam. Kalau membawa anak-anak dan senior, saya menyarankan untuk naik yang dari Sheung Wan. Alasannya, orang tua dan anak-anak tidak usah terlalu banyak jalan. Menghemat tenaga juga.

Ferry dari HK ke Macau pun ada dua tujuan, yaitu Macau Outer Harbour Ferry Terminal dan Taipa Ferry Terminal. Macau Outer Harbour terletak di Peninsula. Ferry yang menuju Macau Outer Harbour pun lebih sering frekuensinya. Sedang Taipa Ferry Terminal terletak di daerah Taipa. Ferry yang menuju Taipa Ferry Terminal tidak sebanyak ferry yang menuju Outer Harbour.

Kami berangkat pagi, dengan tujuan supaya tidak kesiangan sampai di Macau. Anak-anak diberi minum susu dulu, karena kami berencana membeli sarapan di McD yang ada di Shun Tak Centre. Letak McD pas di bawah terminal ferry. Oya, sebaiknya siapkan plastik. Jaga-jaga kalau ada yang mabuk laut. Setelah membeli makanan di McD, kami naik eskalator ke terminal. Sampai di sana, petugas di loket Turbo Jet mengatakan bahwa ferry akan berangkat pukul 08.15. Kami melihat jam disana menunjukkan pukul 08.03. Yang berarti 12 menit lagi akan berangkat. Akhirnya kami segera membeli tiket dan bergegas masuk ke area pengecekan.

Karena kita akan pergi ke Macau, yang berarti meninggalkan HK, maka kita wajib melalui imigrasi. Kertas data kita yang diberikan saat kita masuk ke Hong Kong oleh bagian imigrasi di bandara akan diminta kembali. Proses imigrasi berlangsung cepat. Setelah kami lewat bagian imigrasi kami berjalan menuju petugas ferry untuk diperiksa tiketnya dan diberikan nomor tempat duduk. Ini pertama kalinya anak-anak naik ferry, mereka terlihat begitu antusias.

Petugas yang ada segera mengarahkan setiap penumpang untuk duduk. Di sini petugasnya kebanyakan senior-senior. Dipikir-pikir hebat juga ya, para senior diberi kesempatan bekerja supaya ada kegiatan dan tidak merasa tidak berguna. Setelah semua duduk dan memakai seatbelt, saya memandang dari jendela. Keadaan sangat berkabut. Hmmm....semoga tidak terjadi penundaan pemberangkatan. Di dalam ferry pun terasa ombak di luar begitu kencang. Saya mengeluarkan McD yang sudah dibeli dan kami sarapan dahulu. Untungnya kakak tidak begitu rewel soal makan. Di tengah perjalanan diumumkan bahwa karena cuaca yang kurang bersahabat, maka ferry tidak dapat berjalan cepat-cepat.

Untuk para turis yang tidak pernah roaming dan menjadi fakir wi-fi seperti saya, jangan kuatir. Di dalam ferry ada free wi-fi kok. Oma dan oma pun semangat untuk menggunakan free wi-fi yang tersedia. Akhirnya kami semakin mendekati Macau. Ombak di Macau tidak sekencang saat kami masih di Hong Kong. Perjalanan ini sekitar 90 menit. Setelah tiba, yang kami lakukan adalah mencari toilet. Setelah itu kami menuju bagian imigrasi. Untuk urusan imigrasi, karena kami datang pada hari biasa, maka imigrasi tidak begitu lama. 

Kami berjalan ke bagian luar, dan tujuan kami adalah mencari free shuttle bus di terminal Maritimo. Berhubung sudah berguru dengan mbah google dan mbak YouTube, maka patokannya begitu sampai di pintu keluar, masuk underpass dan akan keluar di area terminal. Sepanjang jalan banyak yang akan menawarkan brosur juga dan banyak yang akan menyapa dalam bahasa Indonesia jika dia merasa penampilan kita seperti orang Indonesia. Itu membuktikan banyak turis Indonesia yang datang. 

Sampai di terminal, banyak sekali bis-bis hotel-hotel terkenal. Persaingan bisnis yang ketat membuat hotel-hotel harus jemput bola, dan menawarkan wisata hotel. Jika tidak membawa anak, mungkin pilihan untuk free shuttle bus lebih banyak. Karena tujuan kami adalah Senado Square, hotel yang paling dekat adalah Grand Lisboa. Tetapi, mereka tidak mengijinkan penumpang yang membawa anak kecil (fasilitas mereka ditujukan untuk penumpang yang mau bermain di kasino, dan anak kecil dilarang masuk kasino). Maka kami mencari bis hotel Lisboa. Ternyata mereka tidak mengijinkan kalau tidak punya bukti akan menginap di hotel mereka. Perubahan baru ternyata. Maka kami memilih bis dari Wynn hotel, yang bebas untuk keluarga dengan anak. Rata-rata yang naik ke bis ini adalah penumpang dari Filipina dan yang membawa keluarga. Di dalam bis pun ada free wi-fi loh, full service untuk konsumen ceritanya. Perjalanan dari terminal Maritimo menuju hotel Wynn kurang lebih 10 menit. Berbekalkan hasil memantau street view di google maps, saya sudah ada gambaran cara menuju ke Senado Square. Kami harus menyeberang untuk menuju Grand Lisboa, lalu berjalan lurus sampai Senado Square. Tapi yang saya lupa, street view tidak menunjukkan pedestrian, sedang di luar negeri setiap orang harus berjalan di pedestrian. Akhirnya kami bertanya pada petugas hotel jalan untuk menuju Senado Square. Ternyata untuk menyeberang kami harus masuk underpass. Cuaca di sana sangat berkabut. Setelah menyeberang underpass, kami tiba di depan Grand Lisboa.
Kabutnya tebal sekali
Grand Lisboa, sumber foto: Macha
Kami berjalan lurus menuju Senado Square dan akhirnya sampai juga di Senado Square. Senado square itu seperti alun-alun, yang dikelilingi oleh-oleh gedung-gedung peningggalan Portugis. Yang menarik di sini adalah jalanan dengan pola bergelombang seperti di Eropa. Banyak yang bilang kalau ke Macau harus menginjakkan kaki di sini, baru sah. Oya, UNESCO memasukkan Senado Square sebagai warisan budaya juga loh.
Air mancur di Senado Square

Saat kami datang, di sini sedang ada acara reuni para senior. Jadi banyak sekali senior-senior di dalam suatu tenda. Memang Senado Square terkenal sebagai tempat bagi warga setempat untuk mengadakan kegiatan. Di sebelah kanan Senado Square terlihat banyak orang mengantri. Mereka mengantri untuk masuk ke kantor pos. Apa sih istimewanya? Kantor pos itu sudah berusia ratusan tahun dan masih beroperasi. Jadi biasanya turis-turis membeli kartu pos dan mengirimkan ke negeri asal mereka.
Gedung Kantor Pos dengan antrian yang panjang
Jadwal kami adalah berjalan menuju reruntuhan St. Paul. Ini juga ikon Macau yang harus dikunjungi. Dalam perjalanan ke St. Paul, kami melalui gereja St. Dominic. Gereja ini juga terkenal sebagai peninggalan sejarah dan masih aktif digunakan. Oma opa oma semangat masuk, sementara kami menunggu di luar. Di sekeliling kami terdengar bahasa yang familiar di kuping kami, bahasa Jawa. Rasanya ada rombongan turis dari Indonesia. 
St. Dominic
Lynn B berpose sambil menunggu oma opa oma
Kami melanjutkan perjalanan kami menuju St. Paul. Jangan takut kesasar ya, banyak petunjuk jalan. Untuk menuju St. Paul kita harus melalui gang dan jalannya agak menanjak. Tapi jangan kuatir, di sepanjang jalan banyak makanan dan orang yang menawarkan sample kue almond khas Macau. Yang terkenal di sini adalah tan tart atau egg tart. Egg tart Macau dan Hong Kong berbeda. Perbedaannya ada di karamel di bagian atas egg tart Macau. 

Banyak yang merekomendasikan Koi Kei Pastelaria. Dan memang disepanjang jalan ini mereka punya banyak kios-kios. Kami pun mampir dan membeli egg tart yang satunya 9 MOP. Oya, di Macau mata uang Hong Kong dapat digunakan juga loh. Jadi tidak usah repot menukar uang.  1 HKD = 1.03 MOP. Kalau menginap lama sih saya sarankan tukar, biar tidak gitu rugi. Tetapi kalau hanya day trip, lebih baik pakai HKD. Dan jangan lupa memastikan kembaliannya minta HKD juga, karena MOP tidak berlaku di Hong Kong. 

Mereka menawarkan juga untuk menyicipi kue almond. Si oma pun mengambil dan membagikan untuk kita. Anak-anak suka. Tapi sayangnya petugas di sana tidak sopan. Mereka ngerasani kita. Si papa bilang petugasnya sebal karena oma mengambil dan membagi ke anak-anak. Yang lebih menyebalkan mereka bilang ini kan orang Indonesia, pasti tidak mungkin beli. Hmmm.... Tidak sopan sekali. Apa sebegitu buruknyakah reputasi kita. Tanduk saya rasanya muncul saat mendengarnya. Jangan digeneralisir dong:D

Ruin of St. Paul atau reruntuhan St. Paul sebetulnya adalah sebuah gereja katolik yang dibangun diawal tahun 1602-1640. Namun pada tahun 1835 gereja ini terbakar dan hanya menyisakan bagian depannya saja. Bagian depan ini pun ditopang oleh besi-besi agar tetap dapat berdiri tegak. Reruntuhan St. Paul juga termasuk warisan budaya yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 2005. Dibagian belakang gereja ini ada juga museum benda-benda gereja.

Karena berjalan bersama oma opa oma, kami hanya naik sampai tengah-tengah. Kemudian kami duduk dan menikmati egg tart yang sudah kami beli. Enak dan muanis buat saya. Setelah itu oma opa oma berfoto-foto, eksis dong ;) Sementara Duo Lynns mengambil posisi dan bernyanyi seperti koko Kevin dan cici Karyn. Memang tempat ini bagus untuk foto-foto. Hehehe.
Duo Lynns sibuk bernyanyi
Kami berjalan kembali ke Senado Square untuk makan siang. Sengaja kami menjadwalkan makan siang lebih awal, supaya bisa dapat tempat duduk untuk makan di Wong Chi Kei. Tempat ini terkenal enak dan ramai. Sementara cuaca masih berkabut. Hmm...seperti mau hujan. Saat kami sampai, tidak ada antrian (hore...), masih sepi mungkin.
Pola gelombang jalanan di Senado Square
Kami masuk dan diarahkan ke lantai 3. Lantai 1 dan lantai 2 sudah penuh orang. Makanan terkenal di tempat ini adalah mie wonton-nya. Jadi kami memesan mie dan bubur. Memang enak hanya porsinya kecil. Sayangnya saya tidak bisa menikmati makanan karena si kakak mulai teler. Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan selanjutnya. Rencananya kami akan berjalan ke Hotel Sintra dan naik free shuttle bus ke Venetian.



Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami bersama anak-anak di Hong Kong dan Macau, silakan klik link ini

Next: Menikmati Suara Merdu di Venetian 

2 comments:

  1. Hello, thanks a lot yaa..info2nya berguna sekali :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi...salam kenal dan selamat tahun baru 2018.
      Sama-sama. Senang jika infonya dapat membantu :)Semoga seru jalan-jalannya.

      Delete