Tuesday, May 31, 2016

Menikmati Suara Merdu di Venetian Macau

Venetian Macau
Melanjutkan cerita sebelumnya, setelah kami selesai makan rencananya kami akan pergi ke Venetian. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh. Pertama, naik taksi. Opsi ini paling mudah tapi paling mahal. Apalagi taksi di luar negeri tidak seperti di Indonesia, bisa ramai-ramai. Dengan jumlah kami yang nanggung, pastilah butuh 2 taksi. Yang kedua, naik kendaraan umum atau bis. Biayanya pun tidak mahal, tetapi karena namanya naik bis umum pasti waktu tempuh jadi lama untuk muter-muter. Yang ketiga adalah naik free shuttle bus ke Maritimo terminal, lalu cari shuttle bus Venetian. Banyak yang menggunakan cara ini. Hanya saja rasanya saya malas bolak-baliknya. Yang keempat, naik free shuttle bus City of Dream dari depan hotel Sintra. Dari City of Dream tinggal menyeberang ke Venetian. Rasanya ini yang paling mudah, tetapi harus mencari Sintra dulu. Dan belakangan mulai banyak yang tahu, jadi antriannya bisa puanjang banget katanya. Yang kelima, ada yang bilang jika bis dari Sintra hotel antrinya panjang, bisa juga naik free shuttle bus dari Galaxy Hotel yang mangkal menunggu di MGM hotel. Dari Galaxy hotel tinggal jalan kurang lebih 10 sampai 15 menit. Tapi jalan ke MGM dari Senado Square rasanya lumayan jauh kalau bawa anak-anak dan senior. 

Sehingga saat kami membuat jadwal, kami memutuskan untuk berjalan ke Sintra hotel dan naik dari situ. Peta menuju Sintra hotel pun sudah disimpan di handphone. 
Peta dari Senado Square menuju Sintra Hotel
Saat kami keluar dari Wong Chi Kei, antrian orang yang mau makan ke Wong Chi Kei sudah sampai ratusan. Dan ternyata di luar mulai turun hujan. Kami jadi serba salah, apalagi kakak rasanya teler. Akhirnya kami putuskan untuk kembali ke Hong Kong. Jadi ceritanya kami akan jalan di tengah hujan menuju Wynn hotel dan naik shuttle bus ke Terminal Maritimo. Kami mengeluarkan payung dan jas hujan untuk anak-anak. Dan untungnya ransel papa dilengkapi dengan penutup tas. Melihat kami memakaikan jas hujan dan penutup untuk tas, ada tante-tante yang senyum-senyum. Maklum ya tante, kita memang sedia payung jas sebelum hujan. Hehehe

Kami berjalan pelan-pelan dan hujan tambah semangat turunnya. Masih ingat cerita saya tentang kantor pos tua yang masih beroperasi hingga sekarang sehingga banyak turis yang rela antri di depannya? Ternyata hujan tidak menyurutkan semangat mereka, bahkan mereka tetap antri dengan memakai payung. Kami tetap berjalan dan akhirnya menepi di pinggir salah satu bangunan tua dekat perempatan besar bersama banyak orang. Hujan sudah berkurang dan kami akan melanjutkan perjalanan. Kami menyeberang dan tidak jauh dari perempatan besar tersebut, tiba-tiba rasanya hati saya menyuruh untuk melihat ke kanan. Saat saya melihat ke kanan, saya melihat tulisan besar Sintra Hotel (padahal pas jalan pergi dengan rute yang sama kami tidak ada yang melihat). Di dekatnya, depan toko kosmetik Korea, terdapat bis City of Dream. Kami segera menyeberang jalan menuju bis tersebut. Bis ini baru sampai dan sedang menurunkan penumpang. Saya bertanya kepada petugas yang ada apakah ini bis menuju City of Dream. Dan dia berkata, iya. Kami masuk, dan mencari tempat duduk. God is so good. Terhadap hal kecil seperti shuttle bus pun Tuhan campur tangan. Dalam hitungan lima menit, bis pun berjalan. 

Untuk menuju City of Dream yang terletak di Cotai, kita akan menyeberangi jembatan Macau Taipa yang cukup panjang. Perjalanan menuju jembatan ini sangat berkabut. Samar-samar terlihat Macau Tower yang menjulang tinggi. Bagi turis yang suka dengan aktifitas yang memicu adrenalin seperti bungee jumping, kalian dapat mengunjungi Macau Tower dan mencoba bungee jumping. Tentunya harganya tidak murah, tetapi banyak yang bilang sangat patut dicoba. Kakak mulai tertidur dan sekeliling saya juga mulai tertidur. 

Perjalanan menuju City of Dream menempuh waktu sekitar 20 menit. City of Dream merupakan kompleks di area Cotai Strip yang terdiri dari tiga hotel (Crown Hotel, Hard Rock Hotel, dan Grand Hyatt Hotel), kasino, pusat perbelanjaan dan teater. Pertunjukkan yang sangat terkenal di sini adalah The House of Dancing Water. Jika memang menginap di Macau, dan ada budget, show ini layak untuk ditonton. Cotai strip sendiri merupakan area reklamasi.

Kami turun dan bertanya kepada mas koko petugas di sana bagaimana menuju Venetian. Koko tersebut mengatakan kami tinggal menyeberang saja dan saat mereka menunjuk ke seberang kami baru sadar di seberang adalah Venetian. Kakak yang baru bangun sudah mulai bersemangat lagi. Oma opa oma pun bersemangat berjalan menuju Venetian. Kami berjalan melintasi Hard Rock Hotel, menuju jalan raya. Berbeda dengan jalanan di daerah Peninsula yang berpola gelombang seperti di Eropa, jalanan di sini hanya jalanan aspal. Dan di sekitar tempat ini adalah hotel-hotel besar dan megah. 
Cotai strip dari Hard Rock Cafe, penuh dengan kabut.
Setelah menyeberang jalan, kami sampai juga di depan Venetian Macau. Saya kira, Venetian Macau itu bentuknya seperti hotel yang gabung dengan mall. Jadi hanya bangunan saja. Ternyata Venetian itu merupakan resort di area Cotai strip yang begitu besar, integrasi dari hotel, kasino, dan pusat perbelanjaan. Kompleks ini dibuat menyerupai kota kanal Venesia di Itali. Saya terkagum-kagum melihat bagian depannya. Tetap bagus untuk difoto walaupun sangat berkabut. 
Berpose di jembatan di depan hotel.
Untuk masuk ke dalam, sebaiknya langsung bertanya pada petugas jalan mana yang dapat dilalui. Mengapa? Karena bagi pengunjung yang membawa anak, jalanan menuju kasino adalah daerah yang dilarang. Jadi daripada pusing muter-muter didalam, saya sarankan bertanya dahulu. 

Area Venetian Macau dibuat dengan konsep semua ada di sini dan untuk semua umur. Yang mau main ke kasino, silakan. Yang tidak suka kasino, dapat berkeliling mengelilingi pusat perbelanjaan di sini, tetapi ya kalau belanja di sini itu harganya rada ngegaplok alias mahal. Venetian Macau merupakan saudara dari Venetian yang di Las Vegas. Bagi banyak orang, Venetian identik dengan kasino yang wah. Kalau kami, kami tertarik untuk melihat gondola dan mendengarkan biduan dan biduanita bernyanyi. Sembari berjalan, saya merasa seperti orang desa datang ke kota. Anak-anak juga bersemangat melihat kanal dan gondola. 
Kakak saat teler, tetap mau berfoto di depan resepsionis hotel.
Kami berjalan menuju lantai tiga. Target kami adalah early tea time (early banget) di The Lord Stow's Bakery sambil melihat gondola dan penyanyinya. Suasana berkabut di luar pun sirna dan berganti dengan awan yang cerah di atap mall ini. Anak-anak bertanya siapa yang menggambar langit-langit diatas. Pertanyaan bagus. Saya juga tidak tahu. 
Birunya langit di salah satu sisi mall.
Cerahnya langit di dalam mall.
Mengunjungi Venetian biasanya orang-orang akan berpikir tentang gondola. Memang di kota kanal Venesia, gondola adalah alat transportasi utama. Di Venetian Macau ini pun gondola merupakan salah satu atraksi utamanya. Pendayung gondola pun adalah orang-orang yang dapat menyanyi dengan merdu, ditambah lagi dengan tata ruang yang mendukung sehingga suara mereka terdengar lebih merdu. Gondola mulai beroperasi pada pukul 11.00 - 22.00 untuk gondola di daerah Grand Canal dan Marco Polo, dan beroperasi pada pukul 11.00 - 19.00 di San Luca. Harga tiketnya pun lumayan. Tiket untuk orang dewasa adalah 128 MOP untuk sekali naik. Sedangkan untuk anak-anak 98 MOP per sekali naik. Jadi satu gondola itu bukan sendirian loh, tapi rame-rame. Jika kita ingin menikmati gondola ini secara privat, serasa dunia milik berdua, maka dapat juga menyewa per gondola dengan harga 512 MOP. Jika pasangan yang naik, mungkin naik berdua akan lebih romantis. Kalau buat kami, kami cukup puas mendengarkan suara biduan dan biduanita yang merdu sambil memandang gondola :D
Kanal dan transportasi utamanya, gondola.
Akhirnya kami sampai di The Lord Stow's Bakery. Mungkin banyak yang bingung kok niat amat makan egg tart di sini. Begini ceritanya (jangan lupa bawa kopi atau teh saat membaca cerita ini ya). Macau terkenal dengan Portuguese egg tart yang ada karamel dibagian atas. Egg tart yang terkenal adalah egg tart The Lord Stow's Bakery di daerah Coloane dan Margaret de Nata di daerah Peninsula (yang ada Senado Square ituloh). 

The Lord Stow didirikan oleh Andrew Stow, orang Inggris, dan istrinya Margaret Wong pada 15 September 1989. Egg tart ini sangat terkenal bahkan sampai membuka cabang di Hong Kong, Taiwan, Jepang, dan Filipina. Dan seperti kisah ayam nyonya Suharti, Andrew dan Margaret berpisah. Margaret membuka bakery dan menjual egg tart di daerah Peninsula dan diberi nama Margaret de Nata. Karena sumbernya sama, maka pasti egg tart di sini enak juga. Kami memilih untuk mencoba The Lord Stow karena sekalian ke Venetian. Antriannya cukup panjang, dan bangku yang tersedia tidaklah banyak. Bersyukur ada seorang ibu yang rela menawarkan bangkunya kepada kami dan dia pindah ke bangku yang untuk indivual customer.
The Lord Stow's Bakery dan egg tartnya yang terkenal.
Tentu saja kami memesan egg tart-nya dan cake yang lainnya. Jika dibandingkan dengan egg tart yang kami makan di Koi Kei, wah yang dijual di The Lord Stow lebih enak dan tidak kemanisan. Harganya pun 10 MOP, hanya selisih 1 MOP dengan yang di Koi Kei, karena masuk mall. Kami duduk makan sambil menikmati suara merdu dan gondola yang lalu lalang. 
Melihat gondola dan penyanyinya di depan The Lord Stow's Bakery
Sumber foto: thelordstow.com
Saya memeriksa suhu kakak, ternyata menjadi 38 celcius. Saya memberikan tempra. Bukan apa-apa, kakak saya yang pernah tinggal di sini pernah berkata sejak kasus SARS, orang HK paling takut dengar kata demam. Sehingga pemeriksaan suhu tubuh ada di bandara dan tempat imigrasi lainnya. Daripada tidak bisa masuk HK karena panas dan dikarantina, maka saya beri obat dahulu. Apalagi tempra yang kandungannya parasetamol ini cepat menurunkan panas, jadi harapan saya saat sampai di Hong Kong panasnya sudah hilang.

Setelah selesai, kami memutuskan untuk kembali ke Hong Kong. Kami berjalan menuju tempat shuttle bus (jangan lupa tanya dengan petugas jika membawa anak) dan memilih untuk naik bis yang menuju Taipa Ferry Terminal. Dalam waktu kurang lebih 10 menit kami sudah tiba di terminal. Adik saat itu sudah tertidur dengan nyenyaknya. Kami membeli tiket ferry terlebih dahulu. Kali ini kami menggunakan Cotai Jet, yang memang jadwalnya lebih banyak kalau dari Taipa. Saat mengantri imigrasi, saya melihat pengumuman karena kondisi cuaca yang kurang baik, maka pemberangkatan ferry ditunda sampai pukul 15.30. Saya langsung berpikir kalau tadi kami memutuskan langsung kembali ke Hong Kong tadi siang, mungkin kami harus menunggu di terminal Maritimo selama berjam-jam. Tuhan mengatur perjalanan kami semuanya tepat pada waktuNya.

Akhirnya diumumkan bahwa ferry menuju Hong Kong akan diberangkatkan. Maka kami berjalan menuju ferry. Berbeda dengan terminal Maritimo, jarak dari tempat tunggu ke ferry di terminal Taipa lumayan jauh. Kerasa loh sambil menggendong adik yang sedang tidur. Setelah masuk ferry, saya meletakkan adik di kursi dan memakaikan seatbelt, adik tetap tertidur. Teler berat rupanya. Tak lama semua tertidur.

Staf di Cotai Jet masih muda-muda dan Selama dalam perjalanan, mereka memutarkan acara yang menampilkan tempat-tempat wisata di Macau dan hotel the Sands. Lumayan untuk mengenal kebudayaan Macau. Untunglah saat kami pulang, ombaknya tidak sekencang waktu kami pergi. Tak lama kami melihat gedung-gedung pencakar langit dan lampu-lampu. Berarti kami semakin mendekati Hong Kong Island. Saya melihat jam, tepat 1 jam untuk perjalanan pulangnya. Anak-anak pun bangun dan langsung berkicau. Kakak sudah berkurang panasnya.

Di bagian imigrasi, setelah pemeriksaan passport, ada  petugas yang membawa tembakan termomoter infra red. Saya dan papa pandang-padangan. Saat petugas memeriksa suhu tubuh kakak, yang cara penggunaannya seperti tembakan, untunglah termometer berbunyi biasa, tidak ada indikasi demam. Thanks to tempra. Andai tadi tidak diberi tempra, mungkin kami harus memberi penjelasan dari a sampai z tentang kakak.

Karena selama di Hong Kong kami belum menikmati dimsum, maka kami memutuskan untuk makan dimsum di Dimdimsum dimsum Mong Kok, supaya lebih dekat. Bagaimana cara menuju Dimdimsum dimsum? Dari stasiun Mong Kok, keluarlah melalui exit D2, berjalan 1 block lalu belok ke jalan Tung Choi. Carilah di sebelah kanan jalan, Dimdimsum dimsum. Alamat lengkapnya 112 Tung Choi St. Tempatnya tidak besar, tetapi penggemarnya banyak. Untungnya saat kami datang, masih tersisa 3 meja kosong.
Peta menuju Dimdimsum dimsum , 112 Tung Choi Street
Bagaimana dengan makanannya? Two thumbs up. Enak banget. Kami memesan dimsum yang biasa seperti siumai, hargau, chasiu pao, bakpao telor asin atau egg custard bun, chong fan sayur dan chong fan udang, kaki ayam, terong dengan teriyaki sauce, bubur dan nasi dengan ayam dan jamur. Rasanya enak. Tidak heran dimdimsum terkenal di sana. Makanan yang baru bagi kami adalah terongnya. Rasanya enak dan pas. Selain itu egg custard bun yang berbentuk muka oink oink. Lucu lihatnya. Oya, mintalah menu berbahasa Inggris jika memang tidak bisa membaca tulisan planet ya :D
Kiri atas searah jarum jam: siumai, hargau, chong fan udang, terong saos teriyaki, egg custard bun (piggy custard bun). Sumber: dimdimsum.com.hk
Selesai makan, antrian sudah mengular di luar. Yang antri bukan cuma turis seperti kami. Penduduk lokal pun banyak yang antri untuk makan. Hmmm.... Pantas saja Dimdimsum terkenal di mana-mana. Kami berpencar saat pulang. Oma opa oma langsung berjalan mencari oleh-oleh di Aji Ichiban, sedang kami langsung pulang supaya kakak tidak teler. Kami mau menyiapkan tenaga untuk mengunjungi Disneyland besok.

Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami bersama anak-anak di Hong Kong dan Macau, silakan klik link ini

Next: Hong Kong Day 5: Disneyland Day 2






No comments:

Post a Comment