|
Taman di Terminal 4 Changi Airport |
Semua orang suka saat transit di
bandara negara Singa. Betapa tidak, fasilitas yang diberikan membuat orang
betah. Belum lagi bagi yang doyan belanja, harga barang-barang pun katanya lebih
murah daripada di Indonesia
(katanya loh ya, melihat orang bisa berbelanja bertas-tas di Changi Airport). Kami pun terkadang sengaja datang awalan agar
dapat menikmati bandara Changi. Mulai dari main di playground, melihat taman kupu-kupu, duduk di kursi pijat, hingga
berfoto di spot-spot menarik, semua sudah kami lakukan.
|
Tempat belanja di dalam Changi Airport |
Beberapa bulan yang lalu, Changi
Airport membuka terminal 4. Berbeda dengan terminal 1 hingga 3 yang
berkesinambungan, terminal 4 terletak terpisah. Walaupun demikian, terminal 4 ini
dirancang begitu futuristik. Di sini mereka meminimalkan jumlah staf yang
bekerja dan lebih banyak self service.
Mereka menyediakan automated immigration,
lalu self check-in, termasuk
memasukkan bagasi sendiri. Bagi pengunjung yang kebingungan pun mereka
menyediakan beberapa staf yang siap sedia untuk membantu.
|
Automated Immigration yang disediakan. |
Waktu melakukan short vacation ke
Singapore kemarin, pesawat Airasia yang kami tumpangi landing dan take off dari terminal 4. Betapa semangatnya kami untuk melihat
terminal baru ini, karena biasanya terminal di Changi Airport selalu keren.
|
Bisa untuk duduk, bisa juga untuk foto ;) |
Dimulai dari taman yang kami lalui. Melihat tampilan yang ada, melihat
sebagian dari tanaman tersebut seperti melihat tanaman di Cloud Forest di Gardensby The Bay. Dan taman ini menarik minat setiap orang yang
lewat. Terbukti antrian yang mau foto di taman ini =)
|
Akhirnya bisa foto setelah antri =D |
|
Tanamannya seperti di Cloud Forest. |
Walaupun terminal ini tidak besar sekali, namun yang menarik di sini adalah
lokasi restoran yang dirancang seperti rumah-rumah peranakan.
Yang lebih menarik lagi, diatas restoran-restoran ini terdapat screen besar. Setiap beberapa menit,
akan ada perubahan di screen
tersebut. Perubahan tersebut merupakan bagian kisah Peranakan Love Story.
|
Restauran dan toko makanan yang bernuansa peranakan. |
|
Bagian atas restaurant yang terlihat seperti betulan, padahal hanya screen. |
Peranakan Love Story merupakan kisah dua sejoli (ehm ehm) di
Singapore di tahun 1930an. Di cerita ini dikisahkan dua anak muda yang jatuh
cinta. Yang menariknya, semua unsur peranakan pun masuk di cerita ini. Dari
mulai baju, kebiasaan, hingga pernikahan.
|
Seperti nyata bukan? |
|
Potongan scene yang ada dalam kisah Peranakan Love Story. |
Karena waktu yang mepet, dan kami belum makan malam, maka kami pun naik ke lantai dua untuk melihat museum peranakan dan mencari makan malam. Di museum ini terdapat banyak furnitur jadul yang juga ada di rumah-rumah lawas di Indonesia.
|
Ranjang pengantin zaman dulu, serasa melihat film silat =D |
|
Meja rias jadul. |
|
Kursi dengan foto-foto keluarga diatasnya. |
|
Bagian dalam miniatur rumah peranakan. |
Rumah peranakan menjadi salah satu simbol akulturasi budaya Chinese dan
non-Chinese. Lantai yang berwarna-warni diimport dari Jepang dan Eropa.
Furnitur blackwood dan penempatannya
dipengaruhi oleh kebudayaan China. Dan porselainnya, porselain nyonya,
terpengaruh dengan kebudayaan dinasti Qing.
|
Piring dan Keramik peranakan dengan ciri khas warna-warni. |
|
Keramik lainnya yang colorful. |
|
Puzzle tegel yang dapat dimainkan anak-anak. |
Bagaimana dengan bajunya? Tidak ada baju khusus yang dapat mendefinisikan
identitas peranakan. Baju peranakan berkembang dengan mengikuti perkembangan
waktu. Baju nyonya yang sering disebut kebaya encim awalnya mengadopsi
kebudayaan Melayu. Namun
di awal abad 20, mereka mulai menggunakan bross seperti kebudayaan Eropa.
|
Kebaya encim yang mirip seperti di Indonesia. |
|
Modernisasi kebaya encim yang menjadi seragam Singapore Airline |
Setelah selesai mengitari dan melihat isi di
dalam museum ini, kami pun mencari makanan di foodcourt lantai 2 ini. Foodcourt
di terminal empat ini mirip seperti foodcourt
di terminal lainnya. Menu western dan
eastern pun ada. Untuk memesannya pun
dilakukan sendiri di touch screen
setiap kedai.
Kunjungan kami di terminal 4 memang tidak lama. Namun secara keseluruhan, terminal 4 ini tidak kalah dengan terminal lainnya di Changi Airport. Hanya saja kurangnya tidak ada playground untuk anak-anak dan kursi pijat favorit kami. Hehehe. Dan sayangnya kami belum menonton Peranakan Love Story secara keseluruhan. Mungkin di kesempatan berikutnya kami punya waktu untuk menonton kisah tersebut secara lengkap.
|
Bagian yang mungkin bisa menjadi pengganti playground untuk anak-anak kecil. |
No comments:
Post a Comment